NO SILENT READER YANG SILENT SAYA DOAKAN GAK SELAMAT DUNIA AKHERAT!!
fanfiction
Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : Jung Soo Jung, Oh Sehun, Kim Jong In
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,
***CHAPTER 1***
Mereka ada di sekitar kita…
Tidak bersembunyi…
Namun tidak tampak…
Dan ketika mereka menampakkan diri…
Bukan untuk menakuti…
Tapi untuk membuktikan…
Bahwa kematian itu ada…
Aku pernah mendengar cerita seram. Menonton film horror ataupun melihat orang kerasukan. Seram memang. Tapi kau tak akan merasa itu seseram saat kau tak percaya akan apa yang kau lihat sendiri.
Saat penglihatanmu berubah aneh. Dan kau bisa melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat. Melihat apa yang seharusnya kau yakin tidak ada. Mendengar mereka tertawa dan menangis sendirian. Dan merasa dirimu gila karena hanya kau yang bisa melihatnya. Itulah yang terjadi padaku. Penglihatanku tiba-tiba terasa seakan tidak normal.
Semua ini bermula ketika umurku 16 tahun. Tepat di hari Ulang Tahunku yang ke 16. Aku terjatuh dari tangga. Kepalaku terbentur keras dan aku tidak sadarkan diri. Ibuku bercerita, bahwa dokter bilang aku sudah meninggal. Entah kau mau percaya atau tidak. Aku benar-benar sudah meninggal. Ketika dua jam berlalu dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku. Memandang ke sekelilingku dan tiba-tiba aku disambut pelukan ibu dan ayahku. Tanpa seingatku aku sudah menjalani apa yang sering dikatakan orang, yaitu mati suri. Semuanya baik-baik saja, hanya benturan kepalaku yang masih terasa nyeri saat itu.
Tapi perbedaan itu datang sehari sesudah aku tertidur pulas. Aku terbangun. Dan ketika aku membuka mata… aku menatap satu dunia lain. Aku berharap ini mimpi. Tentu saja itu yang akan diharapkan semua orang saat mreka menghadapi ini. Tapi aku, sekalipun menganggapnya mimpi, ini tetap nyata. Untuk pertama kalinya dalam hidupku tanpa aku kehendaki. Sehari setelah umurku enam belas tahun semenjak itu. Aku, bisa melihat hantu yang berada disekitarku.
Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Walau aku tidak meminta penglihatan ini. Namun ketika Tuhan memberikan aku keajaiban itu. Aku hanya bisa terdiam. Melihat apa yang bisa aku lihat. Dan kalaupun aku menangis, aku akan menangisi mereka. Yang terlihat menyedihkan dan diambang antara ‘ada dan tiada’, ‘tenang dan tidak tenang’, ‘di dunia atau di neraka’. Sementara manusia masih asyik dengan cara hidup mereka yang berfoya-foya.
Diatas semua itu, mreka tidak sendiri. Tanpa sepengetahuan kita, sesungguhnya, kita sedang diawasi.
Dan kini, keberadaan mereka adalah bukti bahwa,
kematian itu ada….
***
“Anyeonghasseyo. Perkenalkan aku Oh Sehun, pindahan dari Jepang” Sehun membungkuk memperkenalkan diri se-sopan mungkin. “Salam Kenal” tambahnya dengan ramah.
Sehun, seorang pemuda yang cukup jangkung. Dengan eye smilenya yang terlihat charming. Ia memang orang Korea, tapi waktu SMP dulu, ia tinggal di Jepang karena ayahnya punya pekerjaan disana. Namun ia sudah kembali ke kampung halamannya. Grogi memang, menghadapi remaja-remaja Korea yang pastinya berbeda dengan remaja-remaja Jepang pada umumnya. Entah apa ia bisa beradaptasi atau tidak. Karena tujuannya sekarang adalah mencari teman.
“Baiklah Sehun, kau duduk di sebelah Jong In di sana” kata Pak Lee Mong Hae tenang sambil menunjuk bangku kosong paling belakang di samping siswa yang sedari tadi sibuk membaca sesuatu. Namun mendengar namanya dipanggil, ia mendongak dan mengambil tas yang dari tadi berada di atas bangku kosong disebelahnya.
Sehun membungkuk pelan dan mendekati bangku yang ditunjuk. Ia duduk di sebelah Laki-laki berparas dingin, namun tampan. Benar dia ingat namanya Jong In
“Salam kenal, Sehun imnida”
Laki-laki bernama Kim Jong In itu hanya terdiam, terlihat tak peduli dengan apa yang Sehun lakukan. Sehun menelan ludah gusar. Kemudian ia melihat keseluruh ruangan.
Di deretan paling depan terlihat dari gayanya, mereka anak-anak pintar yang serius memperhatikan pelajaran. Sedangkan dideretan paling pojok, kumpulan murid laki-laki yang bertampang mengantuk. Dan dibelakangnya, beberapa murid-murid cewek sedang asik dengan handphonenya.
“Kau akan terbiasa dengan suasananya” ucap Jongin mengagetkan Sehun yang sedang memperhatikan seisi kelas.
Ia mengangguk kemudian memperhatikan white board di depan kelas. Tapi, perhatiannya beralih. Di dekat jendela dideretan tengah. Siswi berambut panjang itu duduk sendiri didekat jendela. Ia terus menatap White Board di depan. Bukan menyimak ataupun melamun. Pandangannya dingin dan kosong seperti mayat hidup. Tangannya terlipat rapi di atas meja. Ia tidak menulis catatan yang di tulis guru di depan. Seperti boneka tanpa nyawa yang hanya dikendalikan remot.
“Jangan hiraukan dia” Sehun memandang Jongin tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Kata Jongin tidak memandang Sehun sama sekali. “Namanya Soo Jung, Jung Soo Jung. Nama yang indah, sayang tidak sesuai dengan sifatnya yang pendiam itu. Kami semua memanggilnya 'anak aneh'. Dia selalu mengatakan apa yang tidak kami mengerti sama sekali, dan ekspresinya selalu datar seperti itu”
“Karena itu dia duduk sendiri?”
Jongin menyunggingkan senyum singkat yang terlihat seperti menggampangkan ucapan Sehun. “Dia yang menolak kami duduk bersamanya, dari awal kami satu kelas dengannya, ia sudah ingin duduk sendiri.”
“Kenapa?”
“Entahlah, Tapi...” ucap Jongin lebih singkat.
“Tapi kenapa?” Tanya Sehun ingin tau. Jongin nampak terdiam cukup lama. Menunduk sebentar dan menoleh ke white board lagi.
“Dia pernah berkata tentang bangku yang kau duduki ini. Dia bilang, seseorang telah mendudukinya.” jelas Jongin dingin. Seakan yang ia ucapkan adalah topik rendahan bagai sampah.
Sehun kembali menelan ludah.
“A-a-apa maksudnya? Mana mungkin bangku kosong sudah ada yang menduduki?”
Namun Jongin tetap terdiam dengan aksennya yang dingin itu. Di sampingnya, Sehun sedang memperhatikan bukunya, namun pikirannya melayang, mencoba untuk mencerna perkataan Jongin.
Sekali lagi Sehun menggerakkan kepalanya. Ia menengadah pelan, kemudian perlahan ia memandang Soo Jung. Namun betapa terkejutnya ia mendapati siswi itu sedang memandangnya tajam. Pandangan yang mampu membuat orang langsung menggigil. Pandangan yang menakutkan. Pandangan yang mematikan. Sehun langsung menunduk berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Tangannya gemetar, entah takut atau kaget. Tapi ia berusaha untuk tidak memandang Soo Jung lagi. Ia mulai sedikit takut dengan siswi itu. Pandangan Soo Jung tadi seakan berbicara bahwa, ia sebentar lagi akan mati.
***
Suara Bel akhir jam pelajaran berdenting. Anak-anak mulai ramai memenuhi lorong dan lapangan sekolah.
“Soo Jung-sshi!!!”
Gadis dengan rambut panjangnya yang terurai itu, ia berhenti berjalan kemudian menengok ke asal suara. Sehun berlari menghampirinya dengan cepat dan terengah-engah.
“Soo Jung-sshi, perkenalkan aku Sehun,” berusaha berpikir apa yang di ucapkannya penting atau tidak bagi gadis itu “Aku pindahan dari Jepang. Kita, ki-ta sekelas.”
Soo Jung tidak memandang ataupun berbicara kepadanya. Ia memandang ke arah lain dengan dingin.
