CAST: SUHO, KRYSTAL, KAI
song: VIXX - Don’t Want To Be An Idol
DONT BE SILENT READER!
TEASER: https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858
Because I’m an idol, because I’m a celebrity
I can’t hold your hand when we walk
I want to go out and go to the movies
I want to stick close to you and walk all day
Things that everyone else does, things that are normal
Those things are difficult for us
As much as I love you, music is so important to me too so I can’t help it
Because of all the cameras, because of my manager
I kept pushing back our dates
I’ll do everything for you,
I’ll give you everything
part 1
Gadis itu tersenyum. Tangannya melambai dengan penuh semangat. Ia mengenakan rok yang terlalu pendek, memperlihatkan kaki putihnya yang ramping. Aku mendekat pada makhluk indah itu. Wangi parfumnya tercium sekilas. Parfum yang sangat ku hapal, karena akulah yang membelikan itu untuknya sebagai hadiah anniversary kami.
“Kai! Lihat-lihat wajah kita di layar!” aku berhenti dan mengurungkan niatku. Seorang yang amat aku kenal, Kyungsoo dan Kai berjalan berdua diikuti Baekhyun mendekati Krystal sembari melihat ke screen yang sedang menyorot wajah mereka . Sedangkan Krystal, tampak tak tertarik dengan screen. Gadis itu kini sedang berdiri disamping Victoria. Seiring dengan hiruk pikuk penonton yang berteriak memenuhi stadion, aku menepi, menutupi gerak-gerikku yang bisa saja tertangkap kamera.
Aku melangkah, mendekati Jessica sunbei yang berdiri tersenyum. Dia menyadari kehadiranku, dan menepuk pipiku hangat. Aku membungkuk sekilas. Sepintas aku ingat apa yang pernah Jessica sunbei katakan saat itu.
“Terimakasih kau telah menjaga Krystal kami selama Trinee. Krystal pasti sangat senang memiliki kakak seperti mu”
Aku tersenyum kecil dan kemballi melambai ke arah penonton.
“Jessica sunbei, bagaimana reaksimu jika mengetahui hubungan kami lebih dari itu?” bisikku dalam hati, semantara senyum terus menghiasi wajahku. “Kami telah berhubungan selama lebih dari dua tahun, bagaimana kau bisa tidak menyadarinya sunbei?”
Aku melirik Krystal yang cukup jauh disana. Terlihat ia sedang bercakap-cakap dengan Kai, meminta ijin pemuda itu untuk menggandeng tangannya.
“Hyung, saat nya membungkuk!” teriak Chanyeol. Aku meraih tangan member EXO yang lain dan bersiap untuk membungkuk.
“HA NA DUL SET!” teriak Leeteuk hyung dengan mic hitam di tangan kirinya “KAMSAHAMNIDAA!!”
Dan kami membungkuk, sementara tangan kami saling bertaut, membentuk sebuah barisan yang amat panjang. Namun pikiranku melayang. Jantungku berdegup tidak normal. Krystal tidak ada disampingku. Namun wangi parfumnya melekat dihidungku, benar-benar membuatku ingin berada disamping gadis itu, memeluknya, mengecup bibirnya lembut. Aku menghela nafas. Ragaku seakan berteriak, berharap aku lah yang dapat menggenggam tangan Krystal, bukan Kai.
***
Aku meraih handuk kecil untuk membasuh rambutku yang basah, dan berjalan ke luar dari ruang ganti.
“Hyung? Mau kemana? Kau tidak ganti dulu? Kaosmu basah” aku menoleh dan tersenyum sekilas ke arah Kyungsoo.
“Sebentar saja, disini terlalu gerah” kataku dan segera beranjak dari sana diikuti anggukan dari Kyungsoo dan member lain.
Aku tersenyum, saat tanpa sadar kakiku melangkah mendekati ruang ganti f(x). namun kemudian berhenti beberapa meter karena pintu itu tiba-tiba menjeblak terbuka. Aku berlari disisi tembok, menyembunyikan diriku sebisa mungkin.
“Ah Suho, kau tidak ganti?” aku mendelik kaget. Di depanku tahu-tahu ada Chang Min sunbei yang terlihat telah berganti pakaian dengan tshirt hitam dan jaket kulitnya yang terlihat mahal.
“Ah iya sunbei, aku hanya, barus saja dari ruangan SHINee sunbei” kataku mencari alibi.
“Ah arrasseo, aku duluan ne?” aku mengangguk lalu Changmin sunbei berjalan melewatiku. Sepertinya Chang Min sunbei tidak meihat gelagatku yang aneh. Semoga saja tidak.
“Anyeong girls. Good Job for today” sapa Changmin sunbei kepada member f(X) yang baru saja keluar dari ruangan mereka. Aku mengintip mereka dari balik tembok. Victoria, Luna, Sulli, Amber. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?
Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun kemudian mereka bersama pergi melewati lorong menuju parkir basement. Dan sekali lagi sebuah pertanyaan melintas di otakku. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?
Aku terdiam sesaat. Melihat keadaan yang tidak ada orang disana. Kemudian mataku tertuju pada pintu itu. Sebuah pintu yang terbuka sejengkal dengan label besar bertuliskan f(X) di permukaannya. Entah iblis apa yang merasukiku, tapi kakiku bergerak ke arah pintu itu.
Aku memeluknya dari belakang. Gadis itu berjengit benar-benar kaget.
“Oppa?! Apa yang kau lakukan disini?” katanya nampak panik. Namun sama sekali tak kulepas pelukanku padanya. Kusandarkan daguku dipundakknya. Sementara bibirku mengecup telinganya lembut. Wangi parfum yang khas menyeruak diujung hidungku. Memberi dorongan yang luar biasa untuk memeluknya lebih erat.
“Oppa, bagaimana kau bisa masuk? Bagaimana jika ada orang yang melihat kita?” serentetan pertanyaan dengan tergesa ia ucapkan. Sangat lucu, dan benar-benar membuatku gemas.
“Look” kataku dan menunjukkan sebuah kunci yang tergantung dijemariku dihadapan matanya. Kunci kamar ganti ruangannya ada ditanganku, menandakan, tidak akan ada orang lain yang akan menerobos masuk dan melihat kami.
Krystal, gadis itu terdiam. Sementara aku mengecup pipinya lembut. Dia memalingkan wajahnya mencoba untuk melihatku dari posisi dia memunggungiku. Tangan kanannya berusaha menyentuh pipiku.
“Dasar nakal” katanya dan membuatku tersenyum.
“Aku merindukanmu chagi” bisiku, seketika pipinya memerah. Dia memalingkan wajahnya, berusaha menutupi betapa malunya ia. Namun tanganku meraih dagunya, mencegah tatapannya berpaling.
“Aku akan benar-benar membunuh stylishmu jika di memberikanmu rok sependek tadi lagi” kataku sedikit sebal.
Krystal tersenyum. “Aigo, uri guardian sedang cemburu tampaknya” katanya dan mengecup bibirku sekilas. Cepat namun namun penuh cinta. Gadis ini benar-benar membuatku jatuh hati. Apapun yang dilakukannya, selalu membuatku nyaman.
“Aku harus segera pergi, member yang lain pasti menungguku” bisiknya. Aku tersenyum. Memelukya lebih erat, sedikit lebih lama mengecup leher jenjangnya yang putih. Mencium lembut aroma parfumnya yang khas, seperti wangi taman segar dipagi hari ketika musim panas. Begitu mendamaikan, nyaman dan lembut.
“Aku mencintaimu Soo Jung-ngie” bisiku ditelinganya, sebelum akhirnya aku melepas tanganku yang melingkar dipinggangnya. Kemudian gadis itu berbalik, sehingga kini dapat ku lihat wajahnya yang begitu segar sehabis menghapus makeupnya. Kedua tangan gadis itu merengkuh tengkukku. Membelai kepalaku begitu halus. Seiring tanganku meraih pinggangnya lagi, menarik tubuhnya begitu erat.
“Jangan terlalu lelah,” katanya dan memijat kepalaku perlahan “Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku tak mau oppa jatuh sakit lagi. Ingat, aku tidak bisa setiap hari disampingmu dan menyuapi mu semangkuk bubur”
Aku menghela nafas. Ketempelkan dahiku didahinya. Mataku terpejam, merasakan nafas gadis itu di wajahku. Wangi cherry dari lipglossnya, pijatan tangannya, suaranya. Aku ingin gadis itu selalu disampingku. Tapi aku juga tidak ingin menghancurkan karir yang baru saja aku bangun dengan susah payah. Tujuh tahun trinee,tujuh tahun penantian agar aku bisa debut. Namun aku juga mencintainya, belahan jiwaku, Krystal Jung.
Aku tersentak dan mendadak menjauhkan wajahku. Aku kaget bukan main dan menyentuh ujung hidungku yang baru saja digigitnya kecil. Gadis ini benar-benar membuatku kaget bukan main.
“Aku pikir kau tertidur” kekehnya dan meraih kunci ruangan ditanganku. “Aku akan keluar duluan” katanya, dia berjalan meraih tasnya di atas meja rias. “Oppa bisa keluar setelah aman. Aku harus keluar duluan agar yang lain tidak curiga” gadis itu tersenyum, mengecup pipiku penuh kasih dan aku tak bisa berkata apa-apa saat sosoknya hilang dibalik pintu.
Aku mendengus lagi. Tanganku terangkat, menyentuh ujung hidungku perlahan, kemudian terseyum penuh arti.
Andaikan, aku dapat leluasa bersamamu, pasti hal itu akan sangat indah sekali.
TBC
WELL *TANGAN GATEL TANGAN GREGET* *REMET-REMET TANGAN* XD
NO SILENT READER ^^
(ONWRITTING) Don't Want To Be An Idol (SUHO-KAI-KRYSTAL)
Teaser https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858
PART 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-1/556480377722128
PART 2 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-part-2/557681404268692
part 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/dont-want-to-be-an-idol-part-3/413036388802691
song: VIXX - Don’t Want To Be An Idol
DONT BE SILENT READER!
