FF [ON WRITING] 15+ HAPPY ENDING

Posted 12:38 AM by Super Generation in Label: , , , , , , ,
PART 2





Tap… Tap.. Tap…


Suara hentakan kaki terdengar dari ujung belokan. Dari jauh terlihat sosok Soh Hyun sedang berlari tergesa-gesa.


“Tidak” gumam Soh Hyun begitu didapati gerbang sekolah sudah tertutup. Ini pertama kalinya dia telat seperti ini.


Soh Hyun berpikir sejenak sambil mengatur nafasnya. Beberapa detik kemudian dia mendongak lalu berlari lagi.


















Tap…






Suara tas dilempar dari luar pagar.






Tap…






Soh Hyun melompat pagar, kakinya mendarat tepat di rumput kering yang bersalju. Ia mengendap-endap menelusuri bukit belakang sekolah, berusaha sebisa mungkin bahwa tidak ada yang tau kalau dia membolos jam pertama. Walaupun, kebanyakan murid-murid sering melakukannya jika telat. Dan mungkin dia satu satunya siswa yang beru pertama kali melakukan hal ini.






“Telat, Soh Hyun-ssi?”






Soh Hyun berhenti melangkah. Dia yang tadinya membungkuk, menegakkan badannya. Dihadapannya berdiri Soo Jung dengan wajah lembutnya.






“Kau?”














Di belakang sekolah ada sebuah bukit kecil. Tepat dibalik pohon-pohon itu. Soo Jung dan Soh Hyun duduk terdiam diatas dua batu besar.






“Kau, tidak seperti biasanya” mulai Soo Jung tanpa menoleh ke Soh Hyun yang ada disampingnya.


“Apa maksudmu?” jawab Soh Hyun ketus.


“Telat”


Soh Hyun benar-benar terlihat siap meledakkan amarahnya. Pertama, ia baru pertama kalinya telat. Dan kedua, Soo Jung membuatnya berdiam disini. Ketiga, otomatis, mau tidak mau dia harus membolos pelajaran di jam pertama.






“Kau bilang aku telat? Lalu kau ini apa?”


“Kalau aku, memang membolos”


Soh Hyun terdiam, mulutnya menganga dan siap merecoki Soo Jung dengan banyak pertanyaan.


“Lalu kenapa kau pakai seragam? Kenapa kesekolah? Kenapa___”


“Kau tau,” Soo Jung menyela semua pertanyaan Soh Hyun dengan sangat lembut. “Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?” Soh Hyun memalingkan muka, sama sekali tidak menjawab. “Hal yang paling menyenangkan didunia ini adalah ketika kita melakukan apa yang kita suka bersama orang-orang yang kita sayangi. Itulah kenapa aku ke sekolah. Aku ingin melihat teman-teman.”


“Kau berkata seperti itu karena kau anak beruntung”


“Aku tidak beruntung” gumam Soo Jung. “Tidak seberuntung yang kau kira”


Soh Hyun tertawa.


“Kau anak orang kaya. Mendapat nilai bagus. Mendapat perhatian murid-murid satu kelas, kau pikir itu tidak beruntung? Jangan berpura-pura”






Hening.






Soo Jung, matanya panas. Ia menahan butiran air mata yang siap tak terkendali dapat mengalir begitu saja.


“Dapatkah kau melihatku dari sisi lain? Liatlah sisi asliku yang sebenarnya.” ucap Soo Jung “Aku tidak berpura-pura.”


“Tidak usah sok” kata Soh Hyun tanpa memandang Soo Jung. Tanpa permisi, ia beranjak berdiri bermaksud meninggalkan Soo Jung.


“Soh Hyun, boleh kah aku meminta satu permintaan?” tanya Soo Jung hati-hati. Langkah Soh Hyunpun langsung terhenti, tapi dia sama sekali tidak berbalik.


“Dalam hidupku hanya ada dua pilihan kata, Ya atau Tidak. Dan aku bilang ‘tidak’ untuk permintaanmu itu”


“Seberapa banyak kau mengatakan kata ‘tidak’ dalam hidupmu?”


Soh Hyun tercengang. Selama ini, dia merasa lebih banyak menggunakan kata ‘tidak’. Kenyataan itu membuat jantung Soh Hyun berdetak cepat. “Kenapa aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya?”


“Sekali saja,” sela Soh Hyun penuh harap. “maukah, maukah kau tersenyum untukku?”


