PART 1

“Chan Yeol!” laki-laki muda dengan rambutnya yg sedikit ikal itu menoleh.  Matanya membulat mendapati seorang kawannya berlari tergopoh-gopoh melewati halaman sekolah SMAnya.

“Akukan sudah bilang kau harus membawanya dahulu!” marah kawannya itu, seorang pemuda dengan kacamata stebal pantat botol kaca. Chanyeol terdiam,dan melihat baik baik apa yang ada ditangan  kawannya itu, selembar fomulir pendaftaran audisi murid SMA KIRIN. 

“Kenapa kau terdiam?” sebal kawannya itu dan memaksa Chanyeol untuk mengambilnya. Dengan enggan, akhirnya Chanyeol menurut saja.

“Kau tahu sendirikan, aku tidak mempunyai kemampuan untuk masuk ke SMA KIRIN?”  keluh Chanyeol sambil bertingkah seakan-akan ia sudah ditolak sebelum mendaftar.

“Bukan tidak punya, tapi tidak percaya diri” Chanyeol tertegun mendengar ucapan  kawannya itu, dan kini ia justru telah pergi begitu saja dari hadapannya.

Chanyeol memandang formulir itu erat-erat. Formulir berwarna merah muda yang  mencolok itu, meskipun dibuang, pasti orang-orang akan tertarik untuk memungutnya. Tulisan KIRIN ART HIGH SCHOOL tertera besar-besar di atasnya. Kawannya tahu betul, sejak SMP,  chanyeol benar-benar ingin sekali masuk ke SMA yg terkenal selalu menelurkan 
bintang-bintang muda yang bersinar itu. Namun, akibat berita yang tersiar bahwa audisi SMA KIRIN tahun ini amatlah ketat, benar-benar membuat nyalinya menciut. Ia merasa posisinya seperti api yang ditetesi oleh air es setetes demi setetes.

Chanyeol berusaha untuk melupakan semuanya, tapi juga menghargai niat baik kawannya itu.  Chanyeol tetap menggenggam formulir itu. Mungkin saja ia dapat memberikan ini dengan pemuda yang ia temui dijalan. Maka ia pun melangkahkan kakinya kembali, menikmati saat-saat ketika angin musim gugur menerpa rambutnya. Sebuah pemberhentian bus terlihat kemudian. Tempat duduknya  bercat biru dan catnya sudah mengelupas disana-sini.

Mata Chanyeol benar-benar masih saja terfokus pada formulir itu. Ia mulai merasa gila. Ia benar-benar ingin, tapi tidak mampu. Ia takut terlalu mengharapkan sesuatuyang justru akan melukai hatinya sendiri.

“Maaf” Chanyeol tersadar, ia tidak sendirian sedang menunggu bus. Suara lirih seorang wanita muda  terdengar tak jauh dari tempatnya berdiri. “Apa kau akan mendaftar audisi SMA KIRIN?”

Chanyeol mendengus sebal. Ia ingin sekali marah, karena menurutnya itu bukanlah urusan perempuan itu.  Ia pun menoleh tegas pada gadis yang kini memandangnya lekat-lekat. Tapi apa mau dikata, Chanyeol tidak dapat berkutik melihat paras gadis itu.

1..
Tatapan gadis itu begitu lembut. Mata polosnya sangat indah dengan bola mata yang hitam kecoklatan.

2..
Rambutnya hitam panjang. Menari begitu indah diterpa angin, seakan mengundang untuk dibelai.

3...

Bibirnya mungil, dengan warna merah muda yang mengundang untuk dikecup.

“Ma-maaf?” gugup Chanyeol. Ia tersadar dengan kelakukannya yang mulai membuat hadis itu resah. “Aku tanya, apa kau berniat untuk mendaftar audisi SMA KIRIN? Karena aku kehabisan formulirnya di toko tadi. Mungkin kau bisa memberi tahuku, dimana lagi aku bisa mendapatkan formulirnya?”

Chanyeol menelan ludah. Ia merasakan lidahnya kelu dan keringat dingin mengalir didahinya.  Ia tak pernah seperti ini. Gadis itu, adalah wanita pertama yang dapat menggetarkan hatinya begitu kencang.

“Baiklah, lupakan” ucap gadis itu sebal. Ia pergi begitu saja menaiki bus yang baru saja datang.  

Chanyeol melayangkan tangannya, tapi tak dapat berteriak. Ia hanya menggapai udara dan menyaksikan bus  yang dinaiki gadis itu berlalu dihadapannya.

Chanyeol masih terpaku ditempatnya. Tangannya meraba dadanya, ia masih dapat merasakan degupan itu. 

“A-apa yang terjadii?” gumamnya, ia sedikit takut untuk mengakui perasaan apa yang sedang melanda  hatinya ini. “ci-cinta?”
***

"Ya, bagus, kibaskan rambutmu sedikit!"