TEASER: https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858
Because I’m an idol, because I’m a celebrity
I can’t hold your hand when we walk
I want to go out and go to the movies
I want to stick close to you and walk all day
Things that everyone else does, things that are normal
Those things are difficult for us
As much as I love you, music is so important to me too so I can’t help it
Because of all the cameras, because of my manager
I kept pushing back our dates
I’ll do everything for you,
I’ll give you everything
part 1
Gadis itu tersenyum. Tangannya melambai dengan penuh semangat. Ia mengenakan rok yang terlalu pendek, memperlihatkan kaki putihnya yang ramping. Aku mendekat pada makhluk indah itu. Wangi parfumnya tercium sekilas. Parfum yang sangat ku hapal, karena akulah yang membelikan itu untuknya sebagai hadiah anniversary kami.
“Kai! Lihat-lihat wajah kita di layar!” aku berhenti dan mengurungkan niatku. Seorang yang amat aku kenal, Kyungsoo dan Kai berjalan berdua diikuti Baekhyun mendekati Krystal sembari melihat ke screen yang sedang menyorot wajah mereka . Sedangkan Krystal, tampak tak tertarik dengan screen. Gadis itu kini sedang berdiri disamping Victoria. Seiring dengan hiruk pikuk penonton yang berteriak memenuhi stadion, aku menepi, menutupi gerak-gerikku yang bisa saja tertangkap kamera.
Aku melangkah, mendekati Jessica sunbei yang berdiri tersenyum. Dia menyadari kehadiranku, dan menepuk pipiku hangat. Aku membungkuk sekilas. Sepintas aku ingat apa yang pernah Jessica sunbei katakan saat itu.
“Terimakasih kau telah menjaga Krystal kami selama Trinee. Krystal pasti sangat senang memiliki kakak seperti mu”
Aku tersenyum kecil dan kemballi melambai ke arah penonton.
“Jessica sunbei, bagaimana reaksimu jika mengetahui hubungan kami lebih dari itu?” bisikku dalam hati, semantara senyum terus menghiasi wajahku. “Kami telah berhubungan selama lebih dari dua tahun, bagaimana kau bisa tidak menyadarinya sunbei?”
Aku melirik Krystal yang cukup jauh disana. Terlihat ia sedang bercakap-cakap dengan Kai, meminta ijin pemuda itu untuk menggandeng tangannya.
“Hyung, saat nya membungkuk!” teriak Chanyeol. Aku meraih tangan member EXO yang lain dan bersiap untuk membungkuk.
“HA NA DUL SET!” teriak Leeteuk hyung dengan mic hitam di tangan kirinya “KAMSAHAMNIDAA!!”
Dan kami membungkuk, sementara tangan kami saling bertaut, membentuk sebuah barisan yang amat panjang. Namun pikiranku melayang. Jantungku berdegup tidak normal. Krystal tidak ada disampingku. Namun wangi parfumnya melekat dihidungku, benar-benar membuatku ingin berada disamping gadis itu, memeluknya, mengecup bibirnya lembut. Aku menghela nafas. Ragaku seakan berteriak, berharap aku lah yang dapat menggenggam tangan Krystal, bukan Kai.
***
Aku meraih handuk kecil untuk membasuh rambutku yang basah, dan berjalan ke luar dari ruang ganti.
“Hyung? Mau kemana? Kau tidak ganti dulu? Kaosmu basah” aku menoleh dan tersenyum sekilas ke arah Kyungsoo.
“Sebentar saja, disini terlalu gerah” kataku dan segera beranjak dari sana diikuti anggukan dari Kyungsoo dan member lain.
Aku tersenyum, saat tanpa sadar kakiku melangkah mendekati ruang ganti f(x). namun kemudian berhenti beberapa meter karena pintu itu tiba-tiba menjeblak terbuka. Aku berlari disisi tembok, menyembunyikan diriku sebisa mungkin.
“Ah Suho, kau tidak ganti?” aku mendelik kaget. Di depanku tahu-tahu ada Chang Min sunbei yang terlihat telah berganti pakaian dengan tshirt hitam dan jaket kulitnya yang terlihat mahal.
“Ah iya sunbei, aku hanya, barus saja dari ruangan SHINee sunbei” kataku mencari alibi.
“Ah arrasseo, aku duluan ne?” aku mengangguk lalu Changmin sunbei berjalan melewatiku. Sepertinya Chang Min sunbei tidak meihat gelagatku yang aneh. Semoga saja tidak.
“Anyeong girls. Good Job for today” sapa Changmin sunbei kepada member f(X) yang baru saja keluar dari ruangan mereka. Aku mengintip mereka dari balik tembok. Victoria, Luna, Sulli, Amber. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?
Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun kemudian mereka bersama pergi melewati lorong menuju parkir basement. Dan sekali lagi sebuah pertanyaan melintas di otakku. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?
Aku terdiam sesaat. Melihat keadaan yang tidak ada orang disana. Kemudian mataku tertuju pada pintu itu. Sebuah pintu yang terbuka sejengkal dengan label besar bertuliskan f(X) di permukaannya. Entah iblis apa yang merasukiku, tapi kakiku bergerak ke arah pintu itu.
Aku memeluknya dari belakang. Gadis itu berjengit benar-benar kaget.
“Oppa?! Apa yang kau lakukan disini?” katanya nampak panik. Namun sama sekali tak kulepas pelukanku padanya. Kusandarkan daguku dipundakknya. Sementara bibirku mengecup telinganya lembut. Wangi parfum yang khas menyeruak diujung hidungku. Memberi dorongan yang luar biasa untuk memeluknya lebih erat.
“Oppa, bagaimana kau bisa masuk? Bagaimana jika ada orang yang melihat kita?” serentetan pertanyaan dengan tergesa ia ucapkan. Sangat lucu, dan benar-benar membuatku gemas.
“Look” kataku dan menunjukkan sebuah kunci yang tergantung dijemariku dihadapan matanya. Kunci kamar ganti ruangannya ada ditanganku, menandakan, tidak akan ada orang lain yang akan menerobos masuk dan melihat kami.
Krystal, gadis itu terdiam. Sementara aku mengecup pipinya lembut. Dia memalingkan wajahnya mencoba untuk melihatku dari posisi dia memunggungiku. Tangan kanannya berusaha menyentuh pipiku.
“Dasar nakal” katanya dan membuatku tersenyum.
“Aku merindukanmu chagi” bisiku, seketika pipinya memerah. Dia memalingkan wajahnya, berusaha menutupi betapa malunya ia. Namun tanganku meraih dagunya, mencegah tatapannya berpaling.
“Aku akan benar-benar membunuh stylishmu jika di memberikanmu rok sependek tadi lagi” kataku sedikit sebal.
Krystal tersenyum. “Aigo, uri guardian sedang cemburu tampaknya” katanya dan mengecup bibirku sekilas. Cepat namun namun penuh cinta. Gadis ini benar-benar membuatku jatuh hati. Apapun yang dilakukannya, selalu membuatku nyaman.
“Aku harus segera pergi, member yang lain pasti menungguku” bisiknya. Aku tersenyum. Memelukya lebih erat, sedikit lebih lama mengecup leher jenjangnya yang putih. Mencium lembut aroma parfumnya yang khas, seperti wangi taman segar dipagi hari ketika musim panas. Begitu mendamaikan, nyaman dan lembut.
“Aku mencintaimu Soo Jung-ngie” bisiku ditelinganya, sebelum akhirnya aku melepas tanganku yang melingkar dipinggangnya. Kemudian gadis itu berbalik, sehingga kini dapat ku lihat wajahnya yang begitu segar sehabis menghapus makeupnya. Kedua tangan gadis itu merengkuh tengkukku. Membelai kepalaku begitu halus. Seiring tanganku meraih pinggangnya lagi, menarik tubuhnya begitu erat.
“Jangan terlalu lelah,” katanya dan memijat kepalaku perlahan “Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku tak mau oppa jatuh sakit lagi. Ingat, aku tidak bisa setiap hari disampingmu dan menyuapi mu semangkuk bubur”
Aku menghela nafas. Ketempelkan dahiku didahinya. Mataku terpejam, merasakan nafas gadis itu di wajahku. Wangi cherry dari lipglossnya, pijatan tangannya, suaranya. Aku ingin gadis itu selalu disampingku. Tapi aku juga tidak ingin menghancurkan karir yang baru saja aku bangun dengan susah payah. Tujuh tahun trinee,tujuh tahun penantian agar aku bisa debut. Namun aku juga mencintainya, belahan jiwaku, Krystal Jung.
Aku tersentak dan mendadak menjauhkan wajahku. Aku kaget bukan main dan menyentuh ujung hidungku yang baru saja digigitnya kecil. Gadis ini benar-benar membuatku kaget bukan main.
“Aku pikir kau tertidur” kekehnya dan meraih kunci ruangan ditanganku. “Aku akan keluar duluan” katanya, dia berjalan meraih tasnya di atas meja rias. “Oppa bisa keluar setelah aman. Aku harus keluar duluan agar yang lain tidak curiga” gadis itu tersenyum, mengecup pipiku penuh kasih dan aku tak bisa berkata apa-apa saat sosoknya hilang dibalik pintu.
Aku mendengus lagi. Tanganku terangkat, menyentuh ujung hidungku perlahan, kemudian terseyum penuh arti.
Andaikan, aku dapat leluasa bersamamu, pasti hal itu akan sangat indah sekali.
TBC
WELL *TANGAN GATEL TANGAN GREGET* *REMET-REMET TANGAN* XD
NO SILENT READER ^^
(ONWRITTING) Don't Want To Be An Idol (SUHO-KAI-KRYSTAL)
Teaser https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858
PART 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-1/556480377722128
PART 2 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-part-2/557681404268692
part 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/dont-want-to-be-an-idol-part-3/413036388802691
MY LOVE IS A GANGSTER?!
Rating:
17+
WARNING! SEWAKTU WAKTU RATING BISA NAIK
Cast:
Kim Jong Dae /CHEN [EXO]
Jung Krystal [F(x)]
1
Gang yang amat sepi. Malam begitu larut, bahkan sang rembulan sembunyi ketakutan di balik singgasananya.
Suasana semakin menegangkan ketika datanglah dua buah kubu dari arah utara dan selatan. Seorang pemuda jangkung nampak dari ujung gang bagian selatan. Jas hitam dengan dasi warna merah amat pantas untuknya. Ia berjalan penuh percaya diri, diikuti sekelompok orang yang terlihat lebih tua darinya.
Dari kubu sebelah utara. Seorang pemimpinnya terlihat lebih pendek dan lebih pantas disebut om. Ia menggunakan jas abu-abu mengkilap yang terkesan mewah. Sebuah batang rokok menyala tersemat diantara rongga bibirnya.