“Tolong jangan marah ke padaku terlebih dahulu, aku hanya ingin bertanya”
Sehun terdiam, memandang Soo Jung yang tidak berkutik. Selang beberapa saat, tatapan Soo Jung tetap tidak berubah.
“Apa..” ucap Sehun pelan. “Apa maksud pandanganmu tadi?”
Soo Jung menatap Sehun. Tatapannya ketus dan penuh ancaman.
“Kau tak mau sialkan?” katanya dengan nada yang sangat tenang, tenang yang membunuh.
“A-a-aku tidak mengerti maksudmu” kata Sehun agak tegas.
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.” Kata Soojung penuh arti dan tidak melepas pandangannya dari Sehun yang lebih jangkung darinya.
“Kenapa aku harus pindah memang ada apa dengan bangku itu?” Sehun berusaha menatap mata Soo Jung walaupun ia merasa getir setiap kali memandang matanya yang begitu tajam.
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!” Soo Jung berbalik, kemudian berjalan kembali keluar pintu gerbang.
Sehun terdiam. Ia tidak punya keberanian untuk memanggil Soo Jung untuk kembali. Ia masih terpaku di tempatnya, mengingat perkataan Soo Jung tadi.
“Kau tak mau sialkan?”
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.”
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!!”
Sehun mengacak-ngacak rambutnya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri, ‘ini hanya khayalan’.
TO BE CONTINUED….
Well ini FF jaman SMP. Jadi bahasanya begitu. Keliatan banget haha KELIATAN ALAYNYA/plak. Thx. NO SILENT READER ^^
nb: maaf itu covernya ancur bgt.. malah ga ada horrornya.. ahh sudahlah -___-
(ONWRITTING) DAYDREAM (Krystal-Kai-Sehun) Prolog https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-prolog/558189610884538 chapter 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-chapter-1/558521944184638 chapter 2 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-2/405880582851605 chapter 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-3/408241989282131
chapter 4 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-4/415998541839809
fanfiction
Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : Jung Soo Jung, Oh Sehun, Kim Jong In
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,
***CHAPTER 1***
Mereka ada di sekitar kita…
Tidak bersembunyi…
Namun tidak tampak…
Dan ketika mereka menampakkan diri…
Bukan untuk menakuti…
Tapi untuk membuktikan…
Bahwa kematian itu ada…
Aku pernah mendengar cerita seram. Menonton film horror ataupun melihat orang kerasukan. Seram memang. Tapi kau tak akan merasa itu seseram saat kau tak percaya akan apa yang kau lihat sendiri.
Saat penglihatanmu berubah aneh. Dan kau bisa melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat. Melihat apa yang seharusnya kau yakin tidak ada. Mendengar mereka tertawa dan menangis sendirian. Dan merasa dirimu gila karena hanya kau yang bisa melihatnya. Itulah yang terjadi padaku. Penglihatanku tiba-tiba terasa seakan tidak normal.
Semua ini bermula ketika umurku 16 tahun. Tepat di hari Ulang Tahunku yang ke 16. Aku terjatuh dari tangga. Kepalaku terbentur keras dan aku tidak sadarkan diri. Ibuku bercerita, bahwa dokter bilang aku sudah meninggal. Entah kau mau percaya atau tidak. Aku benar-benar sudah meninggal. Ketika dua jam berlalu dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku membuka mataku. Memandang ke sekelilingku dan tiba-tiba aku disambut pelukan ibu dan ayahku. Tanpa seingatku aku sudah menjalani apa yang sering dikatakan orang, yaitu mati suri. Semuanya baik-baik saja, hanya benturan kepalaku yang masih terasa nyeri saat itu.
Tapi perbedaan itu datang sehari sesudah aku tertidur pulas. Aku terbangun. Dan ketika aku membuka mata… aku menatap satu dunia lain. Aku berharap ini mimpi. Tentu saja itu yang akan diharapkan semua orang saat mreka menghadapi ini. Tapi aku, sekalipun menganggapnya mimpi, ini tetap nyata. Untuk pertama kalinya dalam hidupku tanpa aku kehendaki. Sehari setelah umurku enam belas tahun semenjak itu. Aku, bisa melihat hantu yang berada disekitarku.
