CAST: SUHO, KRYSTAL, KAI
song: VIXX - Don’t Want To Be An Idol
DONT BE SILENT READER!

TEASER:  https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858




Because I’m an idol, because I’m a celebrity 
I can’t hold your hand when we walk



I want to go out and go to the movies 
I want to stick close to you and walk all day 
Things that everyone else does, things that are normal 
Those things are difficult for us 
As much as I love you, music is so important to me too so I can’t help it 
Because of all the cameras, because of my manager 
I kept pushing back our dates 

I’ll do everything for you,
I’ll give you everything




part 1













Gadis itu tersenyum. Tangannya melambai dengan penuh semangat. Ia mengenakan rok yang terlalu pendek, memperlihatkan kaki putihnya yang ramping. Aku mendekat pada makhluk indah itu. Wangi parfumnya tercium sekilas. Parfum yang sangat ku hapal, karena akulah yang membelikan itu untuknya sebagai hadiah anniversary kami.

“Kai! Lihat-lihat wajah kita di layar!” aku berhenti dan mengurungkan niatku. Seorang yang amat aku kenal, Kyungsoo dan Kai berjalan berdua diikuti Baekhyun mendekati Krystal sembari melihat ke screen yang sedang menyorot wajah mereka . Sedangkan Krystal, tampak tak tertarik dengan screen. Gadis itu kini sedang berdiri disamping Victoria. Seiring dengan hiruk pikuk penonton yang berteriak memenuhi stadion, aku menepi, menutupi gerak-gerikku yang bisa saja tertangkap kamera.

Aku melangkah, mendekati Jessica sunbei yang berdiri tersenyum. Dia menyadari kehadiranku, dan menepuk pipiku hangat. Aku membungkuk sekilas. Sepintas aku ingat apa yang pernah Jessica sunbei katakan saat itu.

“Terimakasih kau telah menjaga Krystal kami selama Trinee. Krystal pasti sangat senang memiliki kakak seperti mu”

Aku tersenyum kecil dan kemballi melambai ke arah penonton.

“Jessica sunbei, bagaimana reaksimu jika mengetahui hubungan kami lebih dari itu?” bisikku dalam hati, semantara senyum terus menghiasi wajahku. “Kami telah berhubungan selama lebih dari dua tahun, bagaimana kau bisa tidak menyadarinya sunbei?”

Aku melirik Krystal yang cukup jauh disana. Terlihat ia sedang bercakap-cakap dengan Kai, meminta ijin pemuda itu untuk menggandeng tangannya.

“Hyung, saat nya membungkuk!” teriak Chanyeol. Aku meraih tangan member EXO yang lain dan bersiap untuk membungkuk.

“HA NA DUL SET!” teriak Leeteuk hyung dengan mic hitam di tangan kirinya “KAMSAHAMNIDAA!!”

Dan kami membungkuk, sementara tangan kami saling bertaut, membentuk sebuah barisan yang amat panjang. Namun pikiranku melayang. Jantungku berdegup tidak normal. Krystal tidak ada disampingku. Namun wangi parfumnya melekat dihidungku, benar-benar membuatku ingin berada disamping gadis itu, memeluknya, mengecup bibirnya lembut. Aku menghela nafas. Ragaku seakan berteriak, berharap aku lah yang dapat menggenggam tangan Krystal, bukan Kai.
***

Aku meraih handuk kecil untuk membasuh rambutku yang basah, dan berjalan ke luar dari ruang ganti.
“Hyung? Mau kemana? Kau tidak ganti dulu? Kaosmu basah” aku menoleh dan tersenyum sekilas ke arah Kyungsoo.
“Sebentar saja, disini terlalu gerah” kataku dan segera beranjak dari sana diikuti anggukan dari Kyungsoo dan member lain.

Aku tersenyum, saat tanpa sadar kakiku melangkah mendekati ruang ganti f(x). namun kemudian berhenti beberapa meter karena pintu itu tiba-tiba menjeblak terbuka. Aku berlari disisi tembok, menyembunyikan diriku sebisa mungkin.

“Ah Suho, kau tidak ganti?” aku mendelik kaget. Di depanku tahu-tahu ada Chang Min sunbei yang terlihat telah berganti pakaian dengan tshirt hitam dan jaket kulitnya yang terlihat mahal.

“Ah iya sunbei, aku hanya, barus saja dari ruangan SHINee sunbei” kataku mencari alibi.

“Ah arrasseo, aku duluan ne?” aku mengangguk lalu Changmin sunbei berjalan melewatiku. Sepertinya Chang Min sunbei tidak meihat gelagatku yang aneh. Semoga saja tidak.

“Anyeong girls. Good Job for today” sapa Changmin sunbei kepada member f(X) yang baru saja keluar dari ruangan mereka. Aku mengintip mereka dari balik tembok. Victoria, Luna, Sulli, Amber. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?

Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun kemudian mereka bersama pergi melewati lorong menuju parkir basement. Dan sekali lagi sebuah pertanyaan melintas di otakku. Dimana Krystal? Dimana gadis itu?

Aku terdiam sesaat. Melihat keadaan yang tidak ada orang disana. Kemudian mataku tertuju pada pintu itu. Sebuah pintu yang terbuka sejengkal dengan label besar bertuliskan f(X) di permukaannya. Entah iblis apa yang merasukiku, tapi kakiku bergerak  ke arah pintu itu.



Aku memeluknya dari belakang. Gadis itu berjengit benar-benar kaget.

“Oppa?! Apa yang kau lakukan disini?” katanya nampak panik. Namun sama sekali tak kulepas pelukanku padanya. Kusandarkan daguku dipundakknya. Sementara bibirku mengecup telinganya lembut. Wangi parfum yang khas menyeruak diujung hidungku. Memberi dorongan yang luar biasa untuk memeluknya lebih erat.

“Oppa, bagaimana kau bisa masuk? Bagaimana jika ada orang yang melihat kita?” serentetan pertanyaan dengan tergesa ia ucapkan. Sangat lucu, dan benar-benar membuatku gemas.

“Look” kataku dan menunjukkan sebuah kunci yang tergantung dijemariku dihadapan matanya. Kunci kamar ganti ruangannya ada ditanganku, menandakan, tidak akan ada orang lain yang akan menerobos masuk dan melihat kami.

Krystal, gadis itu terdiam. Sementara aku mengecup pipinya lembut. Dia memalingkan wajahnya mencoba untuk melihatku dari posisi dia memunggungiku. Tangan kanannya berusaha menyentuh pipiku.

“Dasar nakal” katanya dan membuatku tersenyum.

“Aku merindukanmu chagi” bisiku, seketika pipinya memerah. Dia memalingkan wajahnya, berusaha menutupi betapa malunya ia. Namun tanganku meraih dagunya, mencegah tatapannya berpaling.

“Aku akan benar-benar membunuh stylishmu jika di memberikanmu rok sependek tadi lagi” kataku sedikit sebal.

Krystal tersenyum. “Aigo, uri guardian sedang cemburu tampaknya” katanya dan mengecup bibirku sekilas. Cepat namun namun penuh cinta. Gadis ini benar-benar membuatku jatuh hati. Apapun yang dilakukannya, selalu membuatku nyaman.

“Aku harus segera pergi, member yang lain pasti menungguku” bisiknya. Aku tersenyum. Memelukya lebih erat, sedikit lebih lama mengecup leher jenjangnya yang putih. Mencium lembut aroma parfumnya yang khas, seperti wangi taman segar dipagi hari ketika musim panas. Begitu mendamaikan, nyaman dan lembut.

“Aku mencintaimu Soo Jung-ngie” bisiku ditelinganya, sebelum akhirnya aku melepas tanganku yang melingkar dipinggangnya. Kemudian gadis itu berbalik, sehingga kini dapat ku lihat wajahnya yang begitu segar sehabis menghapus makeupnya. Kedua tangan gadis itu merengkuh tengkukku. Membelai kepalaku begitu halus. Seiring tanganku meraih pinggangnya lagi, menarik tubuhnya begitu erat.

“Jangan terlalu lelah,” katanya dan memijat kepalaku perlahan “Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku tak mau oppa jatuh sakit lagi. Ingat, aku tidak bisa setiap hari disampingmu dan menyuapi mu semangkuk bubur”

Aku menghela nafas. Ketempelkan dahiku didahinya. Mataku terpejam, merasakan nafas gadis itu di wajahku. Wangi cherry dari lipglossnya, pijatan tangannya, suaranya. Aku ingin gadis itu selalu disampingku. Tapi aku juga tidak ingin menghancurkan karir yang baru saja aku bangun dengan susah payah. Tujuh tahun trinee,tujuh tahun penantian agar aku bisa debut. Namun aku juga mencintainya, belahan jiwaku, Krystal Jung.

Aku tersentak dan mendadak menjauhkan wajahku. Aku kaget bukan main dan menyentuh ujung hidungku yang baru saja digigitnya kecil. Gadis ini benar-benar membuatku kaget bukan main.

“Aku pikir kau tertidur” kekehnya dan meraih kunci ruangan ditanganku. “Aku akan keluar duluan” katanya, dia berjalan meraih tasnya di atas meja rias. “Oppa bisa keluar setelah aman. Aku harus keluar duluan agar yang lain tidak curiga” gadis itu tersenyum, mengecup pipiku penuh kasih dan aku tak bisa berkata apa-apa saat sosoknya hilang dibalik pintu.

Aku mendengus lagi. Tanganku terangkat, menyentuh ujung hidungku perlahan, kemudian terseyum penuh arti.

Andaikan, aku dapat leluasa bersamamu, pasti hal itu akan sangat indah sekali.

TBC



WELL *TANGAN GATEL TANGAN GREGET* *REMET-REMET TANGAN* XD
NO SILENT READER ^^


(ONWRITTING) Don't Want To Be An Idol (SUHO-KAI-KRYSTAL)  
Teaser https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/teaser-dont-want-to-be-an-idol/556006411102858
PART 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-1/556480377722128
PART 2 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/dont-want-to-be-an-idol-part-2/557681404268692
part 3  https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/dont-want-to-be-an-idol-part-3/413036388802691



MY LOVE IS A GANGSTER?!

Rating:
 17+
WARNING! SEWAKTU WAKTU RATING BISA NAIK

Cast:
Kim Jong Dae /CHEN [EXO]
Jung Krystal [F(x)]




1
Gang yang amat sepi. Malam begitu larut, bahkan sang rembulan sembunyi ketakutan di balik singgasananya.

Suasana semakin menegangkan ketika datanglah dua buah kubu dari arah utara dan selatan. Seorang pemuda jangkung nampak dari ujung gang bagian selatan. Jas hitam dengan dasi warna merah amat pantas untuknya. Ia berjalan penuh percaya diri, diikuti sekelompok orang yang terlihat lebih tua darinya.

Dari kubu sebelah utara. Seorang pemimpinnya terlihat lebih pendek dan lebih pantas disebut om. Ia menggunakan jas abu-abu mengkilap yang terkesan mewah. Sebuah batang rokok menyala tersemat diantara rongga bibirnya.