“Ya, Jong Dae, kau hanya membawa sedikit anggota” kekehnya terhadap pemuda jangkung dihadapannya kini. “Kuharap ini bukan malam terakhirmu huh?!”
Pemuda yang bernama Kim Jong Dae itu menyunggingkan senyum meremehkan.
“Arrasseo Kim Tae Hwan. Seharusnya pak tua sepertimu tak perlu ikut campur-kan?”
“Kau benar-benar!” Laki-laki yang dipanggil Tae Hwan itu maju dengan amarah yang meluap-luap. Ia tergesa berniat mencengkram kerah kemeja Jong Dae. Namun Kim Jong Dae lebih cepat.
Bug!
Kaki JONG Dae yang panjang itu dengan lantang menendang kepala Kim Tae Hwan. Butuh beberapa saat menyadari akan apa yang telah dilakukan JONG Dae. Pesona pemuda itu begitu tangguh.
“Se-rang” ucap JONG Dae dengan lugas namun enteng. Dan pasukan yang telah siap dibelakangnya, menyerang tanpa pikir panjang.
***
Ruangan itu begitu besar, dengan meja-meja bar yang tersedia di pojok-pojok ruang. Lantai dansa bertambah ramai ketika musik berirama cepat mulai menyapu seluruh ruang. Gemerlap lampu yang mendukung suasana malam menjadi begitu mewah. Wanita-wanita dengan baju mini dan parfum yang menusuk hidung berbaur dengan bau alkohol yang membuat siapa saja terbuai.
Tubuh ramping seorang wanita muda bergerak begitu lincah menikmati lagu yang mendentum-dentum keras ruangan yang besar itu. Mini dress hitam tanpa lengan, menunjukkan jenjang lehernya yang menawan. Rambut panjangnya tergerai indah, sesekali tersibak oleh gerak tubuhnya yang menyesuaikan irama.
“Hey cantik,” seorang namja dengan parfum 41 Men-nya yang menusuk hidung. Wanita berbalut mini dress itu menoleh. Namja tak dikenal itu mendekat dan membelai lembut pipi wanita itu. “Katakan siapa namamu” goda namja itu lagi.
Wanita itu sama sekali tidak terganggu dengan kelakuan si namja yang kurang ajar itu. “Krystal imnida” katanya dan tersenyum.
“Oh, nama yang cantik, seperti orangnya” kekeh namja itu dan melingkarkan tangannya di pinggul Krystal.
“Dan kau?” balas Krystal, tangannya meraba dada si namja dengan nakal.
“JONG Dae, kau pasti mengenalku kan? Aku JONG Dae ketua gangster yang terkenal itu” katanya tepat ditelinga Krystal.
“Ah, jinjja? Kau terlihat berbeda dari kedengarannya” kata Krystal, dapat dirasakannya tangan namja itu hampir meremas dadanya. Krystal berjengit kaget dan menahan tangan pemuda itu.
“Kau tidak bisa mendapatkanku dengan mudah tuan JONG Dae” kata Krystal dengan aksennya yang terdengar berkelas.
“Aku akan melakukan apapun” kata namja itu seakan perkataan Krystal adalah sesuatu hal yang kacangan.
“Jinjja?” Krystal tersenyum penuh arti. “Kau akan melakukan apapun, bahkan jika kau akan berhadapan dengan KIM JONG Dae?”
Namja itu langsung gugup. “A-apa katamu? Kau ingin aku berhadapan dengan diriku sendiri? Hahaa, kau punya selera humor juga cantik.”
Krystal tersenyum licik. “Ah, maaf” katanya “maksudku, berhadapan dengan, KIM JONG Dae yang A-SLI”
BUG!
Namja yang mengaku bernama JONG Dae itu terkapar jatuh di lantai. Orang-orang langsung menghindar dan berteriak kaget. Musik tiba-tiba berhenti karena DJ yang sedari tadi menikmati musik, kini hanya dapat menatap takut.
“Apa yang kau lakukan, bajingan?!” Kali ini suara datang dari pemuda jangkung dan beberapa pengikutnya. Mereka terlihat baru saja melakukan kekerasan diluar sana, terlihat dari setitik darah yang tertempel di ujung bibir pemuda itu. Tangannya mengepal dan melayangkan tinjunya di perut namja yang masih terkapar itu.
semua orang disana memasang wajah ngeri, yang nampak tenang hanyalah Krystal. Ia melipat tangannya dan memasang tampang dingin. Pemuda jangkung yang tiba-tiba datang dan melayangkan kepalan-nya itu bukanlah orang asing. Ia kenal jelas, karena ia adalah Kim JONG Dae yang asli.
“Krystal, gwenchana?” tanya JONG Dae yang asli dan menghampiri pujaan hatinya itu.
Krystal beranjak dari hadapan JONG Dae dalam diam. Ia mengambil mini bag-nya yang cukup dekat dari sana dan pergi begitu saja.
“Aish! Dia marah” sebal JONG Dae, ia memandang namja yang terkapar dan mengaduh kesakitan itu. Katanya kemudian pada para bawahannya. “Beri dia pelajaran,” katanya lagi sebelum beranjak dari sana “di luar”
“Baik ketua” ucap mereka dan menyeret namja menyedihkan itu dari sana.
“Krystal!” JONG Dae menahan tangan Krystal sebelum gadis itu benar-benar belok di tikungan jalan.
“Apa?” ucap Krystal datar.
“Kau marah, iyakan kau marah?” tanya JONG Dae dan melepas cengkraman tangannya di lengan Krystal. Gadis itu melipat tangannya lagi, menunjukkan betapa geramnya ia.
'Apa kau bodoh? Untuk apa kau bertanya jika jelas-jelas mengetahuinya, aish, Pabo JONG Dae ' sebal JONG Dae pada dirinya-sendiri.
“Menurutmu? Apa yang harus aku kesali dari seorang tuan muda, sang ketua gangster yang harus membuatku menunggu selama tiga jam?” kesal Krystal.
“A-aku...” JONG Dae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya sedang...”
“Berkelahi” JONG Dae menelan ludah mendengar apa yang Krystal tebak. “Ya! JONG Dae!”
Bug!
JONG Dae mengaduh kesakitan sembari mengusap-usap kepalanya. Krystal baru saja memukul kepalanya dengan tas berat yang ada di genggamannya itu. Tas itu cukup kecil, namun ternyata berat seakan berisi sebuah batu bata.
“Lihat lah umurmu sekarang Pabo! Apakah diotakmu hanya ada meninju dan menendang?!”
“Aku hanya__”
Bug!
Lagi, tas itu melayang menimpa kepala JONG Dae tanpa segan.
“Kau bahkan belum menyelesaikan SMA mu! Kau pikir karena kita dijodohkan, maka aku akan menerima laki-laki macam kau menjadi suamiku?!”
“Tapi bukankah kita sudah menikah, hanya tinggal membuat anak dan__”
Bug!
Kali ini Krystal menghempaskan sebuah tinju diperut JONG Dae.
“Auwhh” JONG Dae mengaduh keras. “Kenapa kau memukulku? Apa kau tidak mencintaiku huh?!”
“Tidak!” geram Krystal membuat JONG Dae mendelik kaget. “Kau lupa kita hanya dijodohkan? Bukankah kau hanya memikirkan menikah, menghamiliku, kemudian bersenang-senang semaumu dengan banyak wanita? Dan kau sekarang,” Krystal benar-benar meledak “ KAU PIKIR AKU AKAN MENCINTAIMU DENGAN SEGALA PIKIRAN BODOH MU ITU??!”
JONG Dae tidak dapat mengatakan apapun kali ini. Ia selalu tidak marah akan perlakuan kasar Krystal padanya. Ia amat menyayangi gadis itu.
Krystal menyibakkan rambutnya. Nafasnya naik turun setelah segala perkataan yang ia katakan itu____ ternyata membuang penuh energi___.
“Ya Pabo.” ucapnya sebelum benar-benar pergi dari tempat itu “Jika kau memang ingin membuatku mencintaimu lakukanlah selayaknya namja normal. Aku tidak segan untuk memberikan tubuhku untuk namja lain jika sikapmu seperti ini.”
“M-mwo? Ya! Kau tidak boleh! Kau istriku! Yaa!! Krystal!!! Chagiii!!” JONG Dae berteriak apa saja agar membuat gadis itu kembali, namun pemuda itu tak dapat melakukan apapun.
JONG Dae menghela nafas, kemudian menghempaskan tubuhnya begitu saja di trotoar beton itu.
“Aish!” rengeknya sambil mengusap-usap perutnya, bekas pukulan Krystal tadi masih terasa di kulitnya, dan kini menjalar hingga ke hatinya.
***
“Berapa umur bos sekarang?”
“20 tahun, aku kelahiran 1991.”
“Pendidikan terakhir?”
“Ehm, SMA, sbenarnya belum lulus SMA.”
“Wah perbedaan sangat besar. Nona Krystal sekarang telah berumur 17 tahun di kelas 3 SMA. Dan sedangkan tu-an___” suara laki-laki itu tercekat. Seakan tertahan di kerongkongannya ketika melihat wajah JONG Dae yang siap membunuhnya kapan saja.
“Ya, Seong Yeol, kau disini untuk membantuku, bukan untuk menghinaku huh!”
Seong Yeol menelan ludah. “Te-tentu saja Kakak ketua.” dia menunduk sebentar kemudian menatap JONG Dae lagi. “Hanya ada satu cara. Meskipun ini akan sedikit memalukan”
“Hem, katakan”
Seong Yeol berkata ragu “Kakak ketua, harus kembali ke bangku SMA dan lulus tahun ini.”
JONG Dae menatap Seong Yeol, dan tiba-tiba tertawa. Seong Yeol terheran-heran dengan tingkah kakak ketuanya itu.
“Selera humor mu bagus juga” kekeh JONG Dae. “Kau bercandakan?”
Seong Yeol tidak bergerak. Bibirnya terkatup dan matanya menatap kakak ketuanya dengan pandangan 'aku sedang tidak bercanda'. Tawa JONG Dae langsung lenyap.