Soh Hyun diam. Sesaat lidahnya terasa kelu.


“Sekali saja, kumohon”


“Ya, bayangkanlah aku tersenyum dalam mimpimu!” seru Soh Hyun dan meninggalkan Soo Jung sendirian.


Soo Jung menatap kepergian Soh Hyun. Ia tersenyum, menutupi rasa kekecewaan dalam dirinya.










***






Sosok jangkung Min Ho, berjalan pelan sambil menenteng tasnya di lorong sekolah. Langkah kakinya berhenti di depan pintu dengan label atas bertuliskan ruang musik. Min Ho membuka pintu itu pelan kemudian melangkah masuk.


Min Ho mengamati seluruh ruangan, lagi-lagi ada Soo Jung di sana. Soo Jung mengenakan seragam dibalik jaketnya yang super tebal dan sibuk membolak-balik bukunya serius. Min Ho tidak memandangnya sedikitpun, bahkan tak ada 'niat' untuk melihatnya.






Akhirnya, Min Ho melangkahkan kakinya ke arah piano putih besar yang sering ia mainkan. Ia melempar tas pelan disampingnya. Lalu dia mencari note-note yang selalu dibawa didalam tas. Tak ada jeda lama, setelah menemukan, kertas note itu ditatanya diatas piano kemudian diamatinya sesaat.






Teng…






Dentingan dan melodi yang lembut mulai dialunkan. Seperti sebuah pemanasan untuknya. Lalu nada-nada itu bersambungan semakin lincah. Tangan-tangannya berbaur, dan menari sesuai irama. Tapi itu belum puncaknya. Tingkat kesulitan semakin menjadi-jadi. Mata Min Ho terus mengamati note satu persatu. Yang jelas, sampai tahap ini, cukup lancar. Hingga akhirnya, tibalah di bagian yang membuat Min Ho frustasi. Bagian yang mungkin hanya bisa di selesaikan oleh penciptanya.






Jreng…






Min Ho menghentikan permainannya tiba-tiba. Ia mengatur nafasnya yang sangat liar tak terkendali.






Bagian itu gagal lagi. Padahal ia sudah benar memainkannya, tetapi terlihat ganjil di telinga. Saat itu juga, Min Ho benar-benar ingin menghancurkan piano didepannya dengan pemukul besball. Shock, marah. Dia sudah bekerja keras, tapi hasilnya tak memuaskan.






Min Ho menatap tangannya. Tangannya gemetar, gemetar tak terkendali, memohon untuk beristirahat.






“28 hari lagi, tapi tidak ada kemajuan” gumamnya sengit.






Tap…






Betapa kagetnya Min Ho begitu tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya keluar ruangan.






“Apa yang kau lakukan?!” seru Min Ho heran. Setelah ia amati kemudian. Ternyata Soo Jung yang tengah menariknya.






"Ya!" Min Ho berteriak sebal karena Soo Jung memaksanya naik tangga. Dan akhirnya, dengan susah payah, ternyata Soo Jung tengah memaksanya sampai ke atap sekolah.






“Ya! Apa maumu? Apa sih maksudmu? Apa kau gila? Aku kan sedang…”


“Diaam!!” sela Soo Jung. “Yang kau perlukan hanyalah, ikuti cara ku.”


“Ha?”


Soo Jung tersenyum, senyum khasnya, lalu dia mengambil nafas pelan pelan dan memejamkan mata. kemudian dia berteriak dengan seluruh tenaganya.










“FIGHTING!!!!!!!!!!!”


o_O


Min Ho heran. Dia sempat berpikir, Apa anak ini mau mengajariku menjadi orang gila?


“Cepat lakukan” perintah Soo Jung.


“Lakukan apa?”


“Seperti aku tadi bodoh!”


Min Ho garuk-garuk kepala bingung. Bingung, kenapa dia ada ditempat ini. Bingung, kenapa ada perempuan aneh seperti Soo Jung. Bingung, kenapa Soo Jung memaksanya melakukan seperti yang dia mau.


“Fighting.” kata Min Ho singkat, padat dan tidak jelas “Puas?”


“Tidak, bukan seperti itu, tutup matamu dan ambil nafas dalam-dalam” jelas Soo Jung.


“Menyusahkan” gumam Min Ho. Kalau bukan karena Soo Jung seorang perempuan, Min Ho ingin mencekiknya agar dia diam.