“Ya, Jong Dae, kau hanya membawa sedikit anggota” kekehnya terhadap pemuda jangkung dihadapannya kini. “Kuharap ini bukan malam terakhirmu huh?!”

Pemuda yang bernama Kim Jong Dae itu menyunggingkan senyum meremehkan.
“Arrasseo Kim Tae Hwan. Seharusnya pak tua sepertimu tak perlu ikut campur-kan?”

“Kau benar-benar!” Laki-laki yang dipanggil Tae Hwan itu maju dengan amarah yang meluap-luap. Ia tergesa berniat mencengkram kerah kemeja Jong Dae. Namun Kim Jong Dae lebih cepat.

Bug!

Kaki JONG Dae yang panjang itu dengan lantang menendang kepala Kim Tae Hwan. Butuh beberapa saat menyadari akan apa yang telah dilakukan JONG Dae. Pesona pemuda itu begitu tangguh.

“Se-rang” ucap JONG Dae dengan lugas namun enteng. Dan pasukan yang telah siap dibelakangnya, menyerang tanpa pikir panjang.
***


Ruangan itu begitu besar, dengan meja-meja bar yang tersedia di pojok-pojok ruang. Lantai dansa  bertambah ramai ketika musik berirama cepat mulai menyapu seluruh ruang. Gemerlap lampu yang mendukung suasana malam menjadi begitu mewah. Wanita-wanita dengan baju mini dan parfum yang menusuk hidung berbaur dengan bau alkohol yang membuat siapa saja terbuai.

Tubuh ramping seorang wanita muda bergerak begitu lincah menikmati lagu yang mendentum-dentum keras ruangan yang besar itu. Mini dress hitam tanpa lengan, menunjukkan jenjang lehernya yang menawan. Rambut panjangnya tergerai indah, sesekali tersibak oleh gerak tubuhnya yang menyesuaikan irama.

“Hey cantik,” seorang namja dengan parfum 41 Men-nya yang menusuk hidung. Wanita berbalut mini dress itu menoleh. Namja tak dikenal itu mendekat dan membelai lembut pipi wanita itu. “Katakan siapa namamu” goda namja itu lagi.

Wanita itu sama sekali tidak terganggu dengan kelakuan si namja yang kurang ajar itu. “Krystal imnida” katanya dan tersenyum.

“Oh, nama yang cantik, seperti orangnya” kekeh namja itu dan melingkarkan tangannya di pinggul Krystal.

“Dan kau?” balas Krystal, tangannya meraba dada si namja dengan nakal.

JONG Dae, kau pasti mengenalku kan? Aku JONG Dae ketua gangster yang terkenal itu” katanya tepat ditelinga Krystal.

“Ah, jinjja? Kau terlihat berbeda dari kedengarannya” kata Krystal, dapat dirasakannya tangan namja itu hampir meremas dadanya. Krystal berjengit kaget dan menahan tangan pemuda itu.

“Kau tidak bisa mendapatkanku dengan mudah tuan JONG Daekata Krystal dengan aksennya yang terdengar berkelas.

“Aku akan melakukan apapun” kata namja itu seakan perkataan Krystal adalah sesuatu hal yang kacangan.

“Jinjja?” Krystal tersenyum penuh arti. “Kau akan melakukan apapun, bahkan jika kau akan berhadapan dengan KIM JONG Dae?”

Namja itu langsung gugup. “A-apa katamu? Kau ingin aku berhadapan dengan diriku sendiri? Hahaa, kau punya selera humor juga cantik.”
Krystal tersenyum licik. “Ah, maaf” katanya “maksudku, berhadapan dengan, KIM JONG Dae yang A-SLI

BUG!

Namja yang mengaku bernama JONG Dae itu terkapar jatuh di lantai. Orang-orang langsung menghindar dan berteriak kaget. Musik tiba-tiba berhenti karena DJ yang sedari tadi menikmati musik, kini hanya dapat menatap takut.

“Apa yang kau lakukan, bajingan?!” Kali ini suara datang dari pemuda jangkung dan beberapa pengikutnya. Mereka terlihat baru saja melakukan kekerasan diluar sana, terlihat dari setitik darah yang tertempel di ujung bibir pemuda itu. Tangannya mengepal dan melayangkan tinjunya di perut namja yang masih terkapar itu.

semua orang disana memasang wajah ngeri, yang nampak tenang hanyalah Krystal. Ia melipat tangannya dan memasang tampang dingin. Pemuda jangkung yang tiba-tiba datang dan melayangkan kepalan-nya itu bukanlah orang asing. Ia kenal jelas, karena ia adalah Kim JONG Dae yang asli.

“Krystal, gwenchana?” tanya JONG Dae yang asli dan menghampiri pujaan hatinya itu.
Krystal beranjak dari hadapan JONG Dae dalam diam. Ia mengambil mini bag-nya yang cukup dekat dari sana dan pergi begitu saja.

“Aish! Dia marah” sebal JONG Dae, ia memandang namja yang terkapar dan mengaduh kesakitan itu. Katanya kemudian pada para bawahannya. “Beri dia pelajaran,” katanya lagi sebelum beranjak dari sana “di luar”

“Baik ketua” ucap mereka dan menyeret namja menyedihkan itu dari sana.





“Krystal!” JONG Dae menahan tangan Krystal sebelum gadis itu benar-benar belok di tikungan jalan.

“Apa?” ucap Krystal datar.

“Kau marah, iyakan kau marah?” tanya JONG Dae dan melepas cengkraman tangannya di lengan Krystal. Gadis itu melipat tangannya lagi, menunjukkan betapa geramnya ia.

 'Apa kau bodoh? Untuk apa kau bertanya jika jelas-jelas mengetahuinya, aish, Pabo JONG Dae ' sebal JONG Dae pada dirinya-sendiri.

“Menurutmu? Apa yang harus aku kesali dari seorang tuan muda, sang ketua gangster yang harus membuatku menunggu selama tiga jam?” kesal Krystal.

“A-aku...” JONG Dae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya sedang...”

“Berkelahi” JONG Dae menelan ludah mendengar apa yang Krystal tebak. “Ya! JONG Dae!”

Bug!

JONG Dae mengaduh kesakitan sembari mengusap-usap kepalanya. Krystal baru saja memukul kepalanya dengan tas berat yang ada di genggamannya itu. Tas itu cukup kecil, namun ternyata berat seakan berisi sebuah batu bata.

“Lihat lah umurmu sekarang Pabo! Apakah diotakmu hanya ada meninju dan menendang?!”

“Aku hanya__”

Bug!

Lagi, tas itu melayang menimpa kepala JONG Dae tanpa segan.

“Kau bahkan belum menyelesaikan SMA mu! Kau pikir karena kita dijodohkan, maka aku akan menerima laki-laki macam kau menjadi suamiku?!”

“Tapi bukankah kita sudah menikah, hanya tinggal membuat anak dan__”

Bug!

Kali ini Krystal menghempaskan sebuah tinju diperut JONG Dae.

“Auwhh” JONG Dae mengaduh keras. “Kenapa kau memukulku? Apa kau tidak mencintaiku huh?!”

“Tidak!” geram Krystal membuat JONG Dae mendelik kaget. “Kau lupa kita hanya dijodohkan? Bukankah kau hanya memikirkan menikah, menghamiliku, kemudian bersenang-senang semaumu dengan banyak wanita? Dan kau sekarang,” Krystal benar-benar meledak “ KAU PIKIR  AKU AKAN MENCINTAIMU DENGAN SEGALA PIKIRAN BODOH MU ITU??!”

JONG Dae tidak dapat mengatakan apapun kali ini. Ia selalu tidak marah akan perlakuan kasar Krystal padanya. Ia amat menyayangi gadis itu. 

Krystal menyibakkan rambutnya. Nafasnya naik turun setelah segala perkataan yang ia katakan itu____ ternyata membuang penuh energi___.

“Ya Pabo.” ucapnya sebelum benar-benar pergi dari tempat itu “Jika kau memang ingin membuatku mencintaimu lakukanlah selayaknya namja normal. Aku tidak segan untuk memberikan tubuhku untuk namja lain jika sikapmu seperti ini.”

“M-mwo? Ya! Kau tidak boleh! Kau istriku! Yaa!! Krystal!!! Chagiii!!” JONG Dae berteriak apa saja agar membuat gadis itu kembali, namun pemuda itu tak dapat melakukan apapun.

JONG Dae menghela nafas, kemudian menghempaskan tubuhnya begitu saja di trotoar beton itu.

“Aish!” rengeknya sambil mengusap-usap perutnya, bekas pukulan Krystal tadi masih terasa di kulitnya, dan kini menjalar hingga ke hatinya.

***

“Berapa umur bos sekarang?”

“20 tahun, aku kelahiran 1991.”

“Pendidikan terakhir?”

“Ehm, SMA, sbenarnya belum lulus SMA.”

“Wah perbedaan sangat besar. Nona Krystal sekarang telah berumur 17 tahun di kelas 3 SMA. Dan sedangkan tu-an___” suara laki-laki itu tercekat. Seakan tertahan di kerongkongannya ketika melihat wajah JONG Dae yang siap membunuhnya kapan saja.

“Ya, Seong Yeol, kau disini untuk membantuku, bukan untuk menghinaku huh!”

Seong Yeol menelan ludah. “Te-tentu saja Kakak ketua.” dia menunduk sebentar kemudian menatap JONG Dae lagi. “Hanya ada satu cara. Meskipun ini akan sedikit memalukan”

“Hem, katakan”

Seong Yeol berkata ragu “Kakak ketua, harus kembali ke bangku SMA dan lulus tahun ini.”

JONG Dae menatap Seong Yeol, dan tiba-tiba tertawa. Seong Yeol terheran-heran dengan tingkah kakak ketuanya itu.

“Selera humor mu bagus juga” kekeh JONG Dae. “Kau bercandakan?”

Seong Yeol tidak bergerak. Bibirnya terkatup dan matanya menatap kakak ketuanya dengan pandangan 'aku sedang tidak bercanda'. Tawa JONG Dae langsung lenyap.


TBC

CHAPTER 2 https://www.facebook.com/notes/du-bu-dub/my-love-is-gangster-part-2/572653469438152

NO SILENT READER YANG SILENT SAYA DOAKAN GAK SELAMAT DUNIA AKHERAT!!


 fanfiction

Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : Jung Soo Jung, Oh Sehun, Kim Jong In
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,

 

***CHAPTER 1***


Mereka ada di sekitar kita…
Tidak bersembunyi…
Namun tidak tampak…
Dan ketika mereka menampakkan diri…
Bukan untuk menakuti…
Tapi untuk membuktikan…
Bahwa kematian itu ada…


Aku pernah mendengar cerita seram. Menonton film horror ataupun melihat orang kerasukan. Seram memang. Tapi kau tak akan merasa itu seseram saat kau tak percaya akan apa yang kau lihat sendiri.