Kilatan-kilatan cahaya putih menyilaukan mata diiringi suara kamera begitu terlihat mengesankan. Background putih polos seakan menjadi berkesan ketika wanita muda dengan celana hotpants merahnya yang menyala mulai berpose dengan tatapan kharismanya yang mampu melumpuhkan hati kaum adam.

"Ya, selesai untuk hari ini. Good Job Kim Hyunah!" fotographer yang paruh baya itu tersenyum puas dengan hasil fotonya. Sang model wanita muda membungkuk kecil dan tersenyum kecil.

"Kerja yang bagus, ku harap kau tidak terlalu letih" seorang staff perempuan datang menghampiri gadis bertubuh sempurna itu, Kim Hyunah.
"Letih? aku? kau bercanda?" ledek Hyunah dingin. Staff perempuan itu menelan ludah dengan sikap Hyunah yang begitu dihapalnya.

Kim Hyunah, gadis muda dengan anugrah Tuhan yang terlukis diwajah dan tubuhnya yang sempurna. Ia terkenal dengan keprofesionalan dan kedisplinannya yang selalu dijunjungnya dengan mantap. Model muda yang sedang tenar dikalangan fotografer itu benar-benar dapat membuat staff awam dapat naik darah oleh tingkahnya itu.

"Ini, ada sekitar 10 missed call di handphone-mu" ujar staff itu lagi serta menyerahkan tas dan handphone touchscreen Hyunah. "Panggil aku jika kau butuh sesuatu"
"Arasseo" gumam Hyunah. Ia mengecheck handphonenya dengan antusias, berharap panggilan dari majalah fashion atau sejenisnya. "Appa?" gumamnya lirih. Ia berharap bahwa Ayahnya berhenti untuk terus mengganggunya. Kemudian handphonenya tiba-tiba bergetar.

"Yobose___"
"KIM HYUNAH!" Hyunah tersentak kaget dan menjauhkan handphone sekilas dari telinganya.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk berhenti bermain-main?!!"
"Appa!" seru Hyunah. "Aku tidak bermain-main!" gadis itu mendengus sebal. "aku ingin seperti ini__ tidak __ lebih dari ini. Aku ingin menjadi seorang penyanyi seperti Omma!" 
"Aigooo anak ini benar-benar__!" disebrang sana terdengar sang ayah begitu frustasi "Dunia entartaiment bukanlah tempat yang baik untukmu. Apa kau ingin membuat ayahmu cepat mati hah?!"
"Aku sudah memutuskan." Hyunah menarik nafas dalam-dalam, berpikir untuk dua kali untuk benar-benar mengatakannya. "Aku akan ikut audisi SMA KIRIN!"
"YA! KAU BENAR-BENAR___"

tut tut tut...

Hyunah menutup sambungan teleponnya dengan mantap. Dengan cepat mematikan Handphonenya dan tersenyum penuh kemenangan.



"Kau GILA ya?!"
"Ssst pelanan suaramu"
sontak beberapa pengunjung cafe yang sedari tadi terduduk tenang, kini menengok ke arah meja yang ditempati oleh Hyunah dan seorang wanita cantik dengan kacamata yang membuatnya tampil dewasa. Hyunah sedikit membungkuk, menutupi wajahnya karena sedikit malu dengan tatapan para pengunjung cafe lain meskpun tidaklah lama.

"Apa kau ini gila atu apa?!" desis wanita dewasa dihadapan  Hyunah yang bernama Shin Min Ah itu.
"Tentu saja eonnie.." gumam Hyunah mulai sebal.
"Kirin? SMA Kirin itu?"
"Yup"
"Kau ini, kau tah sendiri kan bagaimana rating sekolah itu saat ini? Meskipun dalam masa pemulihan, tapi apa kau tidak dengar bahwa beberapa murid senior disana banyak yang keluar dan lebih memilih untuk audisi entertaimnment."
"Aku tidak peduli masalah itu. Asalkan aku bisa buktikan bahwa aku bisa, bagiku itu tak masalah." ujar Hyunah antusias.

"Tapi kenapa harus SMA KIRIN? kenapa tidak SMA Phoenix? Kau tahu sendirikan bahwa SMA Phoenix sedang bekerja sama dengan label Jepang dan China. Bahkan lebih dari 1/4 murid Kirin pindah ke Phoenix!"
"Sudah ku bilang kan, aku tidak mempermasalahkan rating, popularitas dan embel-embel itu. Bagiku itu tidak akan berguna. Jika sesorang seperti, masuk di sekolah manapun, aku pasti akan tetap menjadi bintang."