“Cepat!” sebal Soo Jung sambil menggetok kepala Min Ho keras. Min Ho langsung mengusap kepalanya, sedikit kesakitan. “Cepat”


Min Ho menatap Soo Jung dengan tatapan aneh, kemudian dilakukannya apa yang Soo Jung suruh.


“Fighting!!!”


“Lebih keras!”


Min Ho benar benar ingin segera menjerat Soo Jung dengan tali agar bisa diam.


“Fighting!!!!”


“Apa kau ini laki-laki? Teriakanmu seperti teriakan anak perempuan umur sepuluh tahun!!”


“FIGHTIIIIIIING!!!!!!!!!!!!!!” teriak Min Ho. Ia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Kemudian ditatapnya Soo Jung yang terkekeh-kekeh disampingnya.


“Apanya yang lucu?!” sebal Min Ho.


“Bo-doh” kata Soo Jung disela tawanya.


“Apa? Bodoh?” gumam Min Ho mencerna perkataan Soo Jung. Perlahan, sudut-sudut bibirnya tertarik. Min Ho tersenyum. Lalu iapun ikut tertawa bersama Soo Jung. Menertawai kebodohan mereka.






Min Ho mengambil nafas dalam-dalam. Sesuatu yang sejuk memenuhi dadanya. Rasa sejuk yang lain. Bukan sejuk udara yang ia rasakan, tapi seperti ada perasaan lain pula yang membuat dadanya damai. Entahlah, mungkin karena ada Soo Jung disampingnya?






Soo Jung berhenti tertawa tiba-tiba, ia sedikit berjinjit untuk meraih kepala Min Ho dan mengacak-acak rambutnya senang.


“Akhirnya, aku bisa melihatmu tertawa dan tersenyum, Choi Min Ho”






Min Ho terdiam.






Laki-laki dingin dan keras kepala itu, kini tidak bisa berbohong pada kenyataan. Ini memang pertama kali seumur hidupnya, ia dapat tertawa dan tersenyum lepas selain dengan ibu, Nunanya… dan, Soo Jung juga, wanita pertama yang menyentuhnya tanpa takut.






***






Salju turun perlahan di malam itu. Gang-gang yang sepi menjadi menakutkan. Soh Hyun tidak peduli. Kali ini memang ia tidak terlihat sendirian. Soh Hyun bersama ibunya. Ibunya memang terlihat mabuk. Hal itulah yang membuat Soh Hyun harus merelakan pundaknya kesakitan karena menopang ibunya yang terlihat kurus, tapi nyatanya cukup berat.






“Sudah kubilang, Ibu jangan bekerja disana lagi. Tempat itu terkutuk” ujar Soh Hyun.






“Diamlah, lihat salju mulai lebat. Kau mau kita mati kedinginan diluar hah?” kata Ibunya lemas.






Soh Hyun tidak melanjutkan ocehannya. Ibunya benar, salju turun mulai lebat. Ia hanya tertunduk, merenung, merenungkan kehidupannya.






Soh Hyun memang tidak miskin atupun kaya. Hidupnya sederhana. Tapi, itu dulu. Itu dulu ketika Ayahnya masih hidup. Andai kecelakaan pesawat itu tidak terjadi, mungkin ia masih bisa tertawa bersama orang tuanya. Dan ibunya tidak perlu bekerja menjadi penyanyi klub malam.






Mati-matian Soh Hyun menyembunyikan identitas ibunya. Walaupun hidupnya masih diatas kata miskin. Tapi, gaji dari pendapatan ibunya membuat dia sedikit ogah-ogahan ke sekolah. Dia memilih tidak usah bersekolah dari pada mengijinkan ibunya bekerja di tempat gelap sperti itu. Tapi apa mau dikata, ibunya berotak keras. Mungkin sifat itu juga yang menurun pada darah dagingnya.






“Soh Hyun-ahh”






Soh Hyun mendongak. Ia terpaku melihat sosok yang berdiri menunggunya di depan rumah berlindung sebuah payung.






“Soo Jung?” ucap Soh Hyun akhirnya.


“Boleh kita bicara sebentar?”


















“Ibumu baik baik saja?” tanya Soo Jung pada Soh Hyun disebelahnya.


“Hmm, dia sudah tertidur dikamarnya” angguk Soh Hyun pelan. “Kau benar-benar tak mau masuk?”


“Tidak, disini saja”


“Oh” gumam Soh Hyun aneh.


Soh Hyun menatap wajah pucat Soo Jung. Pikirannya berkutik dengan ribuan pertanyaan yang mondar-mandir dibenaknya.