TBC
CHAPTER 2 https://www.facebook.com/notes/du-bu-dub/my-love-is-gangster-part-2/572653469438152
NO SILENT READER YANG SILENT SAYA DOAKAN GAK SELAMAT DUNIA AKHERAT!!
fanfiction
Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : Jung Soo Jung, Oh Sehun, Kim Jong In
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,
***CHAPTER 1***
Mereka ada di sekitar kita…
Tidak bersembunyi…
Namun tidak tampak…
Dan ketika mereka menampakkan diri…
Bukan untuk menakuti…
Tapi untuk membuktikan…
Bahwa kematian itu ada…
Aku pernah mendengar cerita seram. Menonton film horror ataupun melihat orang kerasukan. Seram memang. Tapi kau tak akan merasa itu seseram saat kau tak percaya akan apa yang kau lihat sendiri.
Saat penglihatanmu berubah aneh. Dan kau bisa melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat. Melihat apa yang seharusnya kau yakin tidak ada. Mendengar mereka tertawa dan menangis sendirian. Dan merasa dirimu gila karena hanya kau yang bisa melihatnya. Itulah yang terjadi padaku. Penglihatanku tiba-tiba terasa seakan tidak normal.
Semua ini bermula ketika umurku 16 tahun. Tepat di hari Ulang Tahunku yang ke 16. Aku terjatuh dari tangga. Kepalaku terbentur keras dan aku tidak sadarkan diri. Ibuku bercerita, bahwa dokter bilang aku sudah meninggal. Entah kau mau percaya atau tidak. Aku benar-benar sudah meninggal. Ketika dua jam berlalu dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku. Memandang ke sekelilingku dan tiba-tiba aku disambut pelukan ibu dan ayahku. Tanpa seingatku aku sudah menjalani apa yang sering dikatakan orang, yaitu mati suri. Semuanya baik-baik saja, hanya benturan kepalaku yang masih terasa nyeri saat itu.
Tapi perbedaan itu datang sehari sesudah aku tertidur pulas. Aku terbangun. Dan ketika aku membuka mata… aku menatap satu dunia lain. Aku berharap ini mimpi. Tentu saja itu yang akan diharapkan semua orang saat mreka menghadapi ini. Tapi aku, sekalipun menganggapnya mimpi, ini tetap nyata. Untuk pertama kalinya dalam hidupku tanpa aku kehendaki. Sehari setelah umurku enam belas tahun semenjak itu. Aku, bisa melihat hantu yang berada disekitarku.
Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Walau aku tidak meminta penglihatan ini. Namun ketika Tuhan memberikan aku keajaiban itu. Aku hanya bisa terdiam. Melihat apa yang bisa aku lihat. Dan kalaupun aku menangis, aku akan menangisi mereka. Yang terlihat menyedihkan dan diambang antara ‘ada dan tiada’, ‘tenang dan tidak tenang’, ‘di dunia atau di neraka’. Sementara manusia masih asyik dengan cara hidup mereka yang berfoya-foya.
Diatas semua itu, mreka tidak sendiri. Tanpa sepengetahuan kita, sesungguhnya, kita sedang diawasi.
Dan kini, keberadaan mereka adalah bukti bahwa,
kematian itu ada….
***
“Anyeonghasseyo. Perkenalkan aku Oh Sehun, pindahan dari Jepang” Sehun membungkuk memperkenalkan diri se-sopan mungkin. “Salam Kenal” tambahnya dengan ramah.
Sehun, seorang pemuda yang cukup jangkung. Dengan eye smilenya yang terlihat charming. Ia memang orang Korea, tapi waktu SMP dulu, ia tinggal di Jepang karena ayahnya punya pekerjaan disana. Namun ia sudah kembali ke kampung halamannya. Grogi memang, menghadapi remaja-remaja Korea yang pastinya berbeda dengan remaja-remaja Jepang pada umumnya. Entah apa ia bisa beradaptasi atau tidak. Karena tujuannya sekarang adalah mencari teman.
“Baiklah Sehun, kau duduk di sebelah Jong In di sana” kata Pak Lee Mong Hae tenang sambil menunjuk bangku kosong paling belakang di samping siswa yang sedari tadi sibuk membaca sesuatu. Namun mendengar namanya dipanggil, ia mendongak dan mengambil tas yang dari tadi berada di atas bangku kosong disebelahnya.
Sehun membungkuk pelan dan mendekati bangku yang ditunjuk. Ia duduk di sebelah Laki-laki berparas dingin, namun tampan. Benar dia ingat namanya Jong In
“Salam kenal, Sehun imnida”
Laki-laki bernama Kim Jong In itu hanya terdiam, terlihat tak peduli dengan apa yang Sehun lakukan. Sehun menelan ludah gusar. Kemudian ia melihat keseluruh ruangan.
Di deretan paling depan terlihat dari gayanya, mereka anak-anak pintar yang serius memperhatikan pelajaran. Sedangkan dideretan paling pojok, kumpulan murid laki-laki yang bertampang mengantuk. Dan dibelakangnya, beberapa murid-murid cewek sedang asik dengan handphonenya.
“Kau akan terbiasa dengan suasananya” ucap Jongin mengagetkan Sehun yang sedang memperhatikan seisi kelas.
Ia mengangguk kemudian memperhatikan white board di depan kelas. Tapi, perhatiannya beralih. Di dekat jendela dideretan tengah. Siswi berambut panjang itu duduk sendiri didekat jendela. Ia terus menatap White Board di depan. Bukan menyimak ataupun melamun. Pandangannya dingin dan kosong seperti mayat hidup. Tangannya terlipat rapi di atas meja. Ia tidak menulis catatan yang di tulis guru di depan. Seperti boneka tanpa nyawa yang hanya dikendalikan remot.
“Jangan hiraukan dia” Sehun memandang Jongin tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Kata Jongin tidak memandang Sehun sama sekali. “Namanya Soo Jung, Jung Soo Jung. Nama yang indah, sayang tidak sesuai dengan sifatnya yang pendiam itu. Kami semua memanggilnya 'anak aneh'. Dia selalu mengatakan apa yang tidak kami mengerti sama sekali, dan ekspresinya selalu datar seperti itu”
“Karena itu dia duduk sendiri?”
Jongin menyunggingkan senyum singkat yang terlihat seperti menggampangkan ucapan Sehun. “Dia yang menolak kami duduk bersamanya, dari awal kami satu kelas dengannya, ia sudah ingin duduk sendiri.”
“Kenapa?”
“Entahlah, Tapi...” ucap Jongin lebih singkat.
“Tapi kenapa?” Tanya Sehun ingin tau. Jongin nampak terdiam cukup lama. Menunduk sebentar dan menoleh ke white board lagi.
“Dia pernah berkata tentang bangku yang kau duduki ini. Dia bilang, seseorang telah mendudukinya.” jelas Jongin dingin. Seakan yang ia ucapkan adalah topik rendahan bagai sampah.
Sehun kembali menelan ludah.
“A-a-apa maksudnya? Mana mungkin bangku kosong sudah ada yang menduduki?”
Namun Jongin tetap terdiam dengan aksennya yang dingin itu. Di sampingnya, Sehun sedang memperhatikan bukunya, namun pikirannya melayang, mencoba untuk mencerna perkataan Jongin.
Sekali lagi Sehun menggerakkan kepalanya. Ia menengadah pelan, kemudian perlahan ia memandang Soo Jung. Namun betapa terkejutnya ia mendapati siswi itu sedang memandangnya tajam. Pandangan yang mampu membuat orang langsung menggigil. Pandangan yang menakutkan. Pandangan yang mematikan. Sehun langsung menunduk berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Tangannya gemetar, entah takut atau kaget. Tapi ia berusaha untuk tidak memandang Soo Jung lagi. Ia mulai sedikit takut dengan siswi itu. Pandangan Soo Jung tadi seakan berbicara bahwa, ia sebentar lagi akan mati.
***
Suara Bel akhir jam pelajaran berdenting. Anak-anak mulai ramai memenuhi lorong dan lapangan sekolah.
“Soo Jung-sshi!!!”
Gadis dengan rambut panjangnya yang terurai itu, ia berhenti berjalan kemudian menengok ke asal suara. Sehun berlari menghampirinya dengan cepat dan terengah-engah.
“Soo Jung-sshi, perkenalkan aku Sehun,” berusaha berpikir apa yang di ucapkannya penting atau tidak bagi gadis itu “Aku pindahan dari Jepang. Kita, ki-ta sekelas.”
Soo Jung tidak memandang ataupun berbicara kepadanya. Ia memandang ke arah lain dengan dingin.
“Tolong jangan marah ke padaku terlebih dahulu, aku hanya ingin bertanya”
Sehun terdiam, memandang Soo Jung yang tidak berkutik. Selang beberapa saat, tatapan Soo Jung tetap tidak berubah.
“Apa..” ucap Sehun pelan. “Apa maksud pandanganmu tadi?”
Soo Jung menatap Sehun. Tatapannya ketus dan penuh ancaman.
“Kau tak mau sialkan?” katanya dengan nada yang sangat tenang, tenang yang membunuh.
“A-a-aku tidak mengerti maksudmu” kata Sehun agak tegas.
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.” Kata Soojung penuh arti dan tidak melepas pandangannya dari Sehun yang lebih jangkung darinya.
“Kenapa aku harus pindah memang ada apa dengan bangku itu?” Sehun berusaha menatap mata Soo Jung walaupun ia merasa getir setiap kali memandang matanya yang begitu tajam.
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!” Soo Jung berbalik, kemudian berjalan kembali keluar pintu gerbang.
Sehun terdiam. Ia tidak punya keberanian untuk memanggil Soo Jung untuk kembali. Ia masih terpaku di tempatnya, mengingat perkataan Soo Jung tadi.
“Kau tak mau sialkan?”
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.”
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!!”
Sehun mengacak-ngacak rambutnya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri, ‘ini hanya khayalan’.
TO BE CONTINUED….
Well ini FF jaman SMP. Jadi bahasanya begitu. Keliatan banget haha KELIATAN ALAYNYA/plak. Thx. NO SILENT READER ^^
nb: maaf itu covernya ancur bgt.. malah ga ada horrornya.. ahh sudahlah -___-
(ONWRITTING) DAYDREAM (Krystal-Kai-Sehun) Prolog https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-prolog/558189610884538 chapter 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-chapter-1/558521944184638 chapter 2 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-2/405880582851605 chapter 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-3/408241989282131
chapter 4 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-4/415998541839809
fanfiction
Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : Jung Soo Jung, Oh Sehun, Kim Jong In
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,
***CHAPTER 1***
Mereka ada di sekitar kita…
Tidak bersembunyi…
Namun tidak tampak…
Dan ketika mereka menampakkan diri…
Bukan untuk menakuti…
Tapi untuk membuktikan…
Bahwa kematian itu ada…
Aku pernah mendengar cerita seram. Menonton film horror ataupun melihat orang kerasukan. Seram memang. Tapi kau tak akan merasa itu seseram saat kau tak percaya akan apa yang kau lihat sendiri.