Saat penglihatanmu berubah aneh. Dan kau bisa melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat. Melihat apa yang seharusnya kau yakin tidak ada. Mendengar mereka tertawa dan menangis sendirian. Dan merasa dirimu gila karena hanya kau yang bisa melihatnya. Itulah yang terjadi padaku. Penglihatanku tiba-tiba terasa seakan tidak normal.

Semua ini bermula ketika umurku 16 tahun. Tepat di hari Ulang Tahunku yang ke 16. Aku terjatuh dari tangga. Kepalaku terbentur keras dan aku tidak sadarkan diri. Ibuku bercerita, bahwa dokter bilang aku sudah meninggal. Entah kau mau percaya atau tidak. Aku benar-benar sudah meninggal. Ketika dua jam berlalu dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku. Memandang ke sekelilingku dan tiba-tiba aku disambut pelukan ibu dan ayahku. Tanpa seingatku aku sudah menjalani apa yang sering dikatakan orang, yaitu mati suri. Semuanya baik-baik saja, hanya benturan kepalaku yang masih terasa nyeri saat itu.

Tapi perbedaan itu datang sehari sesudah aku tertidur pulas. Aku terbangun. Dan ketika aku membuka mata… aku menatap satu dunia lain. Aku berharap ini mimpi. Tentu saja itu yang akan diharapkan semua orang saat mreka menghadapi ini. Tapi aku, sekalipun menganggapnya mimpi, ini tetap nyata. Untuk pertama kalinya dalam hidupku tanpa aku kehendaki. Sehari setelah umurku enam belas tahun semenjak itu. Aku, bisa melihat hantu yang berada disekitarku.

Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Walau aku tidak meminta penglihatan ini. Namun ketika Tuhan memberikan aku keajaiban itu. Aku hanya bisa terdiam. Melihat apa yang bisa aku lihat. Dan kalaupun aku menangis, aku akan menangisi mereka. Yang terlihat menyedihkan dan diambang antara ‘ada dan tiada’, ‘tenang dan tidak tenang’, ‘di dunia atau di neraka’. Sementara manusia masih asyik dengan cara hidup mereka yang berfoya-foya.

Diatas semua itu, mreka tidak sendiri. Tanpa sepengetahuan kita, sesungguhnya, kita sedang diawasi.

Dan kini, keberadaan mereka adalah bukti bahwa,
kematian itu ada….

***


“Anyeonghasseyo. Perkenalkan aku Oh Sehun, pindahan dari Jepang” Sehun membungkuk memperkenalkan diri se-sopan mungkin. “Salam Kenal” tambahnya dengan ramah.

Sehun, seorang pemuda yang cukup jangkung. Dengan eye smilenya yang terlihat charming. Ia memang orang Korea, tapi waktu SMP dulu, ia tinggal di Jepang karena ayahnya punya pekerjaan disana. Namun ia sudah kembali ke kampung halamannya. Grogi memang, menghadapi remaja-remaja Korea yang pastinya berbeda dengan remaja-remaja Jepang pada umumnya. Entah apa ia bisa beradaptasi atau tidak. Karena tujuannya sekarang adalah mencari teman.

“Baiklah Sehun, kau duduk di sebelah Jong In di sana” kata Pak Lee Mong Hae tenang sambil menunjuk bangku kosong paling belakang di samping siswa yang sedari tadi sibuk membaca sesuatu. Namun mendengar namanya dipanggil, ia mendongak dan mengambil tas yang dari tadi berada di atas bangku kosong disebelahnya.

Sehun membungkuk pelan dan mendekati bangku yang ditunjuk. Ia duduk di sebelah Laki-laki berparas dingin, namun tampan. Benar dia ingat namanya Jong In

“Salam kenal, Sehun imnida”
Laki-laki bernama Kim Jong In itu hanya terdiam, terlihat tak peduli dengan apa yang Sehun  lakukan. Sehun menelan ludah gusar. Kemudian ia melihat keseluruh ruangan.

Di deretan paling depan terlihat dari gayanya, mereka anak-anak pintar yang serius memperhatikan pelajaran. Sedangkan dideretan paling pojok, kumpulan murid laki-laki yang bertampang mengantuk. Dan dibelakangnya, beberapa murid-murid cewek sedang asik dengan handphonenya.

“Kau akan terbiasa dengan suasananya” ucap Jongin mengagetkan Sehun yang sedang memperhatikan seisi kelas.

Ia mengangguk kemudian memperhatikan white board di depan kelas. Tapi, perhatiannya beralih. Di dekat jendela dideretan tengah. Siswi berambut panjang itu duduk sendiri didekat jendela. Ia terus menatap White Board di depan. Bukan menyimak ataupun melamun. Pandangannya dingin dan kosong seperti mayat hidup. Tangannya terlipat rapi di atas meja. Ia tidak menulis catatan yang di tulis guru di depan. Seperti boneka tanpa nyawa yang hanya dikendalikan remot.

“Jangan hiraukan dia” Sehun memandang Jongin tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Kata Jongin tidak memandang Sehun sama sekali. “Namanya Soo Jung, Jung Soo Jung. Nama yang indah, sayang tidak sesuai dengan sifatnya yang pendiam itu. Kami semua memanggilnya 'anak aneh'. Dia selalu mengatakan apa yang tidak kami mengerti sama sekali, dan ekspresinya selalu datar seperti itu”

“Karena itu dia duduk sendiri?”

Jongin menyunggingkan senyum singkat yang terlihat seperti menggampangkan ucapan Sehun. “Dia yang menolak kami duduk bersamanya, dari awal kami satu kelas dengannya, ia sudah ingin duduk sendiri.”

“Kenapa?”

“Entahlah, Tapi...” ucap Jongin lebih singkat.

“Tapi kenapa?” Tanya Sehun ingin tau. Jongin nampak terdiam cukup lama. Menunduk sebentar dan menoleh ke white board lagi.

“Dia pernah berkata tentang bangku yang kau duduki ini. Dia bilang, seseorang telah mendudukinya.” jelas Jongin dingin. Seakan yang ia ucapkan adalah topik rendahan bagai sampah.

Sehun kembali menelan ludah.

“A-a-apa maksudnya? Mana mungkin bangku kosong sudah ada yang menduduki?”

Namun Jongin tetap terdiam dengan aksennya yang dingin itu. Di sampingnya, Sehun sedang memperhatikan bukunya, namun pikirannya melayang, mencoba untuk mencerna perkataan Jongin.

Sekali lagi Sehun menggerakkan kepalanya. Ia menengadah pelan, kemudian perlahan ia memandang Soo Jung. Namun betapa terkejutnya ia mendapati siswi itu sedang memandangnya tajam. Pandangan yang mampu membuat orang langsung menggigil. Pandangan yang menakutkan. Pandangan yang mematikan. Sehun langsung menunduk berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Tangannya gemetar, entah takut atau kaget. Tapi ia berusaha untuk tidak memandang Soo Jung lagi. Ia mulai sedikit takut dengan siswi itu. Pandangan Soo Jung tadi seakan berbicara bahwa, ia sebentar lagi akan mati.

***



Suara Bel akhir jam pelajaran berdenting. Anak-anak mulai ramai memenuhi lorong dan lapangan sekolah.

“Soo Jung-sshi!!!”

Gadis dengan rambut panjangnya yang terurai itu, ia berhenti berjalan kemudian menengok ke asal suara. Sehun berlari menghampirinya dengan cepat dan terengah-engah.

“Soo Jung-sshi, perkenalkan aku Sehun,” berusaha berpikir apa yang di ucapkannya penting atau tidak bagi gadis itu “Aku pindahan dari Jepang. Kita, ki-ta sekelas.”

Soo Jung tidak memandang ataupun berbicara kepadanya. Ia memandang ke arah lain dengan dingin.

“Tolong jangan marah ke padaku terlebih dahulu, aku hanya ingin bertanya”

Sehun terdiam, memandang Soo Jung yang tidak berkutik. Selang beberapa saat, tatapan Soo Jung tetap tidak berubah.

“Apa..” ucap Sehun pelan. “Apa maksud pandanganmu tadi?”

Soo Jung menatap Sehun. Tatapannya ketus dan penuh ancaman.

“Kau tak mau sialkan?” katanya dengan nada yang sangat tenang, tenang yang membunuh.

“A-a-aku tidak mengerti maksudmu” kata Sehun agak tegas.

“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.” Kata Soojung penuh arti dan tidak melepas pandangannya dari Sehun yang lebih jangkung darinya.

“Kenapa aku harus pindah memang ada apa dengan bangku itu?” Sehun berusaha menatap mata Soo Jung walaupun ia merasa getir setiap kali memandang matanya yang begitu tajam.

“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!” Soo Jung berbalik, kemudian berjalan kembali keluar pintu gerbang.

Sehun terdiam. Ia tidak punya keberanian untuk memanggil Soo Jung untuk kembali. Ia masih terpaku di tempatnya, mengingat perkataan Soo Jung tadi.

“Kau tak mau sialkan?”

“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.”

“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!!”

Sehun mengacak-ngacak rambutnya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri, ‘ini hanya khayalan’.



TO BE CONTINUED….




Well ini FF jaman SMP. Jadi bahasanya begitu. Keliatan banget haha KELIATAN ALAYNYA/plak. Thx. NO SILENT READER ^^


nb: maaf itu covernya ancur bgt.. malah ga ada horrornya.. ahh sudahlah -___-



(ONWRITTING) DAYDREAM (Krystal-Kai-Sehun) Prolog  https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-prolog/558189610884538 chapter 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-chapter-1/558521944184638 chapter 2 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-2/405880582851605 chapter 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-3/408241989282131

 chapter 4 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-4/415998541839809

Title: LOVE 1000 YEARS PART 1
Cast: Jung SOO JUNG, Byun Baekhyun, Kim Jong In
ROMANCE, FRIENDSHIP, KOREAN KINGDOM BACKGROUND



Seorang gadis kecil terlihat menunduk. Ia mengenakan hanbok, perpaduan warna putih dari jeogori[1] dan chima[2] yang berwarna merah muda keunguan. Rambut panjang gadis itu bergaya daenggi meori[3]. Dia tersenyum sangat cantik dan mengulurkan tangannya ke pada seorang bocah yang berpakaian lusuh. Bocah itu menunduk. Ia terlihat tak percaya ketika melihat tangan bersih itu terarah ke depan wajahnya.

*[1] jeogori: atasan
*[2] chima: rok bawahan
*[3] gaya rambut dikelabang ala bangsawan kala itu.

“Lain kali hati-hati Baekhyun-ah” bocah itu terdiam, tidak berani memandang gadis itu. Bahkan ia merasa terlalu hina untuk meraih tangann gadis itu. Tangan terbersih yang pernah dilihatnya.

“Maaf nona, hamba tidak berani hamba hanya seorang budak”

“Kau temanku.” Kata gadis kecil itu. “Aku tidak terlalu menyukai kata budak” katanya dan tersenyum. Senyum yang elok, bagai permata yang berpijar setelah diasah. “Tak apa raihlah tanganku untuk kali ini saja. Hanya ada kita berdua disini.”