Min Ah menahan tawa "dasar bocah, kau ini benar-benar percaya diri, kau pikir audisi SMA Kirin itu mudah?"
"Aku tidak pedulu, tidak peduli" Hyunah menggeleng mantap, tekadnya bulat "Aku harus MASUK SMA KIRIN"
"Wae?"

Hyunah terdiam, ia menunduk menatap coffeelattenya yang mulai dingin.
"Karena ibuku" gumam Hyunah, dirasakannya matanya berair. Namun gadis itu segera menoleh untuk menyembunyikan perasaan sedihnya.
Minah mengambil telapak tangan Hyunah dan menggenggamnya erat. Hyunah menatap Minah yang kini sedang tersenyum lembut padanya.
***

Chanyeol, pemuda itu sedang sibuk mengamati formulir audisi SMA Kirin itu untuk sekian kalinya. Toko kaset yang sedang sepi seakan membuatnya terhenyak sekali lagi. Ia seperti lupa, bahwa ia seharusnya sedang bekerja di shiftnya untuk menjaga toko kaset.

Kling
suara lonceng berbunyi, pertanda seorang pembeli baru saja masuk, 
"Selamat datang" ujar Chanyeol  tanpa memperhatikan siapa yang baru masuk ke tempat kerjanya itu. ia tidak peduli, karena ia yakin pada akhirnya pengunjung itu hanya berminat untuk melihat-lihat kemudian pulang tanpa membeli sebuah CD satu pun.

Kali ini Chanyeol tersadar keanehan baru saja terjadi. karena kemudian tidak ada suara apapun. Pembeli yang baru masuk itu terlihat mencurigakan, dengan jaket hitam besar dan kepalanya ditutupi sepenuhnya oleh tudung jaket. Dari tempat Chanyeol berdiri, orang itu seperti malaikat pencabut nyawa, dramatis dan misterius.

"Hei kau mau mencuri ya?!" tuduh Chanyeol dan menunjuk orang berjaket hitam itu yang kini terlihat sedang mengendap ke pojok ruang. Orang itu terdiam, ia terlihat sibuk memasukkan sesuatu kedalam jaketnya, kemudian berniat untuk melintas pergi.

"Hey pencuri!" Chanyeol menghampiri orang itu dengan marah. Gerak-gerik orang itu tidak seperti laki-laki tapi Chanyeol tak peduli dengan identitas orang aneh itu. 
"Hey berikan, ap yang kau ambil dari rak!" orang itu terus menunduk, terlihat takut. Kemudian dia gesit hampir berlari, namun tangan Chanyeol cekatan menangkap lengan orang itu. Lengan yang kurus, bukan lengan seorang laki-laki. 
"Hey KA_" Chanyeol tak dapat berkata-kata. Sekali lagi lidahnya kelu begitu melihat siapa dibalik tudung jaket hitam itu. seorang gadis cantik dengan mata berkilau. Gadis pertama yang dapat membuat jantungnya berdegup bagai petasan.

"Aku tidak mencuri sungguh!" ucap gadis itu. "Aku, aku hanya mau mengambil ini!" gadis itu menunjukkan sesuatu di tangan kirinya, FORMULIR AUDISI SMA KIRIN.
"Kau..." Lidah Chanyeol kaku ia merasakan matanya membulat. Jaraknya dan gadis itu begitu dekat. Ia bisa melihat bibir indah gadis itu, menawan dan cantik.
"Aku hanya ingin ikut audisi, hanya itu..."
"Siapa..." Chanyeol melepaskan cengkramannya di lengan gadis pujaannya itu. "Si-siapa na, nama mu?" 

Namun gadis itu telah menghilang pergi. Pujaannya itu terlihat terburu-buru dan menghindari sesuatu. Bahkan di sebuah toko kaset se sepi ini, dia juga harus menutupi dirinya dengan jaket sebesar itu.

***

Jalan setapak nampak sepi. terlihat empat orang laki-laki berseragam SMA berjalan beriringan dengan tawa menggelegar terdengar.
"Arrasoo!" Laki-laki muda itu tertawa lebar hingga membuat matanya menyipit.
"Hyun Seung-sshi, kita harus merayakannya! Dengan begini, kau pasti bisa masuk SMA Kirin!"
Laki-laki muda dengan jaket birunya yang tebal itu terkekeh.
"Kita rayakan nanti malam bagaimana?" katanya dan membuat empat teman-teman laki-lakinya itu nampak bersemangat.
"Ah klub malam! iya?"
"Ssst" Hyun Seung membekap mulut teman laki-lakinya itu dengan cemas.
"Jangan keras-keras bodoh, bagaimana kalau ada org lain yang tau? Kita masih dibawah umur, ingat?"
"Arraso..." temannya itu tetap nampak bersemangat "Nanti malam oke?"
"Nanti malam."