Saat penglihatanmu berubah aneh. Dan kau bisa melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat. Melihat apa yang seharusnya kau yakin tidak ada. Mendengar mereka tertawa dan menangis sendirian. Dan merasa dirimu gila karena hanya kau yang bisa melihatnya. Itulah yang terjadi padaku. Penglihatanku tiba-tiba terasa seakan tidak normal.
Semua ini bermula ketika umurku 16 tahun. Tepat di hari Ulang Tahunku yang ke 16. Aku terjatuh dari tangga. Kepalaku terbentur keras dan aku tidak sadarkan diri. Ibuku bercerita, bahwa dokter bilang aku sudah meninggal. Entah kau mau percaya atau tidak. Aku benar-benar sudah meninggal. Ketika dua jam berlalu dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku. Memandang ke sekelilingku dan tiba-tiba aku disambut pelukan ibu dan ayahku. Tanpa seingatku aku sudah menjalani apa yang sering dikatakan orang, yaitu mati suri. Semuanya baik-baik saja, hanya benturan kepalaku yang masih terasa nyeri saat itu.
Tapi perbedaan itu datang sehari sesudah aku tertidur pulas. Aku terbangun. Dan ketika aku membuka mata… aku menatap satu dunia lain. Aku berharap ini mimpi. Tentu saja itu yang akan diharapkan semua orang saat mreka menghadapi ini. Tapi aku, sekalipun menganggapnya mimpi, ini tetap nyata. Untuk pertama kalinya dalam hidupku tanpa aku kehendaki. Sehari setelah umurku enam belas tahun semenjak itu. Aku, bisa melihat hantu yang berada disekitarku.
Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Walau aku tidak meminta penglihatan ini. Namun ketika Tuhan memberikan aku keajaiban itu. Aku hanya bisa terdiam. Melihat apa yang bisa aku lihat. Dan kalaupun aku menangis, aku akan menangisi mereka. Yang terlihat menyedihkan dan diambang antara ‘ada dan tiada’, ‘tenang dan tidak tenang’, ‘di dunia atau di neraka’. Sementara manusia masih asyik dengan cara hidup mereka yang berfoya-foya.
Diatas semua itu, mreka tidak sendiri. Tanpa sepengetahuan kita, sesungguhnya, kita sedang diawasi.
Dan kini, keberadaan mereka adalah bukti bahwa,
kematian itu ada….
***
“Anyeonghasseyo. Perkenalkan aku Oh Sehun, pindahan dari Jepang” Sehun membungkuk memperkenalkan diri se-sopan mungkin. “Salam Kenal” tambahnya dengan ramah.
Sehun, seorang pemuda yang cukup jangkung. Dengan eye smilenya yang terlihat charming. Ia memang orang Korea, tapi waktu SMP dulu, ia tinggal di Jepang karena ayahnya punya pekerjaan disana. Namun ia sudah kembali ke kampung halamannya. Grogi memang, menghadapi remaja-remaja Korea yang pastinya berbeda dengan remaja-remaja Jepang pada umumnya. Entah apa ia bisa beradaptasi atau tidak. Karena tujuannya sekarang adalah mencari teman.
“Baiklah Sehun, kau duduk di sebelah Jong In di sana” kata Pak Lee Mong Hae tenang sambil menunjuk bangku kosong paling belakang di samping siswa yang sedari tadi sibuk membaca sesuatu. Namun mendengar namanya dipanggil, ia mendongak dan mengambil tas yang dari tadi berada di atas bangku kosong disebelahnya.
Sehun membungkuk pelan dan mendekati bangku yang ditunjuk. Ia duduk di sebelah Laki-laki berparas dingin, namun tampan. Benar dia ingat namanya Jong In
“Salam kenal, Sehun imnida”
Laki-laki bernama Kim Jong In itu hanya terdiam, terlihat tak peduli dengan apa yang Sehun lakukan. Sehun menelan ludah gusar. Kemudian ia melihat keseluruh ruangan.
Di deretan paling depan terlihat dari gayanya, mereka anak-anak pintar yang serius memperhatikan pelajaran. Sedangkan dideretan paling pojok, kumpulan murid laki-laki yang bertampang mengantuk. Dan dibelakangnya, beberapa murid-murid cewek sedang asik dengan handphonenya.
“Kau akan terbiasa dengan suasananya” ucap Jongin mengagetkan Sehun yang sedang memperhatikan seisi kelas.
Ia mengangguk kemudian memperhatikan white board di depan kelas. Tapi, perhatiannya beralih. Di dekat jendela dideretan tengah. Siswi berambut panjang itu duduk sendiri didekat jendela. Ia terus menatap White Board di depan. Bukan menyimak ataupun melamun. Pandangannya dingin dan kosong seperti mayat hidup. Tangannya terlipat rapi di atas meja. Ia tidak menulis catatan yang di tulis guru di depan. Seperti boneka tanpa nyawa yang hanya dikendalikan remot.
“Jangan hiraukan dia” Sehun memandang Jongin tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Kata Jongin tidak memandang Sehun sama sekali. “Namanya Soo Jung, Jung Soo Jung. Nama yang indah, sayang tidak sesuai dengan sifatnya yang pendiam itu. Kami semua memanggilnya 'anak aneh'. Dia selalu mengatakan apa yang tidak kami mengerti sama sekali, dan ekspresinya selalu datar seperti itu”
“Karena itu dia duduk sendiri?”
Jongin menyunggingkan senyum singkat yang terlihat seperti menggampangkan ucapan Sehun. “Dia yang menolak kami duduk bersamanya, dari awal kami satu kelas dengannya, ia sudah ingin duduk sendiri.”
“Kenapa?”
“Entahlah, Tapi...” ucap Jongin lebih singkat.
“Tapi kenapa?” Tanya Sehun ingin tau. Jongin nampak terdiam cukup lama. Menunduk sebentar dan menoleh ke white board lagi.
“Dia pernah berkata tentang bangku yang kau duduki ini. Dia bilang, seseorang telah mendudukinya.” jelas Jongin dingin. Seakan yang ia ucapkan adalah topik rendahan bagai sampah.
Sehun kembali menelan ludah.
“A-a-apa maksudnya? Mana mungkin bangku kosong sudah ada yang menduduki?”
Namun Jongin tetap terdiam dengan aksennya yang dingin itu. Di sampingnya, Sehun sedang memperhatikan bukunya, namun pikirannya melayang, mencoba untuk mencerna perkataan Jongin.
Sekali lagi Sehun menggerakkan kepalanya. Ia menengadah pelan, kemudian perlahan ia memandang Soo Jung. Namun betapa terkejutnya ia mendapati siswi itu sedang memandangnya tajam. Pandangan yang mampu membuat orang langsung menggigil. Pandangan yang menakutkan. Pandangan yang mematikan. Sehun langsung menunduk berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Tangannya gemetar, entah takut atau kaget. Tapi ia berusaha untuk tidak memandang Soo Jung lagi. Ia mulai sedikit takut dengan siswi itu. Pandangan Soo Jung tadi seakan berbicara bahwa, ia sebentar lagi akan mati.
***
Suara Bel akhir jam pelajaran berdenting. Anak-anak mulai ramai memenuhi lorong dan lapangan sekolah.
“Soo Jung-sshi!!!”
Gadis dengan rambut panjangnya yang terurai itu, ia berhenti berjalan kemudian menengok ke asal suara. Sehun berlari menghampirinya dengan cepat dan terengah-engah.
“Soo Jung-sshi, perkenalkan aku Sehun,” berusaha berpikir apa yang di ucapkannya penting atau tidak bagi gadis itu “Aku pindahan dari Jepang. Kita, ki-ta sekelas.”
Soo Jung tidak memandang ataupun berbicara kepadanya. Ia memandang ke arah lain dengan dingin.
“Tolong jangan marah ke padaku terlebih dahulu, aku hanya ingin bertanya”
Sehun terdiam, memandang Soo Jung yang tidak berkutik. Selang beberapa saat, tatapan Soo Jung tetap tidak berubah.
“Apa..” ucap Sehun pelan. “Apa maksud pandanganmu tadi?”
Soo Jung menatap Sehun. Tatapannya ketus dan penuh ancaman.
“Kau tak mau sialkan?” katanya dengan nada yang sangat tenang, tenang yang membunuh.
“A-a-aku tidak mengerti maksudmu” kata Sehun agak tegas.
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.” Kata Soojung penuh arti dan tidak melepas pandangannya dari Sehun yang lebih jangkung darinya.
“Kenapa aku harus pindah memang ada apa dengan bangku itu?” Sehun berusaha menatap mata Soo Jung walaupun ia merasa getir setiap kali memandang matanya yang begitu tajam.
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!” Soo Jung berbalik, kemudian berjalan kembali keluar pintu gerbang.
Sehun terdiam. Ia tidak punya keberanian untuk memanggil Soo Jung untuk kembali. Ia masih terpaku di tempatnya, mengingat perkataan Soo Jung tadi.
“Kau tak mau sialkan?”
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.”
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!!”
Sehun mengacak-ngacak rambutnya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri, ‘ini hanya khayalan’.
TO BE CONTINUED….
Well ini FF jaman SMP. Jadi bahasanya begitu. Keliatan banget haha KELIATAN ALAYNYA/plak. Thx. NO SILENT READER ^^
nb: maaf itu covernya ancur bgt.. malah ga ada horrornya.. ahh sudahlah -___-
(ONWRITTING) DAYDREAM (Krystal-Kai-Sehun) Prolog https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-prolog/558189610884538 chapter 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-chapter-1/558521944184638 chapter 2 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-2/405880582851605 chapter 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-3/408241989282131
chapter 4 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-4/415998541839809
Title: LOVE 1000 YEARS PART 1
Cast: Jung SOO JUNG, Byun Baekhyun, Kim Jong In
ROMANCE, FRIENDSHIP, KOREAN KINGDOM BACKGROUND
Seorang gadis kecil terlihat menunduk. Ia mengenakan hanbok, perpaduan warna putih dari jeogori[1] dan chima[2] yang berwarna merah muda keunguan. Rambut panjang gadis itu bergaya daenggi meori[3].