Bocah kecil bernama Baekhyun itu menengok. Melihat keadaan disekelilingnya. Sebuah tanah lapang perkarangan rumah adat bangsawan korea yang terlihat lenggang. Bahkan burungpun tidak terdengar berkicau disana.

Baekhyun kecil menelan ludah. Dengan ragu, disentuhnya tangan tuannya itu. Tangan tuannnya begitu hangat dan lembut.

“Selamat datang dirumah kami, Baekhyun-ah.” Kata gadis  kecil itu dan membuat Baekhyun terkesiap. Baekhyun tersenyum kecil. Alangkah sungguh beruntungnya ia telah mendapat seorang majikan yang merupakan jelmaan dewi. Begitu cantik, ramah dan baik hati.



***



Langit malam ini nampak bersih, bertabur bintang yang tertoreh bagai permadani. Sang Dewi Malam yang tengah menggantung tenang disana, kini bersinar penuh. Awan hitam bergumpal disekitarnya terlihat berwarna keunguan. Dibumi, angin berhembus lemah, mengalirkan nada yang terdengar dari suara hewan malam. Mereka berirama dan bersahut-sahutan seakan memuja sang dewi malam yang tengah tersenyum lembut di atas sana.

Angin berhembus begitu memikat. Alurnya lambat, memberi kesan lembut yang menyenangkan. Di sana, di sebuah pohon tua, dengan dahan kokohnya yang tumbuh menyamping. Seorang laki-laki muda, nampak memperlihatkan postur tubuhnya yang begitu nyaman bertengger, sementara kepalanya menengadah ke angkasa. Matanya yang sipit itu tampak terpesona menatap benda angkasa yang bundar bulat terang disana. Hingga kemudian, suara manis terdengar membuat para binatang malampun terdiam.

“How many friends do I have? Count them:

Pemuda itu mengalunkan suara yang merdu dari mulutnya. Jakunnya bergerak, seiring ia mengatur melodi yang akan keluar dari pita suaranya.

Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
How happy I am
When I welcome my five friends!

Sang dewi meredup sesaat, nampaknya ia terpesona dengan suara alunan lembut yang terdengar lirih dan menenangkan. Kumpulan bambu-pun berkerik terbuai angin malam. Mereka terdengar seperti instrument alam yang mengiringi lagu pemuda itu.

What else do I need
When I have five friends?


“Baekhyun-ah” Pemuda bernama Baekhyun itu menunduk cukup kaget. Ia mengubah posisinya yang duduk tidak sopan. Dilihatnya dibawah sana, seorang gadis dengan hanbok merah jambunya tersenyum begitu manis.

Baekhyun segera turun dari tempat nyamannya. Dengan gesit, kakinyamenginjak tanah. Matanyayang sipit itu, kini melebar. Dia melihat gadis itu dengan panik.

“Nona Soo Jung?” katanya tampak khawatir. Dilihatnya keseluruh jalan setapak. Pandanganya tertuju pada sebuah rumah beratap tradisional dengan halaman yang luas. Rumah itu adalah rumah majikannya. Cahaya obor masih menyala dari sana, pertanda tidak terjadi hal yang buruk pada keluarga majikannya.

“Jadi, selama ini kau yang bernyanyi tiap malam?” kata gadis itu penuh selidik. Baekhyun menunduk takut. Apa yang harus dikatakannya?

“Maafkan hamba nona. Hamba sangat lancang. Hamba telah mengganggu tidur nona” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar bergetar. “Hamba benar-benar tidak berguna” katanya tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pemuda itu menunduk memandang kakinya sendiri. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki. Benar-benar tidak sopan.

Sijo[4] oleh Yoon Sundo dan Hwang Jhini. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” ucap Soo Jung tampak penasaran.

*[4] Lirik puisi, lirik lagu yang cukup terkenal di masa bangsawan kala itu.

Baekhyun menelan ludah. Soo Jung telah mengajarkannya baca tulis dari lama. Namun bagaimana ia dapat menjelaskan kelancangannya?

“Maafkan hamba nona” Baekhyun tiba-tiba terpuruk. Ia berlutut ketakutan. Bahkan tak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam lututnya saat itu. “Hamba telah lancang membaca buku milik nona. “Hamba berhak dihukum karena begitu lancang.” Katanya lagi, kali ini ia berlutut begitu rendah, hingga dahinya menyentuh tanah.

Gadis cantik bermata indah itu tersenyum. Menahan tawanya sebisa mungkin. Namun pada akhirnya dia tertawa. Tawa kecil yang terdengar anggun dan lembut.

Baekhyun merasa ada yang aneh dengan pendengarannya. Ia masih berpikir, apakah benar yang ia dengar itu adalah suara tawa?

“Ma-maafkan hamba nona” kata Baekhyun sedikit ragu. Ia masih tak percaya, bukan nada marah, melainkan suara tawa yang terdengar sangat renyah kini justru diterimanya. Kenapa majikanya itu tertawa?

“Baekhyun-ah” Baekhyun tidak mengubah posisinya. Dahinya masih menyentuh tanah. Matanya masih terpejam. “Bangunlah” namun pemuda itu tetap tidah mengubah posisinya. Justru matanya terpejam lebih kuat.

Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang  menerpa wajahnya. Ia mendekat ke arah Baekhyun. Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah. Namun gadis itu tak peduli. Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba. Dia benar-benar terbelalak. Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.

“Suaramu sangat bagus Baekhyun-ah” ujar gadis itu. Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. Suara yang mampu membuat jantung pemuda itu berdebar amat kencang mendentum iganya. “Aku hanya ingin berterimakasih.” Baekhyun menelan ludah ketika wangi bunga mawar menyeruak dihidungnya. Wangi khas dari majikannya. “Karena suara lembutmu aku bisa tidur dengan nyenyak disetiap malam.”

Baekhyun akhirnya bergerak. Ia memberanikan diri untuk mendongak. Sedikit saja, meskipun ia hanya bisa melihat dagu majikannya, itu tak masalah. Dagu yang putih dan runcing dapat dilihatnya dengan jelas. Tanpa diinginkannya mata pemuda itu meraih pemandangan lain, bibir indah berwarna merah muda bagai bunga mugunghwa yang tengah mekar, hidung yang mancung, dua mata yang indah dan jernih. Mata Baekhyun pun berhenti pada titik itu. Ia tak dapat berkutik melihat kedua mata Soo Jung. Kedua mata itu menghipnotisnya. Dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam.

Jantung Baekhyun berdetak begitu kuat. Darah di tubuhnya seakan mengalir lebih deras di setiap nadinya. Nafasnya melambat, seiring suara angin menderu kecil disekitar mereka.

“Mari kita bernyanyi bersama Baekhyun-ah” kata gadis itu dan tersenyum. Senyum yang berkelip indah dibawah sinar rembulan yang semakin benderang.  “Aku ingin memiliki suara yang indah juga sepertimu”


***



Baekhyun tersenyum. Ini bukan malam pertama, melainkan sudah kesekian malam dia merasakan kebahagiaan yang melanda dadanya. Bibirnya tak berhenti untuk melebar, membentuk senyum yang begitu lepas. Di sampingnya seorang gadis cantik dengan jeogori berwarna putih dan chima berwarna merah yang melekat ditubuhnya.

Baekhyun amat sangat bersyukur, ia mendapatkan seorang majikan yag begitu baik. Bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang yang rendah. Namun sebagai kawan.

“How many friends do I have? Count them:

Gadis itu mengeluarkan suara merdunya. Baekhyun cukup tercengang mendengar suara majikannya itu. Suara dengan nada soprano yang yang unik dan khas.

Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.

Kenapa tidak sedari dulu majikannya bernyanyi? Kenapa dimalam sebelumnya, nonanya itu hanya ingin mendengarnya bernyanyi? Padahal, suara Nonanya itu sungguh merdu. Bahkan Baekhyun begitu takjub dengan hal itu.

How happy I am
When I welcome my five friends!

“Suara apa itu? Seakan detak genderang mengaung begitu kencang?“ Baekhyun merasa ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang jelas salah.

What else do I need
When I have five friends?


Soo Jung menyelesaikan senandung lagu itu dengan pipi yang memerah terhias diwajahnya.
“Suaraku tak begitu bagus.” Katanya.

“Tidak, suara anda indah nona” ujar Baekhyun. Matanya tak mengerjab memandang majikannya itu. Cantik, bahkan bulan yang merona di langit malam sana tak dapat mengalahkan agungnya pesona gadis itu.

“Kenapa begini? Ini salah!”

Baekhyun tahu ini adalah dosa terbesar yang ia lakukan. Namun pemuda itu tak dapat mencegah perasaan itu datang dihatinya. Perasaan yang membuat isi perutnya seakan jungkir balik. Perasaan yang membuat jantungnya bergemuruh. Perasaan itu, hanya dapat ia simpan dalam kesendiriannya. Dan ia hanya dapat membukanya dalam mimpi.



“Terimakasih.” Ujar gadis itu. Soo Jung menengadah, memandang bulan yang kini sedikit redup karena tertutupi awan kelabu. “ Kelak, jika aku terlahir kembali. Aku berharap dapat bertemu dengan mu lagi Baekhyun-ah. Dan kau bisa bernyanyi untukku. Kemudian kita dapat bernyanyi bersama. ”

“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”

“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”

“Baekhyun-ah” kata Soo Jung. Kali ini suara gadis itu begitu lirih. Bahkan hampir seperti sebuah bisikan. “Menurutmu, bagaimana pangeran Kim Jong In?”

Baekhyun merasa kerongkongannya tersendat. Ia tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Majikannya adalah gadis yang cantik, setiap laki-laki ingin meminang Nonanya. Dan bahkan seorang pangeran di negrinya. Tampaknya semua ini terdengar  begitu sakit. Pujaan hatinya akan menikah dengan laki-laki lain. Kenyataan pahit ini menusuk dada Baekhyun begitu kuat. Begitu kuatnya hingga Baekhyun tidak bisa tidur tiap malam untuk memikirkannya.

“Nona tidak boleh menolak sebuah perintah kerajaan, atau Ayahanda Nona akan di berhentikan dari kementrian kerajaan, dan keluarga nona akan diasingkan.” Baekhyun menutup matanya sesaat. Berharap dia dapat menahan gejolak amarah yang kini sedang bersarang di otaknya. Kenapa harus seperti ini?

“Aku tidak mencintainya” ujar gadis itu tanpa melepas pandangannya kepada sang Dewi malam. “Aku ingin menikah dengan cinta. Kenapa itu begitu sulit?”

Baekhyun hanya diam setelah itu. Tangannya mengepal, matanya terasa panas. Ini semua begitu sulit baginya. Ia merasa Dewa begitu tidak adil. Jika ini takdir, jika ini memang digariskan. Ia ingin tetap tertidur, memimpikan senyum wajah pujaan hatinya. Setelah itu, ia tak ingin terbangun.

“Nona,” katanya dan menatap sosok cantik yang ada disampingnya kini tanpa takut. Sementara angin sedang menggelitik telinganya seakan berusaha menghentikannya untuk berbicara. “Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini” Baekhyun menghela nafas sesaat dan akhirnya mengatakan kalimat berdosa itu.