Aku tidak berteriak. Aku tidak menangis. Walau aku tidak meminta penglihatan ini. Namun ketika Tuhan memberikan aku keajaiban itu. Aku hanya bisa terdiam. Melihat apa yang bisa aku lihat. Dan kalaupun aku menangis, aku akan menangisi mereka. Yang terlihat menyedihkan dan diambang antara ‘ada dan tiada’, ‘tenang dan tidak tenang’, ‘di dunia atau di neraka’. Sementara manusia masih asyik dengan cara hidup mereka yang berfoya-foya.
Diatas semua itu, mreka tidak sendiri. Tanpa sepengetahuan kita, sesungguhnya, kita sedang diawasi.
Dan kini, keberadaan mereka adalah bukti bahwa,
kematian itu ada….
***
“Anyeonghasseyo. Perkenalkan aku Oh Sehun, pindahan dari Jepang” Sehun membungkuk memperkenalkan diri se-sopan mungkin. “Salam Kenal” tambahnya dengan ramah.
Sehun, seorang pemuda yang cukup jangkung. Dengan eye smilenya yang terlihat charming. Ia memang orang Korea, tapi waktu SMP dulu, ia tinggal di Jepang karena ayahnya punya pekerjaan disana. Namun ia sudah kembali ke kampung halamannya. Grogi memang, menghadapi remaja-remaja Korea yang pastinya berbeda dengan remaja-remaja Jepang pada umumnya. Entah apa ia bisa beradaptasi atau tidak. Karena tujuannya sekarang adalah mencari teman.
“Baiklah Sehun, kau duduk di sebelah Jong In di sana” kata Pak Lee Mong Hae tenang sambil menunjuk bangku kosong paling belakang di samping siswa yang sedari tadi sibuk membaca sesuatu. Namun mendengar namanya dipanggil, ia mendongak dan mengambil tas yang dari tadi berada di atas bangku kosong disebelahnya.
Sehun membungkuk pelan dan mendekati bangku yang ditunjuk. Ia duduk di sebelah Laki-laki berparas dingin, namun tampan. Benar dia ingat namanya Jong In
“Salam kenal, Sehun imnida”
Laki-laki bernama Kim Jong In itu hanya terdiam, terlihat tak peduli dengan apa yang Sehun lakukan. Sehun menelan ludah gusar. Kemudian ia melihat keseluruh ruangan.
Di deretan paling depan terlihat dari gayanya, mereka anak-anak pintar yang serius memperhatikan pelajaran. Sedangkan dideretan paling pojok, kumpulan murid laki-laki yang bertampang mengantuk. Dan dibelakangnya, beberapa murid-murid cewek sedang asik dengan handphonenya.
“Kau akan terbiasa dengan suasananya” ucap Jongin mengagetkan Sehun yang sedang memperhatikan seisi kelas.
Ia mengangguk kemudian memperhatikan white board di depan kelas. Tapi, perhatiannya beralih. Di dekat jendela dideretan tengah. Siswi berambut panjang itu duduk sendiri didekat jendela. Ia terus menatap White Board di depan. Bukan menyimak ataupun melamun. Pandangannya dingin dan kosong seperti mayat hidup. Tangannya terlipat rapi di atas meja. Ia tidak menulis catatan yang di tulis guru di depan. Seperti boneka tanpa nyawa yang hanya dikendalikan remot.
“Jangan hiraukan dia” Sehun memandang Jongin tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Kata Jongin tidak memandang Sehun sama sekali. “Namanya Soo Jung, Jung Soo Jung. Nama yang indah, sayang tidak sesuai dengan sifatnya yang pendiam itu. Kami semua memanggilnya 'anak aneh'. Dia selalu mengatakan apa yang tidak kami mengerti sama sekali, dan ekspresinya selalu datar seperti itu”
“Karena itu dia duduk sendiri?”
Jongin menyunggingkan senyum singkat yang terlihat seperti menggampangkan ucapan Sehun. “Dia yang menolak kami duduk bersamanya, dari awal kami satu kelas dengannya, ia sudah ingin duduk sendiri.”
“Kenapa?”
“Entahlah, Tapi...” ucap Jongin lebih singkat.
“Tapi kenapa?” Tanya Sehun ingin tau. Jongin nampak terdiam cukup lama. Menunduk sebentar dan menoleh ke white board lagi.