Dia tersenyum sangat cantik dan mengulurkan tangannya ke pada seorang
bocah yang berpakaian lusuh. Bocah itu menunduk. Ia terlihat tak percaya
ketika melihat tangan bersih itu terarah ke depan wajahnya.
*[1] jeogori: atasan
*[2] chima: rok bawahan
*[3] gaya rambut dikelabang ala bangsawan kala itu.
“Lain kali hati-hati Baekhyun-ah” bocah itu terdiam, tidak berani memandang gadis itu. Bahkan ia merasa terlalu hina untuk meraih tangann gadis itu. Tangan terbersih yang pernah dilihatnya.
“Maaf nona, hamba tidak berani hamba hanya seorang budak”
“Kau temanku.” Kata gadis kecil itu. “Aku tidak terlalu menyukai kata budak” katanya dan tersenyum. Senyum yang elok, bagai permata yang berpijar setelah diasah. “Tak apa raihlah tanganku untuk kali ini saja. Hanya ada kita berdua disini.”
Bocah kecil bernama Baekhyun itu menengok. Melihat keadaan disekelilingnya. Sebuah tanah lapang perkarangan rumah adat bangsawan korea yang terlihat lenggang. Bahkan burungpun tidak terdengar berkicau disana.
Baekhyun kecil menelan ludah. Dengan ragu, disentuhnya tangan tuannya itu. Tangan tuannnya begitu hangat dan lembut.
“Selamat datang dirumah kami, Baekhyun-ah.” Kata gadis kecil itu dan membuat Baekhyun terkesiap. Baekhyun tersenyum kecil. Alangkah sungguh beruntungnya ia telah mendapat seorang majikan yang merupakan jelmaan dewi. Begitu cantik, ramah dan baik hati.
***
Langit malam ini nampak bersih, bertabur bintang yang tertoreh bagai permadani. Sang Dewi Malam yang tengah menggantung tenang disana, kini bersinar penuh. Awan hitam bergumpal disekitarnya terlihat berwarna keunguan. Dibumi, angin berhembus lemah, mengalirkan nada yang terdengar dari suara hewan malam. Mereka berirama dan bersahut-sahutan seakan memuja sang dewi malam yang tengah tersenyum lembut di atas sana.
Angin berhembus begitu memikat. Alurnya lambat, memberi kesan lembut yang menyenangkan. Di sana, di sebuah pohon tua, dengan dahan kokohnya yang tumbuh menyamping. Seorang laki-laki muda, nampak memperlihatkan postur tubuhnya yang begitu nyaman bertengger, sementara kepalanya menengadah ke angkasa. Matanya yang sipit itu tampak terpesona menatap benda angkasa yang bundar bulat terang disana. Hingga kemudian, suara manis terdengar membuat para binatang malampun terdiam.
“How many friends do I have? Count them:
Pemuda itu mengalunkan suara yang merdu dari mulutnya. Jakunnya bergerak, seiring ia mengatur melodi yang akan keluar dari pita suaranya.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
How happy I am
When I welcome my five friends!
Sang dewi meredup sesaat, nampaknya ia terpesona dengan suara alunan lembut yang terdengar lirih dan menenangkan. Kumpulan bambu-pun berkerik terbuai angin malam. Mereka terdengar seperti instrument alam yang mengiringi lagu pemuda itu.
What else do I need
When I have five friends?
“Baekhyun-ah” Pemuda bernama Baekhyun itu menunduk cukup kaget. Ia mengubah posisinya yang duduk tidak sopan. Dilihatnya dibawah sana, seorang gadis dengan hanbok merah jambunya tersenyum begitu manis.
Baekhyun segera turun dari tempat nyamannya. Dengan gesit, kakinyamenginjak tanah. Matanyayang sipit itu, kini melebar. Dia melihat gadis itu dengan panik.
“Nona Soo Jung?” katanya tampak khawatir. Dilihatnya keseluruh jalan setapak. Pandanganya tertuju pada sebuah rumah beratap tradisional dengan halaman yang luas. Rumah itu adalah rumah majikannya. Cahaya obor masih menyala dari sana, pertanda tidak terjadi hal yang buruk pada keluarga majikannya.
“Jadi, selama ini kau yang bernyanyi tiap malam?” kata gadis itu penuh selidik. Baekhyun menunduk takut. Apa yang harus dikatakannya?
“Maafkan hamba nona. Hamba sangat lancang. Hamba telah mengganggu tidur nona” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar bergetar. “Hamba benar-benar tidak berguna” katanya tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pemuda itu menunduk memandang kakinya sendiri. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki. Benar-benar tidak sopan.
“Sijo[4] oleh Yoon Sundo dan Hwang Jhini. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” ucap Soo Jung tampak penasaran.
*[4] Lirik puisi, lirik lagu yang cukup terkenal di masa bangsawan kala itu.
Baekhyun menelan ludah. Soo Jung telah mengajarkannya baca tulis dari lama. Namun bagaimana ia dapat menjelaskan kelancangannya?
“Maafkan hamba nona” Baekhyun tiba-tiba terpuruk. Ia berlutut ketakutan. Bahkan tak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam lututnya saat itu. “Hamba telah lancang membaca buku milik nona. “Hamba berhak dihukum karena begitu lancang.” Katanya lagi, kali ini ia berlutut begitu rendah, hingga dahinya menyentuh tanah.
Gadis cantik bermata indah itu tersenyum. Menahan tawanya sebisa mungkin. Namun pada akhirnya dia tertawa. Tawa kecil yang terdengar anggun dan lembut.
Baekhyun merasa ada yang aneh dengan pendengarannya. Ia masih berpikir, apakah benar yang ia dengar itu adalah suara tawa?
“Ma-maafkan hamba nona” kata Baekhyun sedikit ragu. Ia masih tak percaya, bukan nada marah, melainkan suara tawa yang terdengar sangat renyah kini justru diterimanya. Kenapa majikanya itu tertawa?
“Baekhyun-ah” Baekhyun tidak mengubah posisinya. Dahinya masih menyentuh tanah. Matanya masih terpejam. “Bangunlah” namun pemuda itu tetap tidah mengubah posisinya. Justru matanya terpejam lebih kuat.
Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang menerpa wajahnya. Ia mendekat ke arah Baekhyun. Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah. Namun gadis itu tak peduli. Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba. Dia benar-benar terbelalak. Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.
“Suaramu sangat bagus Baekhyun-ah” ujar gadis itu. Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. Suara yang mampu membuat jantung pemuda itu berdebar amat kencang mendentum iganya. “Aku hanya ingin berterimakasih.” Baekhyun menelan ludah ketika wangi bunga mawar menyeruak dihidungnya. Wangi khas dari majikannya. “Karena suara lembutmu aku bisa tidur dengan nyenyak disetiap malam.”
Baekhyun akhirnya bergerak. Ia memberanikan diri untuk mendongak. Sedikit saja, meskipun ia hanya bisa melihat dagu majikannya, itu tak masalah. Dagu yang putih dan runcing dapat dilihatnya dengan jelas. Tanpa diinginkannya mata pemuda itu meraih pemandangan lain, bibir indah berwarna merah muda bagai bunga mugunghwa yang tengah mekar, hidung yang mancung, dua mata yang indah dan jernih. Mata Baekhyun pun berhenti pada titik itu. Ia tak dapat berkutik melihat kedua mata Soo Jung. Kedua mata itu menghipnotisnya. Dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam.
Jantung Baekhyun berdetak begitu kuat. Darah di tubuhnya seakan mengalir lebih deras di setiap nadinya. Nafasnya melambat, seiring suara angin menderu kecil disekitar mereka.
“Mari kita bernyanyi bersama Baekhyun-ah” kata gadis itu dan tersenyum. Senyum yang berkelip indah dibawah sinar rembulan yang semakin benderang. “Aku ingin memiliki suara yang indah juga sepertimu”
***
Baekhyun tersenyum. Ini bukan malam pertama, melainkan sudah kesekian malam dia merasakan kebahagiaan yang melanda dadanya. Bibirnya tak berhenti untuk melebar, membentuk senyum yang begitu lepas. Di sampingnya seorang gadis cantik dengan jeogori berwarna putih dan chima berwarna merah yang melekat ditubuhnya.
Baekhyun amat sangat bersyukur, ia mendapatkan seorang majikan yag begitu baik. Bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang yang rendah. Namun sebagai kawan.
“How many friends do I have? Count them:
Gadis itu mengeluarkan suara merdunya. Baekhyun cukup tercengang mendengar suara majikannya itu. Suara dengan nada soprano yang yang unik dan khas.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
Kenapa tidak sedari dulu majikannya bernyanyi? Kenapa dimalam sebelumnya, nonanya itu hanya ingin mendengarnya bernyanyi? Padahal, suara Nonanya itu sungguh merdu. Bahkan Baekhyun begitu takjub dengan hal itu.
How happy I am
When I welcome my five friends!
“Suara apa itu? Seakan detak genderang mengaung begitu kencang?“ Baekhyun merasa ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang jelas salah.
What else do I need
When I have five friends?
Soo Jung menyelesaikan senandung lagu itu dengan pipi yang memerah terhias diwajahnya.
“Suaraku tak begitu bagus.” Katanya.
“Tidak, suara anda indah nona” ujar Baekhyun. Matanya tak mengerjab memandang majikannya itu. Cantik, bahkan bulan yang merona di langit malam sana tak dapat mengalahkan agungnya pesona gadis itu.
“Kenapa begini? Ini salah!”
Baekhyun tahu ini adalah dosa terbesar yang ia lakukan. Namun pemuda itu tak dapat mencegah perasaan itu datang dihatinya. Perasaan yang membuat isi perutnya seakan jungkir balik. Perasaan yang membuat jantungnya bergemuruh. Perasaan itu, hanya dapat ia simpan dalam kesendiriannya. Dan ia hanya dapat membukanya dalam mimpi.
“Terimakasih.” Ujar gadis itu. Soo Jung menengadah, memandang bulan yang kini sedikit redup karena tertutupi awan kelabu. “ Kelak, jika aku terlahir kembali. Aku berharap dapat bertemu dengan mu lagi Baekhyun-ah. Dan kau bisa bernyanyi untukku. Kemudian kita dapat bernyanyi bersama. ”
“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”
“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”
“Baekhyun-ah” kata Soo Jung. Kali ini suara gadis itu begitu lirih. Bahkan hampir seperti sebuah bisikan. “Menurutmu, bagaimana pangeran Kim Jong In?”