“Hamba, mencintai Nona”

***



Kota Seoul bergemerlap. Lampu-lampu kota berpendar berbaur dengan lampu-lampu gedung pencakar langit. Bintang tak terlihat di angkasa. Bulan purnama pun terlihat bergetar melawan cahaya yang menebar dari kota itu.

Sebuah rumah-rumah khas bangsawan korea jaman dahulu terlihat indah dengan lampu sorot mungil yang menyorotinya. Sementara orang-orang hilir mudik diantara jalan setapak yang terkesan kuno. Jalan setapak itu dihiasi lampion-lampion warna-warni dan hiasan burung-burung kertas yang cantik.

Sebuah panggung yang tidak begitu besar, terhias dengan lampu panggung yang menarik tengah dikelilingi oleh orang-orang muda. Seorang pemuda berdiri diatas sana, bernyanyi dengan suara lembutnya. Matanya memandang ke angkasa. Bulan purnama terlihat indah di langit kini tampak meringkuk, seperti mencuri pandang pada pemuda itu.

Keramaian di sekitar pemuda itu mendadak hening. Ia terseyum kepada belasan mata yang memandangnya. Entah takjub karena mendengar suaranya, atau sekedar menikmati lagu yang ia senandungkan.

If  you are standing at the end of
my life, if I can get closer to you
I can throw away everything
and run to you

Pemuda itu mencurahkan isi dari lagu itu pada setiap orang yang hadir. Sepasang kekasih yang tersenyum karena mendengar lagunya membuat pemuda itu bangga. Meski hanya sebatas senyum, atau sebatas melihat, pemuda itu sudah cukup bahagia karenanya. Hingga akhirnya,  kedua bola mata pemuda itu kemudian berhenti. Bertemu dengan sepasang mata yang membuatnya tidak dapat berpaling.

Though I extend my hand,

Pemuda itu menelan ludah. Gadis itu terlihat cantik. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah malaikatnya yang tertimpa cahaya panggung begitu menawan. Bibirnya yang berwarna merah muda.

I extend it with all my strength,
I can’t reach you.

Senyum sederhanpun tercipta diantara kedua insan itu.
Takdir apa ini?

I guess I can never reach you


Jantung mereka berdebar dengan ritme yang sama.

Seakan ini bukan yang pertama kali mata mereka bertemu.

Seakan ada ikatan lain yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.

Seakan-akan, namun terasa begitu kuat. Begitu nyata.



TBC


Note: Maaf menunggu lama ^^ FF ini bakal ada dua chapter. Ini chapter pertama. FF bergenre jenis ini baru pertma kali bikin.
Susah bgt bikin plotnya.
Rasanya pas bikin ini pengen banget makan keyboard.
Udah belajar cari-cari tahu info di google, tapi tetp aja banyak yg keteteran.
Pengen nonjolin kesan vintage ya, tapi eh tapi Masih banyak diksi yang harus diperbaiki dan juga alur serta latar yg belum detail.

Mohon maaf kalo jelek dan gak memuaskan. aku agak sibuk akhir " ini



T_____________________________T



chapter 2 .. check this link!  https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/love-1000-years-part-22/411312965641700

Yuk mampir ke WONDERFUL WORLD facebook PAGE
isinya adalah kumpulan FF KRYSTAL

KAISTAL, MYUNGSTAL, MINSTAL, CHENSTAL, LAYSTAL, KRISSTAL, HYUKSTAL
MORE!

https://www.facebook.com/wonderfulworld31

PART 1

“Chan Yeol!” laki-laki muda dengan rambutnya yg sedikit ikal itu menoleh.  Matanya membulat mendapati seorang kawannya berlari tergopoh-gopoh melewati halaman sekolah SMAnya.

“Akukan sudah bilang kau harus membawanya dahulu!” marah kawannya itu, seorang pemuda dengan kacamata stebal pantat botol kaca. Chanyeol terdiam,dan melihat baik baik apa yang ada ditangan  kawannya itu, selembar fomulir pendaftaran audisi murid SMA KIRIN. 

“Kenapa kau terdiam?” sebal kawannya itu dan memaksa Chanyeol untuk mengambilnya. Dengan enggan, akhirnya Chanyeol menurut saja.

“Kau tahu sendirikan, aku tidak mempunyai kemampuan untuk masuk ke SMA KIRIN?”  keluh Chanyeol sambil bertingkah seakan-akan ia sudah ditolak sebelum mendaftar.

“Bukan tidak punya, tapi tidak percaya diri” Chanyeol tertegun mendengar ucapan  kawannya itu, dan kini ia justru telah pergi begitu saja dari hadapannya.

Chanyeol memandang formulir itu erat-erat. Formulir berwarna merah muda yang  mencolok itu, meskipun dibuang, pasti orang-orang akan tertarik untuk memungutnya. Tulisan KIRIN ART HIGH SCHOOL tertera besar-besar di atasnya. Kawannya tahu betul, sejak SMP,  chanyeol benar-benar ingin sekali masuk ke SMA yg terkenal selalu menelurkan 
bintang-bintang muda yang bersinar itu. Namun, akibat berita yang tersiar bahwa audisi SMA KIRIN tahun ini amatlah ketat, benar-benar membuat nyalinya menciut. Ia merasa posisinya seperti api yang ditetesi oleh air es setetes demi setetes.

Chanyeol berusaha untuk melupakan semuanya, tapi juga menghargai niat baik kawannya itu.  Chanyeol tetap menggenggam formulir itu. Mungkin saja ia dapat memberikan ini dengan pemuda yang ia temui dijalan. Maka ia pun melangkahkan kakinya kembali, menikmati saat-saat ketika angin musim gugur menerpa rambutnya. Sebuah pemberhentian bus terlihat kemudian. Tempat duduknya  bercat biru dan catnya sudah mengelupas disana-sini.

Mata Chanyeol benar-benar masih saja terfokus pada formulir itu. Ia mulai merasa gila. Ia benar-benar ingin, tapi tidak mampu. Ia takut terlalu mengharapkan sesuatuyang justru akan melukai hatinya sendiri.

“Maaf” Chanyeol tersadar, ia tidak sendirian sedang menunggu bus. Suara lirih seorang wanita muda  terdengar tak jauh dari tempatnya berdiri. “Apa kau akan mendaftar audisi SMA KIRIN?”

Chanyeol mendengus sebal. Ia ingin sekali marah, karena menurutnya itu bukanlah urusan perempuan itu.  Ia pun menoleh tegas pada gadis yang kini memandangnya lekat-lekat. Tapi apa mau dikata, Chanyeol tidak dapat berkutik melihat paras gadis itu.

1..
Tatapan gadis itu begitu lembut. Mata polosnya sangat indah dengan bola mata yang hitam kecoklatan.

2..
Rambutnya hitam panjang. Menari begitu indah diterpa angin, seakan mengundang untuk dibelai.

3...

Bibirnya mungil, dengan warna merah muda yang mengundang untuk dikecup.

“Ma-maaf?” gugup Chanyeol. Ia tersadar dengan kelakukannya yang mulai membuat hadis itu resah. “Aku tanya, apa kau berniat untuk mendaftar audisi SMA KIRIN? Karena aku kehabisan formulirnya di toko tadi. Mungkin kau bisa memberi tahuku, dimana lagi aku bisa mendapatkan formulirnya?”

Chanyeol menelan ludah. Ia merasakan lidahnya kelu dan keringat dingin mengalir didahinya.  Ia tak pernah seperti ini. Gadis itu, adalah wanita pertama yang dapat menggetarkan hatinya begitu kencang.

“Baiklah, lupakan” ucap gadis itu sebal. Ia pergi begitu saja menaiki bus yang baru saja datang.  

Chanyeol melayangkan tangannya, tapi tak dapat berteriak. Ia hanya menggapai udara dan menyaksikan bus  yang dinaiki gadis itu berlalu dihadapannya.

Chanyeol masih terpaku ditempatnya. Tangannya meraba dadanya, ia masih dapat merasakan degupan itu. 

“A-apa yang terjadii?” gumamnya, ia sedikit takut untuk mengakui perasaan apa yang sedang melanda  hatinya ini. “ci-cinta?”
***

"Ya, bagus, kibaskan rambutmu sedikit!"

Kilatan-kilatan cahaya putih menyilaukan mata diiringi suara kamera begitu terlihat mengesankan. Background putih polos seakan menjadi berkesan ketika wanita muda dengan celana hotpants merahnya yang menyala mulai berpose dengan tatapan kharismanya yang mampu melumpuhkan hati kaum adam.

"Ya, selesai untuk hari ini. Good Job Kim Hyunah!" fotographer yang paruh baya itu tersenyum puas dengan hasil fotonya. Sang model wanita muda membungkuk kecil dan tersenyum kecil.

"Kerja yang bagus, ku harap kau tidak terlalu letih" seorang staff perempuan datang menghampiri gadis bertubuh sempurna itu, Kim Hyunah.
"Letih? aku? kau bercanda?" ledek Hyunah dingin. Staff perempuan itu menelan ludah dengan sikap Hyunah yang begitu dihapalnya.

Kim Hyunah, gadis muda dengan anugrah Tuhan yang terlukis diwajah dan tubuhnya yang sempurna. Ia terkenal dengan keprofesionalan dan kedisplinannya yang selalu dijunjungnya dengan mantap. Model muda yang sedang tenar dikalangan fotografer itu benar-benar dapat membuat staff awam dapat naik darah oleh tingkahnya itu.

"Ini, ada sekitar 10 missed call di handphone-mu" ujar staff itu lagi serta menyerahkan tas dan handphone touchscreen Hyunah. "Panggil aku jika kau butuh sesuatu"
"Arasseo" gumam Hyunah. Ia mengecheck handphonenya dengan antusias, berharap panggilan dari majalah fashion atau sejenisnya. "Appa?" gumamnya lirih. Ia berharap bahwa Ayahnya berhenti untuk terus mengganggunya. Kemudian handphonenya tiba-tiba bergetar.

"Yobose___"
"KIM HYUNAH!" Hyunah tersentak kaget dan menjauhkan handphone sekilas dari telinganya.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk berhenti bermain-main?!!"
"Appa!" seru Hyunah. "Aku tidak bermain-main!" gadis itu mendengus sebal. "aku ingin seperti ini__ tidak __ lebih dari ini. Aku ingin menjadi seorang penyanyi seperti Omma!" 
"Aigooo anak ini benar-benar__!" disebrang sana terdengar sang ayah begitu frustasi "Dunia entartaiment bukanlah tempat yang baik untukmu. Apa kau ingin membuat ayahmu cepat mati hah?!"
"Aku sudah memutuskan." Hyunah menarik nafas dalam-dalam, berpikir untuk dua kali untuk benar-benar mengatakannya. "Aku akan ikut audisi SMA KIRIN!"
"YA! KAU BENAR-BENAR___"

tut tut tut...