“Dia pernah berkata tentang bangku yang kau duduki ini. Dia bilang, seseorang telah mendudukinya.” jelas Jongin dingin. Seakan yang ia ucapkan adalah topik rendahan bagai sampah.
Sehun kembali menelan ludah.
“A-a-apa maksudnya? Mana mungkin bangku kosong sudah ada yang menduduki?”
Namun Jongin tetap terdiam dengan aksennya yang dingin itu. Di sampingnya, Sehun sedang memperhatikan bukunya, namun pikirannya melayang, mencoba untuk mencerna perkataan Jongin.
Sekali lagi Sehun menggerakkan kepalanya. Ia menengadah pelan, kemudian perlahan ia memandang Soo Jung. Namun betapa terkejutnya ia mendapati siswi itu sedang memandangnya tajam. Pandangan yang mampu membuat orang langsung menggigil. Pandangan yang menakutkan. Pandangan yang mematikan. Sehun langsung menunduk berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Tangannya gemetar, entah takut atau kaget. Tapi ia berusaha untuk tidak memandang Soo Jung lagi. Ia mulai sedikit takut dengan siswi itu. Pandangan Soo Jung tadi seakan berbicara bahwa, ia sebentar lagi akan mati.
***
Suara Bel akhir jam pelajaran berdenting. Anak-anak mulai ramai memenuhi lorong dan lapangan sekolah.
“Soo Jung-sshi!!!”
Gadis dengan rambut panjangnya yang terurai itu, ia berhenti berjalan kemudian menengok ke asal suara. Sehun berlari menghampirinya dengan cepat dan terengah-engah.
“Soo Jung-sshi, perkenalkan aku Sehun,” berusaha berpikir apa yang di ucapkannya penting atau tidak bagi gadis itu “Aku pindahan dari Jepang. Kita, ki-ta sekelas.”
Soo Jung tidak memandang ataupun berbicara kepadanya. Ia memandang ke arah lain dengan dingin.
“Tolong jangan marah ke padaku terlebih dahulu, aku hanya ingin bertanya”
Sehun terdiam, memandang Soo Jung yang tidak berkutik. Selang beberapa saat, tatapan Soo Jung tetap tidak berubah.
“Apa..” ucap Sehun pelan. “Apa maksud pandanganmu tadi?”
Soo Jung menatap Sehun. Tatapannya ketus dan penuh ancaman.
“Kau tak mau sialkan?” katanya dengan nada yang sangat tenang, tenang yang membunuh.
“A-a-aku tidak mengerti maksudmu” kata Sehun agak tegas.
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.” Kata Soojung penuh arti dan tidak melepas pandangannya dari Sehun yang lebih jangkung darinya.
“Kenapa aku harus pindah memang ada apa dengan bangku itu?” Sehun berusaha menatap mata Soo Jung walaupun ia merasa getir setiap kali memandang matanya yang begitu tajam.
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!” Soo Jung berbalik, kemudian berjalan kembali keluar pintu gerbang.
Sehun terdiam. Ia tidak punya keberanian untuk memanggil Soo Jung untuk kembali. Ia masih terpaku di tempatnya, mengingat perkataan Soo Jung tadi.
“Kau tak mau sialkan?”
“Pindah dari sana, pindah dari bangku itu.”
“Yang jelas aku sudah memperingatkanmu!!”
Sehun mengacak-ngacak rambutnya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri, ‘ini hanya khayalan’.
TO BE CONTINUED….
Well ini FF jaman SMP. Jadi bahasanya begitu. Keliatan banget haha KELIATAN ALAYNYA/plak. Thx. NO SILENT READER ^^
nb: maaf itu covernya ancur bgt.. malah ga ada horrornya.. ahh sudahlah -___-
(ONWRITTING) DAYDREAM (Krystal-Kai-Sehun) Prolog https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-prolog/558189610884538 chapter 1 https://www.facebook.com/notes/dewi-oktaviani/daydream-chapter-1/558521944184638 chapter 2 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-2/405880582851605 chapter 3 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-3/408241989282131
chapter 4 https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/daydream-chapter-4/415998541839809
0 comment(s) to... “DAYDREAM - Chapter 1”
0 komentar:
Posting Komentar