Baekhyun merasa kerongkongannya tersendat. Ia tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Majikannya adalah gadis yang cantik, setiap laki-laki ingin meminang Nonanya. Dan bahkan seorang pangeran di negrinya. Tampaknya semua ini terdengar begitu sakit. Pujaan hatinya akan menikah dengan laki-laki lain. Kenyataan pahit ini menusuk dada Baekhyun begitu kuat. Begitu kuatnya hingga Baekhyun tidak bisa tidur tiap malam untuk memikirkannya.
“Nona tidak boleh menolak sebuah perintah kerajaan, atau Ayahanda Nona akan di berhentikan dari kementrian kerajaan, dan keluarga nona akan diasingkan.” Baekhyun menutup matanya sesaat. Berharap dia dapat menahan gejolak amarah yang kini sedang bersarang di otaknya. Kenapa harus seperti ini?
“Aku tidak mencintainya” ujar gadis itu tanpa melepas pandangannya kepada sang Dewi malam. “Aku ingin menikah dengan cinta. Kenapa itu begitu sulit?”
Baekhyun hanya diam setelah itu. Tangannya mengepal, matanya terasa panas. Ini semua begitu sulit baginya. Ia merasa Dewa begitu tidak adil. Jika ini takdir, jika ini memang digariskan. Ia ingin tetap tertidur, memimpikan senyum wajah pujaan hatinya. Setelah itu, ia tak ingin terbangun.
“Nona,” katanya dan menatap sosok cantik yang ada disampingnya kini tanpa takut. Sementara angin sedang menggelitik telinganya seakan berusaha menghentikannya untuk berbicara. “Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini” Baekhyun menghela nafas sesaat dan akhirnya mengatakan kalimat berdosa itu.
“Hamba, mencintai Nona”
***
Kota Seoul bergemerlap. Lampu-lampu kota berpendar berbaur dengan lampu-lampu gedung pencakar langit. Bintang tak terlihat di angkasa. Bulan purnama pun terlihat bergetar melawan cahaya yang menebar dari kota itu.
Sebuah rumah-rumah khas bangsawan korea jaman dahulu terlihat indah dengan lampu sorot mungil yang menyorotinya. Sementara orang-orang hilir mudik diantara jalan setapak yang terkesan kuno. Jalan setapak itu dihiasi lampion-lampion warna-warni dan hiasan burung-burung kertas yang cantik.
Sebuah panggung yang tidak begitu besar, terhias dengan lampu panggung yang menarik tengah dikelilingi oleh orang-orang muda. Seorang pemuda berdiri diatas sana, bernyanyi dengan suara lembutnya. Matanya memandang ke angkasa. Bulan purnama terlihat indah di langit kini tampak meringkuk, seperti mencuri pandang pada pemuda itu.
Keramaian di sekitar pemuda itu mendadak hening. Ia terseyum kepada belasan mata yang memandangnya. Entah takjub karena mendengar suaranya, atau sekedar menikmati lagu yang ia senandungkan.
If you are standing at the end of
my life, if I can get closer to you
I can throw away everything
and run to you
Pemuda itu mencurahkan isi dari lagu itu pada setiap orang yang hadir. Sepasang kekasih yang tersenyum karena mendengar lagunya membuat pemuda itu bangga. Meski hanya sebatas senyum, atau sebatas melihat, pemuda itu sudah cukup bahagia karenanya. Hingga akhirnya, kedua bola mata pemuda itu kemudian berhenti. Bertemu dengan sepasang mata yang membuatnya tidak dapat berpaling.
Though I extend my hand,
Pemuda itu menelan ludah. Gadis itu terlihat cantik. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah malaikatnya yang tertimpa cahaya panggung begitu menawan. Bibirnya yang berwarna merah muda.
I extend it with all my strength,
I can’t reach you.
Senyum sederhanpun tercipta diantara kedua insan itu.
Takdir apa ini?
I guess I can never reach you
Jantung mereka berdebar dengan ritme yang sama.
Seakan ini bukan yang pertama kali mata mereka bertemu.
Seakan ada ikatan lain yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.
Seakan-akan, namun terasa begitu kuat. Begitu nyata.
TBC
Note: Maaf menunggu lama ^^ FF ini bakal ada dua chapter. Ini chapter pertama. FF bergenre jenis ini baru pertma kali bikin.
Susah bgt bikin plotnya.
Rasanya pas bikin ini pengen banget makan keyboard.
Udah belajar cari-cari tahu info di google, tapi tetp aja banyak yg keteteran.
Pengen nonjolin kesan vintage ya, tapi eh tapi Masih banyak diksi yang harus diperbaiki dan juga alur serta latar yg belum detail.
Mohon maaf kalo jelek dan gak memuaskan. aku agak sibuk akhir " ini
T_____________________________T
chapter 2 .. check this link! https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/love-1000-years-part-22/411312965641700
Cast: Jung SOO JUNG, Byun Baekhyun, Kim Jong In
ROMANCE, FRIENDSHIP, KOREAN KINGDOM BACKGROUND
*[1] jeogori: atasan
*[2] chima: rok bawahan
*[3] gaya rambut dikelabang ala bangsawan kala itu.
“Lain kali hati-hati Baekhyun-ah” bocah itu terdiam, tidak berani memandang gadis itu. Bahkan ia merasa terlalu hina untuk meraih tangann gadis itu. Tangan terbersih yang pernah dilihatnya.
“Maaf nona, hamba tidak berani hamba hanya seorang budak”
“Kau temanku.” Kata gadis kecil itu. “Aku tidak terlalu menyukai kata budak” katanya dan tersenyum. Senyum yang elok, bagai permata yang berpijar setelah diasah. “Tak apa raihlah tanganku untuk kali ini saja. Hanya ada kita berdua disini.”
Bocah kecil bernama Baekhyun itu menengok. Melihat keadaan disekelilingnya. Sebuah tanah lapang perkarangan rumah adat bangsawan korea yang terlihat lenggang. Bahkan burungpun tidak terdengar berkicau disana.
Baekhyun kecil menelan ludah. Dengan ragu, disentuhnya tangan tuannya itu. Tangan tuannnya begitu hangat dan lembut.
“Selamat datang dirumah kami, Baekhyun-ah.” Kata gadis kecil itu dan membuat Baekhyun terkesiap. Baekhyun tersenyum kecil. Alangkah sungguh beruntungnya ia telah mendapat seorang majikan yang merupakan jelmaan dewi. Begitu cantik, ramah dan baik hati.
***
Langit malam ini nampak bersih, bertabur bintang yang tertoreh bagai permadani. Sang Dewi Malam yang tengah menggantung tenang disana, kini bersinar penuh. Awan hitam bergumpal disekitarnya terlihat berwarna keunguan. Dibumi, angin berhembus lemah, mengalirkan nada yang terdengar dari suara hewan malam. Mereka berirama dan bersahut-sahutan seakan memuja sang dewi malam yang tengah tersenyum lembut di atas sana.
Angin berhembus begitu memikat. Alurnya lambat, memberi kesan lembut yang menyenangkan. Di sana, di sebuah pohon tua, dengan dahan kokohnya yang tumbuh menyamping. Seorang laki-laki muda, nampak memperlihatkan postur tubuhnya yang begitu nyaman bertengger, sementara kepalanya menengadah ke angkasa. Matanya yang sipit itu tampak terpesona menatap benda angkasa yang bundar bulat terang disana. Hingga kemudian, suara manis terdengar membuat para binatang malampun terdiam.
“How many friends do I have? Count them:
Pemuda itu mengalunkan suara yang merdu dari mulutnya. Jakunnya bergerak, seiring ia mengatur melodi yang akan keluar dari pita suaranya.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
How happy I am
When I welcome my five friends!
Sang dewi meredup sesaat, nampaknya ia terpesona dengan suara alunan lembut yang terdengar lirih dan menenangkan. Kumpulan bambu-pun berkerik terbuai angin malam. Mereka terdengar seperti instrument alam yang mengiringi lagu pemuda itu.
What else do I need
When I have five friends?
“Baekhyun-ah” Pemuda bernama Baekhyun itu menunduk cukup kaget. Ia mengubah posisinya yang duduk tidak sopan. Dilihatnya dibawah sana, seorang gadis dengan hanbok merah jambunya tersenyum begitu manis.
Baekhyun segera turun dari tempat nyamannya. Dengan gesit, kakinyamenginjak tanah. Matanyayang sipit itu, kini melebar. Dia melihat gadis itu dengan panik.
“Nona Soo Jung?” katanya tampak khawatir. Dilihatnya keseluruh jalan setapak. Pandanganya tertuju pada sebuah rumah beratap tradisional dengan halaman yang luas. Rumah itu adalah rumah majikannya. Cahaya obor masih menyala dari sana, pertanda tidak terjadi hal yang buruk pada keluarga majikannya.
“Jadi, selama ini kau yang bernyanyi tiap malam?” kata gadis itu penuh selidik. Baekhyun menunduk takut. Apa yang harus dikatakannya?
“Maafkan hamba nona. Hamba sangat lancang. Hamba telah mengganggu tidur nona” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar bergetar. “Hamba benar-benar tidak berguna” katanya tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pemuda itu menunduk memandang kakinya sendiri. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki. Benar-benar tidak sopan.
“Sijo[4] oleh Yoon Sundo dan Hwang Jhini. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” ucap Soo Jung tampak penasaran.
*[4] Lirik puisi, lirik lagu yang cukup terkenal di masa bangsawan kala itu.
Baekhyun menelan ludah. Soo Jung telah mengajarkannya baca tulis dari lama. Namun bagaimana ia dapat menjelaskan kelancangannya?
“Maafkan hamba nona” Baekhyun tiba-tiba terpuruk. Ia berlutut ketakutan. Bahkan tak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam lututnya saat itu. “Hamba telah lancang membaca buku milik nona. “Hamba berhak dihukum karena begitu lancang.” Katanya lagi, kali ini ia berlutut begitu rendah, hingga dahinya menyentuh tanah.
Gadis cantik bermata indah itu tersenyum. Menahan tawanya sebisa mungkin. Namun pada akhirnya dia tertawa. Tawa kecil yang terdengar anggun dan lembut.