Hyunah menutup sambungan teleponnya dengan mantap. Dengan cepat mematikan Handphonenya dan tersenyum penuh kemenangan.



"Kau GILA ya?!"
"Ssst pelanan suaramu"
sontak beberapa pengunjung cafe yang sedari tadi terduduk tenang, kini menengok ke arah meja yang ditempati oleh Hyunah dan seorang wanita cantik dengan kacamata yang membuatnya tampil dewasa. Hyunah sedikit membungkuk, menutupi wajahnya karena sedikit malu dengan tatapan para pengunjung cafe lain meskpun tidaklah lama.

"Apa kau ini gila atu apa?!" desis wanita dewasa dihadapan  Hyunah yang bernama Shin Min Ah itu.
"Tentu saja eonnie.." gumam Hyunah mulai sebal.
"Kirin? SMA Kirin itu?"
"Yup"
"Kau ini, kau tah sendiri kan bagaimana rating sekolah itu saat ini? Meskipun dalam masa pemulihan, tapi apa kau tidak dengar bahwa beberapa murid senior disana banyak yang keluar dan lebih memilih untuk audisi entertaimnment."
"Aku tidak peduli masalah itu. Asalkan aku bisa buktikan bahwa aku bisa, bagiku itu tak masalah." ujar Hyunah antusias.

"Tapi kenapa harus SMA KIRIN? kenapa tidak SMA Phoenix? Kau tahu sendirikan bahwa SMA Phoenix sedang bekerja sama dengan label Jepang dan China. Bahkan lebih dari 1/4 murid Kirin pindah ke Phoenix!"
"Sudah ku bilang kan, aku tidak mempermasalahkan rating, popularitas dan embel-embel itu. Bagiku itu tidak akan berguna. Jika sesorang seperti, masuk di sekolah manapun, aku pasti akan tetap menjadi bintang."

Min Ah menahan tawa "dasar bocah, kau ini benar-benar percaya diri, kau pikir audisi SMA Kirin itu mudah?"
"Aku tidak pedulu, tidak peduli" Hyunah menggeleng mantap, tekadnya bulat "Aku harus MASUK SMA KIRIN"
"Wae?"

Hyunah terdiam, ia menunduk menatap coffeelattenya yang mulai dingin.
"Karena ibuku" gumam Hyunah, dirasakannya matanya berair. Namun gadis itu segera menoleh untuk menyembunyikan perasaan sedihnya.
Minah mengambil telapak tangan Hyunah dan menggenggamnya erat. Hyunah menatap Minah yang kini sedang tersenyum lembut padanya.
***

Chanyeol, pemuda itu sedang sibuk mengamati formulir audisi SMA Kirin itu untuk sekian kalinya. Toko kaset yang sedang sepi seakan membuatnya terhenyak sekali lagi. Ia seperti lupa, bahwa ia seharusnya sedang bekerja di shiftnya untuk menjaga toko kaset.

Kling
suara lonceng berbunyi, pertanda seorang pembeli baru saja masuk, 
"Selamat datang" ujar Chanyeol  tanpa memperhatikan siapa yang baru masuk ke tempat kerjanya itu. ia tidak peduli, karena ia yakin pada akhirnya pengunjung itu hanya berminat untuk melihat-lihat kemudian pulang tanpa membeli sebuah CD satu pun.

Kali ini Chanyeol tersadar keanehan baru saja terjadi. karena kemudian tidak ada suara apapun. Pembeli yang baru masuk itu terlihat mencurigakan, dengan jaket hitam besar dan kepalanya ditutupi sepenuhnya oleh tudung jaket. Dari tempat Chanyeol berdiri, orang itu seperti malaikat pencabut nyawa, dramatis dan misterius.

"Hei kau mau mencuri ya?!" tuduh Chanyeol dan menunjuk orang berjaket hitam itu yang kini terlihat sedang mengendap ke pojok ruang. Orang itu terdiam, ia terlihat sibuk memasukkan sesuatu kedalam jaketnya, kemudian berniat untuk melintas pergi.

"Hey pencuri!" Chanyeol menghampiri orang itu dengan marah. Gerak-gerik orang itu tidak seperti laki-laki tapi Chanyeol tak peduli dengan identitas orang aneh itu. 
"Hey berikan, ap yang kau ambil dari rak!" orang itu terus menunduk, terlihat takut. Kemudian dia gesit hampir berlari, namun tangan Chanyeol cekatan menangkap lengan orang itu. Lengan yang kurus, bukan lengan seorang laki-laki. 
"Hey KA_" Chanyeol tak dapat berkata-kata. Sekali lagi lidahnya kelu begitu melihat siapa dibalik tudung jaket hitam itu. seorang gadis cantik dengan mata berkilau. Gadis pertama yang dapat membuat jantungnya berdegup bagai petasan.

"Aku tidak mencuri sungguh!" ucap gadis itu. "Aku, aku hanya mau mengambil ini!" gadis itu menunjukkan sesuatu di tangan kirinya, FORMULIR AUDISI SMA KIRIN.
"Kau..." Lidah Chanyeol kaku ia merasakan matanya membulat. Jaraknya dan gadis itu begitu dekat. Ia bisa melihat bibir indah gadis itu, menawan dan cantik.
"Aku hanya ingin ikut audisi, hanya itu..."
"Siapa..." Chanyeol melepaskan cengkramannya di lengan gadis pujaannya itu. "Si-siapa na, nama mu?" 

Namun gadis itu telah menghilang pergi. Pujaannya itu terlihat terburu-buru dan menghindari sesuatu. Bahkan di sebuah toko kaset se sepi ini, dia juga harus menutupi dirinya dengan jaket sebesar itu.

***

Jalan setapak nampak sepi. terlihat empat orang laki-laki berseragam SMA berjalan beriringan dengan tawa menggelegar terdengar.
"Arrasoo!" Laki-laki muda itu tertawa lebar hingga membuat matanya menyipit.
"Hyun Seung-sshi, kita harus merayakannya! Dengan begini, kau pasti bisa masuk SMA Kirin!"
Laki-laki muda dengan jaket birunya yang tebal itu terkekeh.
"Kita rayakan nanti malam bagaimana?" katanya dan membuat empat teman-teman laki-lakinya itu nampak bersemangat.
"Ah klub malam! iya?"
"Ssst" Hyun Seung membekap mulut teman laki-lakinya itu dengan cemas.
"Jangan keras-keras bodoh, bagaimana kalau ada org lain yang tau? Kita masih dibawah umur, ingat?"
"Arraso..." temannya itu tetap nampak bersemangat "Nanti malam oke?"
"Nanti malam."

 

SNSD telah membuktikan pengaruhnya di industri musik Indonesia melalui penggemarnya. Baru-baru ini, sebuah girl group tanah air, Cherrybelle merilis mini album pertamanya. Grup yang beranggotakan 9 orang ini mencantumkan nama SONE (baca: sebutan untuk penggemar SNSD) di antara deretan ucapan terima kasih.
Di dalam mini album yang bertajuk “Love is you” tersebut  tertulis,  “ Cherrybelle thanks to teman-teman kasku(s)one, Sone Indowebster, Sone Indonesia.”
Sebelum resmi debut sebagai penyanyi, SONE memang kerap memberikan dukungan kepada Cherrybelle dengan beberapa kali mengadakan pertemuan. Hal tersebut tampaknya membantah rumor pertentangan antara SONE Indonesia  dan Twibi (baca: sebutan untuk penggemar Cherrybelle).
Pengaruh SNSD yang kuat sebagai Girl Band no. 1 di Asia dan sikap dewasa yang diperlihatkan SONE diharapkan menjadi contoh dan mampu menghilangkan perang antar penggemar yang kerap terjadi terutama di dunia maya.
Baik Cherrybelle maupun SNSD memiliki bakat berbeda dengan karir mereka masing-masing. Tindakan para anti fans yang tidak bertanggung jawab sebaiknya tidak ditiru demi kemajuan dunia musik Indonesia.
Bagaimana menurut kalian? Damai itu indah, kan?

Written by : @Lolasoshi
Credit pic: @cheuw
http://www.snsdindo.web.id/1232/8-8-2011-cherrybelle-berterima-kasih-pada-sone/



















Minho and Krystal - 101230

minho keliatanm nervous bgt. dy diblakang krystal melulu. SENYAM SENYUM GEJE GA JELAS. trus ada part video dmana dy lonjak lonjak, tpi hadap blakang, saat krystal udah mulai bener2 dideket dy. astaga wkwkwkwk

T-ara yang baru-baru ini Hyomin memukau netizens dengan selca menampilkan kakinya yang panjang.


Pada 17 Agustus, dia tweeted, “Untuk yakin, ‘celana perut’ adalah yang terbaik. Tolong beli ini saat musim panas tapi ingat untuk memberikan kekuatan di perut Anda seperti ini !” Dengan foto di atas.



Hyomin terlihat mengenakan celana pinggang tinggi 10 cm diatas atas pusar saat ia terlihat memamerkan tubuhnya di depan cermin. Tubuhnya yang sempurna ditekan oleh “kaki pembunuh”nya yang menyebabkan kecemburuan banyak dan iri hati.



Netizens menanggapi dengan,



•“Tidak ada orang lain yang dapat mengikuti kaki Hyomin”,

•“Saya sangat sedih bahwa dia begitu kurus”, dan

•“Sejak itu, Hyomin membawa segalanya terlihat lebih tinggi”.

Source: Daily Sports via Nate

Photo: Hyomin’s Twitter

Via: Allkpop

Indtrans: Ochirosy@asianfansclub

Tanggal 17 Agustus, Krystal f(x) berbagi dua foto dirinya bersama dengan figure skater Stephane Lambiel di Me2day-nya!


Krystal menulis, “Aku memintanya untuk berfoto denganku jadi dia mengangkatku, mengambil dua foto. dan memutarku:)”



Berpose dengan tanda ‘V’ saat digendong Lambiel, Krystal terlihat berpegangan padanya menunjukkan kedekatan mereka pada kamera. Stephane Lambiel tiba di Korea tanggal 13 Agustus untuk pertunjukan ice skating 3 hari Kim Yuna


Fans kemudian dengan iri berkomentar, “Kamu menawan di ice skating! Terbaik!”, “Ah.. sangat cemburu”, dan “Kamu menakjubkan di panggung, tetapi juga di ice skating!”








Source + Photos: Star News via Nate via allkpop



Indtrans: luphleeylyalya@asianfansclub

Credit:@YesungCenter


Posted by: avfh! (www.sup3rjunior.wordpress.com)


Shared by: Ochirosy@Asianfansclub

Akademi Pembelajaran Korea mengadakan polling "Best Fan Forever" untuk melihat artis mana yang memiliki jumlah fans paling banyak di Vietnam. Pada akhir periode voting, DBSK mendapat total 90,898 suara dari netizen, menduduki peringkat ke-1.




Super Junior menduduki tempat ke-2 dengan 87,485 suara, disusul Big Bang di peringkat ke-4 dengan 19,399 suara.



Grup lain yang berhasil masuk ke dalam daftar adalah 2PM di peringkat ke-6 dengan 5,032 suara, SNSD di peringkat ke-7 dengan 4,139 suara, diikuti JYJ di peringkat ke-8 dengan 2,967 suara, Wonder Girls di peringkat ke-9 dengan 2,856 suara, dan SHINee di peringkat ke-10 dengan 2,005 suara. Ada pula BEAST menempati posisi ke-14 dengan 1,614 suara. Dari 15 top grup, 9 di antaranya berasal dari Korea, membuktikan bahwa K-Pop juga berkembang pesat di Vietnam.





Source: Nate

Credit: SHINee Forum International + SHINeendonesia

PART 2





Tap… Tap.. Tap…


Suara hentakan kaki terdengar dari ujung belokan. Dari jauh terlihat sosok Soh Hyun sedang berlari tergesa-gesa.


“Tidak” gumam Soh Hyun begitu didapati gerbang sekolah sudah tertutup. Ini pertama kalinya dia telat seperti ini.


Soh Hyun berpikir sejenak sambil mengatur nafasnya. Beberapa detik kemudian dia mendongak lalu berlari lagi.


















Tap…






Suara tas dilempar dari luar pagar.






Tap…






Soh Hyun melompat pagar, kakinya mendarat tepat di rumput kering yang bersalju. Ia mengendap-endap menelusuri bukit belakang sekolah, berusaha sebisa mungkin bahwa tidak ada yang tau kalau dia membolos jam pertama. Walaupun, kebanyakan murid-murid sering melakukannya jika telat. Dan mungkin dia satu satunya siswa yang beru pertama kali melakukan hal ini.






“Telat, Soh Hyun-ssi?”






Soh Hyun berhenti melangkah. Dia yang tadinya membungkuk, menegakkan badannya. Dihadapannya berdiri Soo Jung dengan wajah lembutnya.






“Kau?”














Di belakang sekolah ada sebuah bukit kecil. Tepat dibalik pohon-pohon itu. Soo Jung dan Soh Hyun duduk terdiam diatas dua batu besar.






“Kau, tidak seperti biasanya” mulai Soo Jung tanpa menoleh ke Soh Hyun yang ada disampingnya.


“Apa maksudmu?” jawab Soh Hyun ketus.


“Telat”


Soh Hyun benar-benar terlihat siap meledakkan amarahnya. Pertama, ia baru pertama kalinya telat. Dan kedua, Soo Jung membuatnya berdiam disini. Ketiga, otomatis, mau tidak mau dia harus membolos pelajaran di jam pertama.






“Kau bilang aku telat? Lalu kau ini apa?”


“Kalau aku, memang membolos”


Soh Hyun terdiam, mulutnya menganga dan siap merecoki Soo Jung dengan banyak pertanyaan.


“Lalu kenapa kau pakai seragam? Kenapa kesekolah? Kenapa___”


“Kau tau,” Soo Jung menyela semua pertanyaan Soh Hyun dengan sangat lembut. “Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?” Soh Hyun memalingkan muka, sama sekali tidak menjawab. “Hal yang paling menyenangkan didunia ini adalah ketika kita melakukan apa yang kita suka bersama orang-orang yang kita sayangi. Itulah kenapa aku ke sekolah. Aku ingin melihat teman-teman.”


“Kau berkata seperti itu karena kau anak beruntung”


“Aku tidak beruntung” gumam Soo Jung. “Tidak seberuntung yang kau kira”


Soh Hyun tertawa.


“Kau anak orang kaya. Mendapat nilai bagus. Mendapat perhatian murid-murid satu kelas, kau pikir itu tidak beruntung? Jangan berpura-pura”






Hening.






Soo Jung, matanya panas. Ia menahan butiran air mata yang siap tak terkendali dapat mengalir begitu saja.


“Dapatkah kau melihatku dari sisi lain? Liatlah sisi asliku yang sebenarnya.” ucap Soo Jung “Aku tidak berpura-pura.”


“Tidak usah sok” kata Soh Hyun tanpa memandang Soo Jung. Tanpa permisi, ia beranjak berdiri bermaksud meninggalkan Soo Jung.


“Soh Hyun, boleh kah aku meminta satu permintaan?” tanya Soo Jung hati-hati. Langkah Soh Hyunpun langsung terhenti, tapi dia sama sekali tidak berbalik.


“Dalam hidupku hanya ada dua pilihan kata, Ya atau Tidak. Dan aku bilang ‘tidak’ untuk permintaanmu itu”


“Seberapa banyak kau mengatakan kata ‘tidak’ dalam hidupmu?”


Soh Hyun tercengang. Selama ini, dia merasa lebih banyak menggunakan kata ‘tidak’. Kenyataan itu membuat jantung Soh Hyun berdetak cepat. “Kenapa aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya?”


“Sekali saja,” sela Soh Hyun penuh harap. “maukah, maukah kau tersenyum untukku?”


Soh Hyun diam. Sesaat lidahnya terasa kelu.


“Sekali saja, kumohon”


“Ya, bayangkanlah aku tersenyum dalam mimpimu!” seru Soh Hyun dan meninggalkan Soo Jung sendirian.


Soo Jung menatap kepergian Soh Hyun. Ia tersenyum, menutupi rasa kekecewaan dalam dirinya.










***






Sosok jangkung Min Ho, berjalan pelan sambil menenteng tasnya di lorong sekolah. Langkah kakinya berhenti di depan pintu dengan label atas bertuliskan ruang musik. Min Ho membuka pintu itu pelan kemudian melangkah masuk.


Min Ho mengamati seluruh ruangan, lagi-lagi ada Soo Jung di sana. Soo Jung mengenakan seragam dibalik jaketnya yang super tebal dan sibuk membolak-balik bukunya serius. Min Ho tidak memandangnya sedikitpun, bahkan tak ada 'niat' untuk melihatnya.






Akhirnya, Min Ho melangkahkan kakinya ke arah piano putih besar yang sering ia mainkan. Ia melempar tas pelan disampingnya. Lalu dia mencari note-note yang selalu dibawa didalam tas. Tak ada jeda lama, setelah menemukan, kertas note itu ditatanya diatas piano kemudian diamatinya sesaat.






Teng…






Dentingan dan melodi yang lembut mulai dialunkan. Seperti sebuah pemanasan untuknya. Lalu nada-nada itu bersambungan semakin lincah. Tangan-tangannya berbaur, dan menari sesuai irama. Tapi itu belum puncaknya. Tingkat kesulitan semakin menjadi-jadi. Mata Min Ho terus mengamati note satu persatu. Yang jelas, sampai tahap ini, cukup lancar. Hingga akhirnya, tibalah di bagian yang membuat Min Ho frustasi. Bagian yang mungkin hanya bisa di selesaikan oleh penciptanya.






Jreng…






Min Ho menghentikan permainannya tiba-tiba. Ia mengatur nafasnya yang sangat liar tak terkendali.






Bagian itu gagal lagi. Padahal ia sudah benar memainkannya, tetapi terlihat ganjil di telinga. Saat itu juga, Min Ho benar-benar ingin menghancurkan piano didepannya dengan pemukul besball. Shock, marah. Dia sudah bekerja keras, tapi hasilnya tak memuaskan.






Min Ho menatap tangannya. Tangannya gemetar, gemetar tak terkendali, memohon untuk beristirahat.






“28 hari lagi, tapi tidak ada kemajuan” gumamnya sengit.






Tap…






Betapa kagetnya Min Ho begitu tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya keluar ruangan.






“Apa yang kau lakukan?!” seru Min Ho heran. Setelah ia amati kemudian. Ternyata Soo Jung yang tengah menariknya.






"Ya!" Min Ho berteriak sebal karena Soo Jung memaksanya naik tangga. Dan akhirnya, dengan susah payah, ternyata Soo Jung tengah memaksanya sampai ke atap sekolah.






“Ya! Apa maumu? Apa sih maksudmu? Apa kau gila? Aku kan sedang…”


“Diaam!!” sela Soo Jung. “Yang kau perlukan hanyalah, ikuti cara ku.”


“Ha?”


Soo Jung tersenyum, senyum khasnya, lalu dia mengambil nafas pelan pelan dan memejamkan mata. kemudian dia berteriak dengan seluruh tenaganya.










“FIGHTING!!!!!!!!!!!”


o_O


Min Ho heran. Dia sempat berpikir, Apa anak ini mau mengajariku menjadi orang gila?


“Cepat lakukan” perintah Soo Jung.


“Lakukan apa?”


“Seperti aku tadi bodoh!”


Min Ho garuk-garuk kepala bingung. Bingung, kenapa dia ada ditempat ini. Bingung, kenapa ada perempuan aneh seperti Soo Jung. Bingung, kenapa Soo Jung memaksanya melakukan seperti yang dia mau.


“Fighting.” kata Min Ho singkat, padat dan tidak jelas “Puas?”


“Tidak, bukan seperti itu, tutup matamu dan ambil nafas dalam-dalam” jelas Soo Jung.


“Menyusahkan” gumam Min Ho. Kalau bukan karena Soo Jung seorang perempuan, Min Ho ingin mencekiknya agar dia diam.


“Cepat!” sebal Soo Jung sambil menggetok kepala Min Ho keras. Min Ho langsung mengusap kepalanya, sedikit kesakitan. “Cepat”


Min Ho menatap Soo Jung dengan tatapan aneh, kemudian dilakukannya apa yang Soo Jung suruh.


“Fighting!!!”


“Lebih keras!”


Min Ho benar benar ingin segera menjerat Soo Jung dengan tali agar bisa diam.


“Fighting!!!!”


“Apa kau ini laki-laki? Teriakanmu seperti teriakan anak perempuan umur sepuluh tahun!!”


“FIGHTIIIIIIING!!!!!!!!!!!!!!” teriak Min Ho. Ia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Kemudian ditatapnya Soo Jung yang terkekeh-kekeh disampingnya.


“Apanya yang lucu?!” sebal Min Ho.


“Bo-doh” kata Soo Jung disela tawanya.


“Apa? Bodoh?” gumam Min Ho mencerna perkataan Soo Jung. Perlahan, sudut-sudut bibirnya tertarik. Min Ho tersenyum. Lalu iapun ikut tertawa bersama Soo Jung. Menertawai kebodohan mereka.






Min Ho mengambil nafas dalam-dalam. Sesuatu yang sejuk memenuhi dadanya. Rasa sejuk yang lain. Bukan sejuk udara yang ia rasakan, tapi seperti ada perasaan lain pula yang membuat dadanya damai. Entahlah, mungkin karena ada Soo Jung disampingnya?






Soo Jung berhenti tertawa tiba-tiba, ia sedikit berjinjit untuk meraih kepala Min Ho dan mengacak-acak rambutnya senang.


“Akhirnya, aku bisa melihatmu tertawa dan tersenyum, Choi Min Ho”






Min Ho terdiam.






Laki-laki dingin dan keras kepala itu, kini tidak bisa berbohong pada kenyataan. Ini memang pertama kali seumur hidupnya, ia dapat tertawa dan tersenyum lepas selain dengan ibu, Nunanya… dan, Soo Jung juga, wanita pertama yang menyentuhnya tanpa takut.