Takut. Perasaan itu yang muncul pertama kali. Takut, semua teman2nya akan tahu, apa pekerjaan ibunya sebenarnya.






“Kau senang kan?”.






Soo Jung terdiam, raut mukanya menunjukkan tidak paham dengan ucapan Soh Hyun.


“Kau senang melihat diriku yang seperti ini kan?” lanjut Soh Hyun ketus. “Kau hanya ingin mempermalukan aku kan?”


“Kau malu?” kata Soo Jung benar-benar tidak paham “Malu dengan dirimu yang seperti ini?”


Mata Soh Hyun terasa panas. Hatinya bergejolak.


“Memang kenapa?!” teriak Soh Hyun tidak tertahankan. “Kau mau tertawa?! Ha?! Jadi itu tujuanmu kesini?! Kau__”


“Hentikan tingkahmu itu Soh Hyun” sela Soo Jung. “Apa yang harus kupermalukan dari dirimu? Untuk apa aku membuatmu malu?”


Soh Hyun memejamkan mata, berusaha mengatur nafas.


“Pulanglah, ini sudah terlalu malam” kata Soh Hyun datar, lalu beranjak berdiri.






“Soh Hyun-ahh” cegah Soo Jung “Sebenarnya tujuanku kesini karena ini”


Soh Hyun membalikkan badan, dilihatnya Soo Jung menjulurkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado warna biru cerah.


“Apa itu?” tanya Soh Hyun heran.


“Untukmu” jawab Soo Jung membuat tubuh Soh Hyun kaku.


Soo Jung tersenyum, lalu ditariknya tangan So Hyun. “Ini” katanya sambil menaruh kado kecil itu ke tangan Soh Hyun.


“Kau__”


“Aku pamit pulang. Daa, sampai jumpa besok!” seru Soo Jung ceria.






Soo Hyun menatap kosong ke kado kecil yang ada digenggamannya. Tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu perasaan yang menyelimuti hatinya. Sebuah kehangatan. Kehangatan yang ia rindukan sejak lama. Dan, Ia telah mendapatkan perasaan itu dari sosok yang telah lama dibencinya karena hal ke-irian. Apakah ini masuk diakal? Ataukah ini tipuan?






“SOH HYUUN-ah!!” Soh Hyun tersentak kaget ketika Soo Jung meneriakkan namanya dari jauh. “HAAAPPPY BIRTHHDAY!!!” teriak Soo Jung dan bergaya ‘fighting’ dengan payungnya.






Tanpa sadar, Soh Hyun tersenyum. Dipandangnya kado itu sekilas. Ketika ia ingin meneriakan kata ‘terimakasih’ untuk Soo Jung, didapatinya gang itu sudah sepi. Soh Hyun menghela nafas pelan, dan memutuskan masuk ke dalam rumah.






Begitu Soh Hyun masuk ke kamar, di nyalakannya lampu belajarnya. Ia terdiam sebentar, terlihat mengamati kado kecil pemberian Soo Jung. Didetik berikutnya, dibukanya kado itu perlahan.






“Beruang?” gumam Soh Hyun begitu dilihatnya bahwa isi kado tersebut adalah sebuah beruang coklat kecil berbaju perempuan. Sepucuk kertas di dalam kotak, menarik perhatiannya.






Tekan perut beruangnya ^^






Soh Hyun melakukan apa yang tertulis di kertas itu.






“Hai Soh Hyun” sebuah suara keluar dari boneka kecil itu.






“Soo Jung?” kaget Soh Hyun begitu menyadari milik siapa suara itu.






“Selamat ulang tahun! Mungkin ini terlalu sederhana, tapi ku harap kau menyukainya”


“Happy Birthday Soh Hyun!!” kata suara lain.






Mata Soh Hyun berair.






“Makin pintar yah! Ha ha ” suaranya berganti lagi.


“Happy Birthday to you, happy birthday to you…”


“Soh Hyun fighting!”


“Ku doakan umurmu panjang! Ok?!”


“Aku yakin kau pasti akan bertambah tinggi ^^ ke..ke…”






Kini air mata Soh Hyun mengalir deras. Ia kenal suara-suara itu. Suara teman-temannya sekelas.






Tapi ulang tahunku masih besok, kau terlalu cepat.