Baekhyun merasa ada yang aneh dengan pendengarannya. Ia masih berpikir, apakah benar yang ia dengar itu adalah suara tawa?
“Ma-maafkan hamba nona” kata Baekhyun sedikit ragu. Ia masih tak percaya, bukan nada marah, melainkan suara tawa yang terdengar sangat renyah kini justru diterimanya. Kenapa majikanya itu tertawa?
“Baekhyun-ah” Baekhyun tidak mengubah posisinya. Dahinya masih menyentuh tanah. Matanya masih terpejam. “Bangunlah” namun pemuda itu tetap tidah mengubah posisinya. Justru matanya terpejam lebih kuat.
Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang menerpa wajahnya. Ia mendekat ke arah Baekhyun. Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah. Namun gadis itu tak peduli. Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba. Dia benar-benar terbelalak. Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.
“Suaramu sangat bagus Baekhyun-ah” ujar gadis itu. Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. Suara yang mampu membuat jantung pemuda itu berdebar amat kencang mendentum iganya. “Aku hanya ingin berterimakasih.” Baekhyun menelan ludah ketika wangi bunga mawar menyeruak dihidungnya. Wangi khas dari majikannya. “Karena suara lembutmu aku bisa tidur dengan nyenyak disetiap malam.”
Baekhyun akhirnya bergerak. Ia memberanikan diri untuk mendongak. Sedikit saja, meskipun ia hanya bisa melihat dagu majikannya, itu tak masalah. Dagu yang putih dan runcing dapat dilihatnya dengan jelas. Tanpa diinginkannya mata pemuda itu meraih pemandangan lain, bibir indah berwarna merah muda bagai bunga mugunghwa yang tengah mekar, hidung yang mancung, dua mata yang indah dan jernih. Mata Baekhyun pun berhenti pada titik itu. Ia tak dapat berkutik melihat kedua mata Soo Jung. Kedua mata itu menghipnotisnya. Dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam.
Jantung Baekhyun berdetak begitu kuat. Darah di tubuhnya seakan mengalir lebih deras di setiap nadinya. Nafasnya melambat, seiring suara angin menderu kecil disekitar mereka.
“Mari kita bernyanyi bersama Baekhyun-ah” kata gadis itu dan tersenyum. Senyum yang berkelip indah dibawah sinar rembulan yang semakin benderang. “Aku ingin memiliki suara yang indah juga sepertimu”
***
Baekhyun tersenyum. Ini bukan malam pertama, melainkan sudah kesekian malam dia merasakan kebahagiaan yang melanda dadanya. Bibirnya tak berhenti untuk melebar, membentuk senyum yang begitu lepas. Di sampingnya seorang gadis cantik dengan jeogori berwarna putih dan chima berwarna merah yang melekat ditubuhnya.
Baekhyun amat sangat bersyukur, ia mendapatkan seorang majikan yag begitu baik. Bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang yang rendah. Namun sebagai kawan.
“How many friends do I have? Count them:
Gadis itu mengeluarkan suara merdunya. Baekhyun cukup tercengang mendengar suara majikannya itu. Suara dengan nada soprano yang yang unik dan khas.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
Kenapa tidak sedari dulu majikannya bernyanyi? Kenapa dimalam sebelumnya, nonanya itu hanya ingin mendengarnya bernyanyi? Padahal, suara Nonanya itu sungguh merdu. Bahkan Baekhyun begitu takjub dengan hal itu.
How happy I am
When I welcome my five friends!
“Suara apa itu? Seakan detak genderang mengaung begitu kencang?“ Baekhyun merasa ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang jelas salah.
What else do I need
When I have five friends?
Soo Jung menyelesaikan senandung lagu itu dengan pipi yang memerah terhias diwajahnya.
“Suaraku tak begitu bagus.” Katanya.
“Tidak, suara anda indah nona” ujar Baekhyun. Matanya tak mengerjab memandang majikannya itu. Cantik, bahkan bulan yang merona di langit malam sana tak dapat mengalahkan agungnya pesona gadis itu.
“Kenapa begini? Ini salah!”
Baekhyun tahu ini adalah dosa terbesar yang ia lakukan. Namun pemuda itu tak dapat mencegah perasaan itu datang dihatinya. Perasaan yang membuat isi perutnya seakan jungkir balik. Perasaan yang membuat jantungnya bergemuruh. Perasaan itu, hanya dapat ia simpan dalam kesendiriannya. Dan ia hanya dapat membukanya dalam mimpi.
“Terimakasih.” Ujar gadis itu. Soo Jung menengadah, memandang bulan yang kini sedikit redup karena tertutupi awan kelabu. “ Kelak, jika aku terlahir kembali. Aku berharap dapat bertemu dengan mu lagi Baekhyun-ah. Dan kau bisa bernyanyi untukku. Kemudian kita dapat bernyanyi bersama. ”
“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”
“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”
“Baekhyun-ah” kata Soo Jung. Kali ini suara gadis itu begitu lirih. Bahkan hampir seperti sebuah bisikan. “Menurutmu, bagaimana pangeran Kim Jong In?”
Baekhyun merasa kerongkongannya tersendat. Ia tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Majikannya adalah gadis yang cantik, setiap laki-laki ingin meminang Nonanya. Dan bahkan seorang pangeran di negrinya. Tampaknya semua ini terdengar begitu sakit. Pujaan hatinya akan menikah dengan laki-laki lain. Kenyataan pahit ini menusuk dada Baekhyun begitu kuat. Begitu kuatnya hingga Baekhyun tidak bisa tidur tiap malam untuk memikirkannya.
“Nona tidak boleh menolak sebuah perintah kerajaan, atau Ayahanda Nona akan di berhentikan dari kementrian kerajaan, dan keluarga nona akan diasingkan.” Baekhyun menutup matanya sesaat. Berharap dia dapat menahan gejolak amarah yang kini sedang bersarang di otaknya. Kenapa harus seperti ini?
“Aku tidak mencintainya” ujar gadis itu tanpa melepas pandangannya kepada sang Dewi malam. “Aku ingin menikah dengan cinta. Kenapa itu begitu sulit?”
Baekhyun hanya diam setelah itu. Tangannya mengepal, matanya terasa panas. Ini semua begitu sulit baginya. Ia merasa Dewa begitu tidak adil. Jika ini takdir, jika ini memang digariskan. Ia ingin tetap tertidur, memimpikan senyum wajah pujaan hatinya. Setelah itu, ia tak ingin terbangun.
“Nona,” katanya dan menatap sosok cantik yang ada disampingnya kini tanpa takut. Sementara angin sedang menggelitik telinganya seakan berusaha menghentikannya untuk berbicara. “Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini” Baekhyun menghela nafas sesaat dan akhirnya mengatakan kalimat berdosa itu.
“Hamba, mencintai Nona”
***
Kota Seoul bergemerlap. Lampu-lampu kota berpendar berbaur dengan lampu-lampu gedung pencakar langit. Bintang tak terlihat di angkasa. Bulan purnama pun terlihat bergetar melawan cahaya yang menebar dari kota itu.
Sebuah rumah-rumah khas bangsawan korea jaman dahulu terlihat indah dengan lampu sorot mungil yang menyorotinya. Sementara orang-orang hilir mudik diantara jalan setapak yang terkesan kuno. Jalan setapak itu dihiasi lampion-lampion warna-warni dan hiasan burung-burung kertas yang cantik.
Sebuah panggung yang tidak begitu besar, terhias dengan lampu panggung yang menarik tengah dikelilingi oleh orang-orang muda. Seorang pemuda berdiri diatas sana, bernyanyi dengan suara lembutnya. Matanya memandang ke angkasa. Bulan purnama terlihat indah di langit kini tampak meringkuk, seperti mencuri pandang pada pemuda itu.
Keramaian di sekitar pemuda itu mendadak hening. Ia terseyum kepada belasan mata yang memandangnya. Entah takjub karena mendengar suaranya, atau sekedar menikmati lagu yang ia senandungkan.
If you are standing at the end of
my life, if I can get closer to you
I can throw away everything
and run to you
Pemuda itu mencurahkan isi dari lagu itu pada setiap orang yang hadir. Sepasang kekasih yang tersenyum karena mendengar lagunya membuat pemuda itu bangga. Meski hanya sebatas senyum, atau sebatas melihat, pemuda itu sudah cukup bahagia karenanya. Hingga akhirnya, kedua bola mata pemuda itu kemudian berhenti. Bertemu dengan sepasang mata yang membuatnya tidak dapat berpaling.
Though I extend my hand,
Pemuda itu menelan ludah. Gadis itu terlihat cantik. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah malaikatnya yang tertimpa cahaya panggung begitu menawan. Bibirnya yang berwarna merah muda.
I extend it with all my strength,
I can’t reach you.
Senyum sederhanpun tercipta diantara kedua insan itu.
Takdir apa ini?
I guess I can never reach you
Jantung mereka berdebar dengan ritme yang sama.
Seakan ini bukan yang pertama kali mata mereka bertemu.
Seakan ada ikatan lain yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.
Seakan-akan, namun terasa begitu kuat. Begitu nyata.
TBC
Note: Maaf menunggu lama ^^ FF ini bakal ada dua chapter. Ini chapter pertama. FF bergenre jenis ini baru pertma kali bikin.
Susah bgt bikin plotnya.
Rasanya pas bikin ini pengen banget makan keyboard.
Udah belajar cari-cari tahu info di google, tapi tetp aja banyak yg keteteran.
Pengen nonjolin kesan vintage ya, tapi eh tapi Masih banyak diksi yang harus diperbaiki dan juga alur serta latar yg belum detail.
Mohon maaf kalo jelek dan gak memuaskan. aku agak sibuk akhir " ini
T_____________________________T
chapter 2 .. check this link! https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/love-1000-years-part-22/411312965641700
Yuk mampir ke WONDERFUL WORLD facebook PAGE
isinya adalah kumpulan FF KRYSTAL
KAISTAL, MYUNGSTAL, MINSTAL, CHENSTAL, LAYSTAL, KRISSTAL, HYUKSTAL
MORE!
https://www.facebook.com/wonderfulworld31
isinya adalah kumpulan FF KRYSTAL
KAISTAL, MYUNGSTAL, MINSTAL, CHENSTAL, LAYSTAL, KRISSTAL, HYUKSTAL
MORE!
https://www.facebook.com/wonderfulworld31
Langganan:
Postingan (Atom)