***






Salju turun perlahan di malam itu. Gang-gang yang sepi menjadi menakutkan. Soh Hyun tidak peduli. Kali ini memang ia tidak terlihat sendirian. Soh Hyun bersama ibunya. Ibunya memang terlihat mabuk. Hal itulah yang membuat Soh Hyun harus merelakan pundaknya kesakitan karena menopang ibunya yang terlihat kurus, tapi nyatanya cukup berat.






“Sudah kubilang, Ibu jangan bekerja disana lagi. Tempat itu terkutuk” ujar Soh Hyun.






“Diamlah, lihat salju mulai lebat. Kau mau kita mati kedinginan diluar hah?” kata Ibunya lemas.






Soh Hyun tidak melanjutkan ocehannya. Ibunya benar, salju turun mulai lebat. Ia hanya tertunduk, merenung, merenungkan kehidupannya.






Soh Hyun memang tidak miskin atupun kaya. Hidupnya sederhana. Tapi, itu dulu. Itu dulu ketika Ayahnya masih hidup. Andai kecelakaan pesawat itu tidak terjadi, mungkin ia masih bisa tertawa bersama orang tuanya. Dan ibunya tidak perlu bekerja menjadi penyanyi klub malam.






Mati-matian Soh Hyun menyembunyikan identitas ibunya. Walaupun hidupnya masih diatas kata miskin. Tapi, gaji dari pendapatan ibunya membuat dia sedikit ogah-ogahan ke sekolah. Dia memilih tidak usah bersekolah dari pada mengijinkan ibunya bekerja di tempat gelap sperti itu. Tapi apa mau dikata, ibunya berotak keras. Mungkin sifat itu juga yang menurun pada darah dagingnya.






“Soh Hyun-ahh”






Soh Hyun mendongak. Ia terpaku melihat sosok yang berdiri menunggunya di depan rumah berlindung sebuah payung.






“Soo Jung?” ucap Soh Hyun akhirnya.


“Boleh kita bicara sebentar?”


















“Ibumu baik baik saja?” tanya Soo Jung pada Soh Hyun disebelahnya.


“Hmm, dia sudah tertidur dikamarnya” angguk Soh Hyun pelan. “Kau benar-benar tak mau masuk?”


“Tidak, disini saja”


“Oh” gumam Soh Hyun aneh.


Soh Hyun menatap wajah pucat Soo Jung. Pikirannya berkutik dengan ribuan pertanyaan yang mondar-mandir dibenaknya.


Takut. Perasaan itu yang muncul pertama kali. Takut, semua teman2nya akan tahu, apa pekerjaan ibunya sebenarnya.






“Kau senang kan?”.






Soo Jung terdiam, raut mukanya menunjukkan tidak paham dengan ucapan Soh Hyun.


“Kau senang melihat diriku yang seperti ini kan?” lanjut Soh Hyun ketus. “Kau hanya ingin mempermalukan aku kan?”


“Kau malu?” kata Soo Jung benar-benar tidak paham “Malu dengan dirimu yang seperti ini?”


Mata Soh Hyun terasa panas. Hatinya bergejolak.


“Memang kenapa?!” teriak Soh Hyun tidak tertahankan. “Kau mau tertawa?! Ha?! Jadi itu tujuanmu kesini?! Kau__”


“Hentikan tingkahmu itu Soh Hyun” sela Soo Jung. “Apa yang harus kupermalukan dari dirimu? Untuk apa aku membuatmu malu?”


Soh Hyun memejamkan mata, berusaha mengatur nafas.


“Pulanglah, ini sudah terlalu malam” kata Soh Hyun datar, lalu beranjak berdiri.






“Soh Hyun-ahh” cegah Soo Jung “Sebenarnya tujuanku kesini karena ini”


Soh Hyun membalikkan badan, dilihatnya Soo Jung menjulurkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado warna biru cerah.


“Apa itu?” tanya Soh Hyun heran.


“Untukmu” jawab Soo Jung membuat tubuh Soh Hyun kaku.


Soo Jung tersenyum, lalu ditariknya tangan So Hyun. “Ini” katanya sambil menaruh kado kecil itu ke tangan Soh Hyun.


“Kau__”


“Aku pamit pulang. Daa, sampai jumpa besok!” seru Soo Jung ceria.






Soo Hyun menatap kosong ke kado kecil yang ada digenggamannya. Tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu perasaan yang menyelimuti hatinya. Sebuah kehangatan. Kehangatan yang ia rindukan sejak lama. Dan, Ia telah mendapatkan perasaan itu dari sosok yang telah lama dibencinya karena hal ke-irian. Apakah ini masuk diakal? Ataukah ini tipuan?






“SOH HYUUN-ah!!” Soh Hyun tersentak kaget ketika Soo Jung meneriakkan namanya dari jauh. “HAAAPPPY BIRTHHDAY!!!” teriak Soo Jung dan bergaya ‘fighting’ dengan payungnya.






Tanpa sadar, Soh Hyun tersenyum. Dipandangnya kado itu sekilas. Ketika ia ingin meneriakan kata ‘terimakasih’ untuk Soo Jung, didapatinya gang itu sudah sepi. Soh Hyun menghela nafas pelan, dan memutuskan masuk ke dalam rumah.






Begitu Soh Hyun masuk ke kamar, di nyalakannya lampu belajarnya. Ia terdiam sebentar, terlihat mengamati kado kecil pemberian Soo Jung. Didetik berikutnya, dibukanya kado itu perlahan.






“Beruang?” gumam Soh Hyun begitu dilihatnya bahwa isi kado tersebut adalah sebuah beruang coklat kecil berbaju perempuan. Sepucuk kertas di dalam kotak, menarik perhatiannya.






Tekan perut beruangnya ^^






Soh Hyun melakukan apa yang tertulis di kertas itu.






“Hai Soh Hyun” sebuah suara keluar dari boneka kecil itu.






“Soo Jung?” kaget Soh Hyun begitu menyadari milik siapa suara itu.






“Selamat ulang tahun! Mungkin ini terlalu sederhana, tapi ku harap kau menyukainya”


“Happy Birthday Soh Hyun!!” kata suara lain.






Mata Soh Hyun berair.






“Makin pintar yah! Ha ha ” suaranya berganti lagi.


“Happy Birthday to you, happy birthday to you…”


“Soh Hyun fighting!”


“Ku doakan umurmu panjang! Ok?!”


“Aku yakin kau pasti akan bertambah tinggi ^^ ke..ke…”






Kini air mata Soh Hyun mengalir deras. Ia kenal suara-suara itu. Suara teman-temannya sekelas.






Tapi ulang tahunku masih besok, kau terlalu cepat.


Awalnya Soh Hyun berpikir demikian, tapi ketika ia menengok kearah jam belajarnya. Ia terkesima. Suatu hal yang benar-benar tidak mampu ia ekspresikan.






Jam itu menunjukkan pukul dua belas lewat 10 menit. Itu berarti, sekarang memang ulang tahunnya, tepatnya dimulai dari 10 menit yang lalu.


“Bagaimana bisa kau melakukannya, Soo Jung?” pikir Soh Hyun benar-benar tidak percaya.






***






Soh Hyun menelusuri lorong sekolahnya. Berbeda dengan pagi-pagi yang biasanya. Pagi ini, senyumnya merekah. Langkah kakinyapun terlihat lebih mantap. Mungkin karena peristiwa tadi malam. Yang jelas, sesuatu telah berubah dangan hatinya.






Soh Hyun menekan ganggang pintu kelasnya, dan begitu dia buka…






“HAPPY BIRTHDAY!”






Soh Hyun terpaku melihat teman-temannya tersenyum kepadanya. Ini pertama kali, ada yang mengingat tanggal ulang tahunnya_selain Ibunya, ayahnya dan… Soo Jung.






“Soh Hyun” ujar Yoo Jin sambil membawa kue kecil dengan lilin diatasnya. “Sekarang, tiuplah”






Soh Hyun menatap teman-temannya. Ia memejamkan mata dan membuat permintaan.






“Semoga, kami semua bisa bahagia” segera ditiupnya lilin dan tertawa bersama semuanya. Ia merasakan sebuah perasaan yang tak bisa terlukiskan oleh kata-kata.






“Hal yang paling menyenangkan didunia ini adalah ketika kita melakukan apa yang kita suka bersama orang-orang yang kita sayangi.”






“Kau benar Soo Jung, aku memang salah menilaimu” gumam Soh Hyun penuh makna. Ini adalah kebahagiaan pertama yang dia rasakan setelah ayahnya meninggal. Memori yang akan selalu ia rekam dalam otaknya baik-baik.


Soh Hyun memperhatikan seluruh kelas. Sadar, ia sadar akan sesuatu yang kurang. Kehadiran yang lain. Sosok lain.






“Daa, sampai jumpa besok!”






“Kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi?” pikir Soh Hyun. “Dimana Soo Jung?” tanyanya.


“Entah, terakhir kali dia menelpon kami tadi malam tentang ultahmu. Mungkin tidak masuk” ujar Yoo Jin.


Mata Soh Hyun terbelalak.


“Jadi dia yang merencanaan ini semua?” tanyanya lagi. Yang lain mengangguk heran melihat wajah Soh Hyun.


“Soo Jung-ssi” kata Soh Hyun dalam hati “Siapa kau ini sebenarnya? Kenapa kau mampu membuat hidupku menjadi hangat seperti ini?”






BERSAMBUNG










aka aka aka aka






Gimana? XD. Maaf nih Ki Bum belom muncul..


Dan akan muncul di chap selanjutnya


he


dan adegan dgn Min Honya dikit...


Gw pgnnya biar isi cerita ini berbobot dikit..


ga hanya msalah cinta


;)














TEASER CHAP SELANJUTNYA






Min Ho berjalan lebih cepat, bahkan setengah berlari.






“Choi Min Ho, kali ini kau beruntung” gumam Bu Kim keras, terlihat kalau dia memang sengaja. “Kalau dia tidak mengundurkan diri, aku mungkin tidak mencalonkanmu”






“Mungkinkah?” gumam Min Ho dan membuka pintu ruang musik didepannya.


------------------------------------------






“Ki Bum Oppa! Lihat siapa yang datang!” Min Ho menoleh, semua pikirannya buyar.


Laki-laki yang sedang membersihkan meja nomor 6 memutar kepalanya 90 derajat.


“Kau, selamat datang ” kata Ki Bum terlihat bahagia dan dengan santainya langsung memeluk Soo Jung dihadapan Min Ho persis.


Min Ho menunduk perutnya sedikit mual melihat kedekatan Ki Bum dengan Soo Jung. Hingga sesaat Ia merasa kenal dengan laki-laki yang Ji Young panggil 'Ki Bum oppa' ini. Wajahnya seperti___. Min Ho menatap Ki Bum lagi. Bukankah ia sosok yang ada di pigura foto tadi? Apakah laki-laki ini, kekasih Soo Jung?


-------------------------------------------