Awalnya Soh Hyun berpikir demikian, tapi ketika ia menengok kearah jam belajarnya. Ia terkesima. Suatu hal yang benar-benar tidak mampu ia ekspresikan.






Jam itu menunjukkan pukul dua belas lewat 10 menit. Itu berarti, sekarang memang ulang tahunnya, tepatnya dimulai dari 10 menit yang lalu.


“Bagaimana bisa kau melakukannya, Soo Jung?” pikir Soh Hyun benar-benar tidak percaya.






***






Soh Hyun menelusuri lorong sekolahnya. Berbeda dengan pagi-pagi yang biasanya. Pagi ini, senyumnya merekah. Langkah kakinyapun terlihat lebih mantap. Mungkin karena peristiwa tadi malam. Yang jelas, sesuatu telah berubah dangan hatinya.






Soh Hyun menekan ganggang pintu kelasnya, dan begitu dia buka…






“HAPPY BIRTHDAY!”






Soh Hyun terpaku melihat teman-temannya tersenyum kepadanya. Ini pertama kali, ada yang mengingat tanggal ulang tahunnya_selain Ibunya, ayahnya dan… Soo Jung.






“Soh Hyun” ujar Yoo Jin sambil membawa kue kecil dengan lilin diatasnya. “Sekarang, tiuplah”






Soh Hyun menatap teman-temannya. Ia memejamkan mata dan membuat permintaan.






“Semoga, kami semua bisa bahagia” segera ditiupnya lilin dan tertawa bersama semuanya. Ia merasakan sebuah perasaan yang tak bisa terlukiskan oleh kata-kata.






“Hal yang paling menyenangkan didunia ini adalah ketika kita melakukan apa yang kita suka bersama orang-orang yang kita sayangi.”






“Kau benar Soo Jung, aku memang salah menilaimu” gumam Soh Hyun penuh makna. Ini adalah kebahagiaan pertama yang dia rasakan setelah ayahnya meninggal. Memori yang akan selalu ia rekam dalam otaknya baik-baik.


Soh Hyun memperhatikan seluruh kelas. Sadar, ia sadar akan sesuatu yang kurang. Kehadiran yang lain. Sosok lain.






“Daa, sampai jumpa besok!”






“Kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi?” pikir Soh Hyun. “Dimana Soo Jung?” tanyanya.


“Entah, terakhir kali dia menelpon kami tadi malam tentang ultahmu. Mungkin tidak masuk” ujar Yoo Jin.


Mata Soh Hyun terbelalak.


“Jadi dia yang merencanaan ini semua?” tanyanya lagi. Yang lain mengangguk heran melihat wajah Soh Hyun.


“Soo Jung-ssi” kata Soh Hyun dalam hati “Siapa kau ini sebenarnya? Kenapa kau mampu membuat hidupku menjadi hangat seperti ini?”






BERSAMBUNG










aka aka aka aka






Gimana? XD. Maaf nih Ki Bum belom muncul..


Dan akan muncul di chap selanjutnya


he


dan adegan dgn Min Honya dikit...


Gw pgnnya biar isi cerita ini berbobot dikit..


ga hanya msalah cinta


;)














TEASER CHAP SELANJUTNYA






Min Ho berjalan lebih cepat, bahkan setengah berlari.






“Choi Min Ho, kali ini kau beruntung” gumam Bu Kim keras, terlihat kalau dia memang sengaja. “Kalau dia tidak mengundurkan diri, aku mungkin tidak mencalonkanmu”






“Mungkinkah?” gumam Min Ho dan membuka pintu ruang musik didepannya.


------------------------------------------






“Ki Bum Oppa! Lihat siapa yang datang!” Min Ho menoleh, semua pikirannya buyar.


Laki-laki yang sedang membersihkan meja nomor 6 memutar kepalanya 90 derajat.


“Kau, selamat datang ” kata Ki Bum terlihat bahagia dan dengan santainya langsung memeluk Soo Jung dihadapan Min Ho persis.


Min Ho menunduk perutnya sedikit mual melihat kedekatan Ki Bum dengan Soo Jung. Hingga sesaat Ia merasa kenal dengan laki-laki yang Ji Young panggil 'Ki Bum oppa' ini. Wajahnya seperti___. Min Ho menatap Ki Bum lagi. Bukankah ia sosok yang ada di pigura foto tadi? Apakah laki-laki ini, kekasih Soo Jung?


-------------------------------------------












0 comment(s) to... “FF [ON WRITING] 15+ HAPPY ENDING”

0 komentar: