Title: LOVE 1000 YEARS PART 1
Cast: Jung SOO JUNG, Byun Baekhyun, Kim Jong In
ROMANCE, FRIENDSHIP, KOREAN KINGDOM BACKGROUND
Seorang gadis kecil terlihat menunduk. Ia mengenakan hanbok, perpaduan warna putih dari jeogori[1] dan chima[2] yang berwarna merah muda keunguan. Rambut panjang gadis itu bergaya daenggi meori[3].
Dia tersenyum sangat cantik dan mengulurkan tangannya ke pada seorang
bocah yang berpakaian lusuh. Bocah itu menunduk. Ia terlihat tak percaya
ketika melihat tangan bersih itu terarah ke depan wajahnya.
*[1] jeogori: atasan
*[2] chima: rok bawahan
*[3] gaya rambut dikelabang ala bangsawan kala itu.
“Lain kali hati-hati Baekhyun-ah” bocah itu terdiam, tidak berani memandang gadis itu. Bahkan ia merasa terlalu hina untuk meraih tangann gadis itu. Tangan terbersih yang pernah dilihatnya.
“Maaf nona, hamba tidak berani hamba hanya seorang budak”
“Kau temanku.” Kata gadis kecil itu. “Aku tidak terlalu menyukai kata budak” katanya dan tersenyum. Senyum yang elok, bagai permata yang berpijar setelah diasah. “Tak apa raihlah tanganku untuk kali ini saja. Hanya ada kita berdua disini.”
Bocah kecil bernama Baekhyun itu menengok. Melihat keadaan disekelilingnya. Sebuah tanah lapang perkarangan rumah adat bangsawan korea yang terlihat lenggang. Bahkan burungpun tidak terdengar berkicau disana.
Baekhyun kecil menelan ludah. Dengan ragu, disentuhnya tangan tuannya itu. Tangan tuannnya begitu hangat dan lembut.
“Selamat datang dirumah kami, Baekhyun-ah.” Kata gadis kecil itu dan membuat Baekhyun terkesiap. Baekhyun tersenyum kecil. Alangkah sungguh beruntungnya ia telah mendapat seorang majikan yang merupakan jelmaan dewi. Begitu cantik, ramah dan baik hati.
***
Langit malam ini nampak bersih, bertabur bintang yang tertoreh bagai permadani. Sang Dewi Malam yang tengah menggantung tenang disana, kini bersinar penuh. Awan hitam bergumpal disekitarnya terlihat berwarna keunguan. Dibumi, angin berhembus lemah, mengalirkan nada yang terdengar dari suara hewan malam. Mereka berirama dan bersahut-sahutan seakan memuja sang dewi malam yang tengah tersenyum lembut di atas sana.
Angin berhembus begitu memikat. Alurnya lambat, memberi kesan lembut yang menyenangkan. Di sana, di sebuah pohon tua, dengan dahan kokohnya yang tumbuh menyamping. Seorang laki-laki muda, nampak memperlihatkan postur tubuhnya yang begitu nyaman bertengger, sementara kepalanya menengadah ke angkasa. Matanya yang sipit itu tampak terpesona menatap benda angkasa yang bundar bulat terang disana. Hingga kemudian, suara manis terdengar membuat para binatang malampun terdiam.
“How many friends do I have? Count them:
Pemuda itu mengalunkan suara yang merdu dari mulutnya. Jakunnya bergerak, seiring ia mengatur melodi yang akan keluar dari pita suaranya.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
How happy I am
When I welcome my five friends!
Sang dewi meredup sesaat, nampaknya ia terpesona dengan suara alunan lembut yang terdengar lirih dan menenangkan. Kumpulan bambu-pun berkerik terbuai angin malam. Mereka terdengar seperti instrument alam yang mengiringi lagu pemuda itu.
What else do I need
When I have five friends?
“Baekhyun-ah” Pemuda bernama Baekhyun itu menunduk cukup kaget. Ia mengubah posisinya yang duduk tidak sopan. Dilihatnya dibawah sana, seorang gadis dengan hanbok merah jambunya tersenyum begitu manis.
Baekhyun segera turun dari tempat nyamannya. Dengan gesit, kakinyamenginjak tanah. Matanyayang sipit itu, kini melebar. Dia melihat gadis itu dengan panik.
“Nona Soo Jung?” katanya tampak khawatir. Dilihatnya keseluruh jalan setapak. Pandanganya tertuju pada sebuah rumah beratap tradisional dengan halaman yang luas. Rumah itu adalah rumah majikannya. Cahaya obor masih menyala dari sana, pertanda tidak terjadi hal yang buruk pada keluarga majikannya.
“Jadi, selama ini kau yang bernyanyi tiap malam?” kata gadis itu penuh selidik. Baekhyun menunduk takut. Apa yang harus dikatakannya?
“Maafkan hamba nona. Hamba sangat lancang. Hamba telah mengganggu tidur nona” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar bergetar. “Hamba benar-benar tidak berguna” katanya tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pemuda itu menunduk memandang kakinya sendiri. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki. Benar-benar tidak sopan.
“Sijo[4] oleh Yoon Sundo dan Hwang Jhini. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” ucap Soo Jung tampak penasaran.
*[4] Lirik puisi, lirik lagu yang cukup terkenal di masa bangsawan kala itu.
Baekhyun menelan ludah. Soo Jung telah mengajarkannya baca tulis dari lama. Namun bagaimana ia dapat menjelaskan kelancangannya?
“Maafkan hamba nona” Baekhyun tiba-tiba terpuruk. Ia berlutut ketakutan. Bahkan tak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam lututnya saat itu. “Hamba telah lancang membaca buku milik nona. “Hamba berhak dihukum karena begitu lancang.” Katanya lagi, kali ini ia berlutut begitu rendah, hingga dahinya menyentuh tanah.
Gadis cantik bermata indah itu tersenyum. Menahan tawanya sebisa mungkin. Namun pada akhirnya dia tertawa. Tawa kecil yang terdengar anggun dan lembut.
Baekhyun merasa ada yang aneh dengan pendengarannya. Ia masih berpikir, apakah benar yang ia dengar itu adalah suara tawa?
“Ma-maafkan hamba nona” kata Baekhyun sedikit ragu. Ia masih tak percaya, bukan nada marah, melainkan suara tawa yang terdengar sangat renyah kini justru diterimanya. Kenapa majikanya itu tertawa?
“Baekhyun-ah” Baekhyun tidak mengubah posisinya. Dahinya masih menyentuh tanah. Matanya masih terpejam. “Bangunlah” namun pemuda itu tetap tidah mengubah posisinya. Justru matanya terpejam lebih kuat.
Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang menerpa wajahnya. Ia mendekat ke arah Baekhyun. Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah. Namun gadis itu tak peduli. Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba. Dia benar-benar terbelalak. Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.
“Suaramu sangat bagus Baekhyun-ah” ujar gadis itu. Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. Suara yang mampu membuat jantung pemuda itu berdebar amat kencang mendentum iganya. “Aku hanya ingin berterimakasih.” Baekhyun menelan ludah ketika wangi bunga mawar menyeruak dihidungnya. Wangi khas dari majikannya. “Karena suara lembutmu aku bisa tidur dengan nyenyak disetiap malam.”
Baekhyun akhirnya bergerak. Ia memberanikan diri untuk mendongak. Sedikit saja, meskipun ia hanya bisa melihat dagu majikannya, itu tak masalah. Dagu yang putih dan runcing dapat dilihatnya dengan jelas. Tanpa diinginkannya mata pemuda itu meraih pemandangan lain, bibir indah berwarna merah muda bagai bunga mugunghwa yang tengah mekar, hidung yang mancung, dua mata yang indah dan jernih. Mata Baekhyun pun berhenti pada titik itu. Ia tak dapat berkutik melihat kedua mata Soo Jung. Kedua mata itu menghipnotisnya. Dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam.
Jantung Baekhyun berdetak begitu kuat. Darah di tubuhnya seakan mengalir lebih deras di setiap nadinya. Nafasnya melambat, seiring suara angin menderu kecil disekitar mereka.
“Mari kita bernyanyi bersama Baekhyun-ah” kata gadis itu dan tersenyum. Senyum yang berkelip indah dibawah sinar rembulan yang semakin benderang. “Aku ingin memiliki suara yang indah juga sepertimu”
***
Baekhyun tersenyum. Ini bukan malam pertama, melainkan sudah kesekian malam dia merasakan kebahagiaan yang melanda dadanya. Bibirnya tak berhenti untuk melebar, membentuk senyum yang begitu lepas. Di sampingnya seorang gadis cantik dengan jeogori berwarna putih dan chima berwarna merah yang melekat ditubuhnya.
Baekhyun amat sangat bersyukur, ia mendapatkan seorang majikan yag begitu baik. Bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang yang rendah. Namun sebagai kawan.
“How many friends do I have? Count them:
Gadis itu mengeluarkan suara merdunya. Baekhyun cukup tercengang mendengar suara majikannya itu. Suara dengan nada soprano yang yang unik dan khas.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
Kenapa tidak sedari dulu majikannya bernyanyi? Kenapa dimalam sebelumnya, nonanya itu hanya ingin mendengarnya bernyanyi? Padahal, suara Nonanya itu sungguh merdu. Bahkan Baekhyun begitu takjub dengan hal itu.
How happy I am
When I welcome my five friends!
“Suara apa itu? Seakan detak genderang mengaung begitu kencang?“ Baekhyun merasa ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang jelas salah.
What else do I need
When I have five friends?
Soo Jung menyelesaikan senandung lagu itu dengan pipi yang memerah terhias diwajahnya.
“Suaraku tak begitu bagus.” Katanya.
“Tidak, suara anda indah nona” ujar Baekhyun. Matanya tak mengerjab memandang majikannya itu. Cantik, bahkan bulan yang merona di langit malam sana tak dapat mengalahkan agungnya pesona gadis itu.
“Kenapa begini? Ini salah!”
Baekhyun tahu ini adalah dosa terbesar yang ia lakukan. Namun pemuda itu tak dapat mencegah perasaan itu datang dihatinya. Perasaan yang membuat isi perutnya seakan jungkir balik. Perasaan yang membuat jantungnya bergemuruh. Perasaan itu, hanya dapat ia simpan dalam kesendiriannya. Dan ia hanya dapat membukanya dalam mimpi.
“Terimakasih.” Ujar gadis itu. Soo Jung menengadah, memandang bulan yang kini sedikit redup karena tertutupi awan kelabu. “ Kelak, jika aku terlahir kembali. Aku berharap dapat bertemu dengan mu lagi Baekhyun-ah. Dan kau bisa bernyanyi untukku. Kemudian kita dapat bernyanyi bersama. ”
“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”
“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”
“Baekhyun-ah” kata Soo Jung. Kali ini suara gadis itu begitu lirih. Bahkan hampir seperti sebuah bisikan. “Menurutmu, bagaimana pangeran Kim Jong In?”
Baekhyun merasa kerongkongannya tersendat. Ia tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Majikannya adalah gadis yang cantik, setiap laki-laki ingin meminang Nonanya. Dan bahkan seorang pangeran di negrinya. Tampaknya semua ini terdengar begitu sakit. Pujaan hatinya akan menikah dengan laki-laki lain. Kenyataan pahit ini menusuk dada Baekhyun begitu kuat. Begitu kuatnya hingga Baekhyun tidak bisa tidur tiap malam untuk memikirkannya.
“Nona tidak boleh menolak sebuah perintah kerajaan, atau Ayahanda Nona akan di berhentikan dari kementrian kerajaan, dan keluarga nona akan diasingkan.” Baekhyun menutup matanya sesaat. Berharap dia dapat menahan gejolak amarah yang kini sedang bersarang di otaknya. Kenapa harus seperti ini?
“Aku tidak mencintainya” ujar gadis itu tanpa melepas pandangannya kepada sang Dewi malam. “Aku ingin menikah dengan cinta. Kenapa itu begitu sulit?”
Baekhyun hanya diam setelah itu. Tangannya mengepal, matanya terasa panas. Ini semua begitu sulit baginya. Ia merasa Dewa begitu tidak adil. Jika ini takdir, jika ini memang digariskan. Ia ingin tetap tertidur, memimpikan senyum wajah pujaan hatinya. Setelah itu, ia tak ingin terbangun.
“Nona,” katanya dan menatap sosok cantik yang ada disampingnya kini tanpa takut. Sementara angin sedang menggelitik telinganya seakan berusaha menghentikannya untuk berbicara. “Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini” Baekhyun menghela nafas sesaat dan akhirnya mengatakan kalimat berdosa itu.
“Hamba, mencintai Nona”
***
Kota Seoul bergemerlap. Lampu-lampu kota berpendar berbaur dengan lampu-lampu gedung pencakar langit. Bintang tak terlihat di angkasa. Bulan purnama pun terlihat bergetar melawan cahaya yang menebar dari kota itu.
Sebuah rumah-rumah khas bangsawan korea jaman dahulu terlihat indah dengan lampu sorot mungil yang menyorotinya. Sementara orang-orang hilir mudik diantara jalan setapak yang terkesan kuno. Jalan setapak itu dihiasi lampion-lampion warna-warni dan hiasan burung-burung kertas yang cantik.
Sebuah panggung yang tidak begitu besar, terhias dengan lampu panggung yang menarik tengah dikelilingi oleh orang-orang muda. Seorang pemuda berdiri diatas sana, bernyanyi dengan suara lembutnya. Matanya memandang ke angkasa. Bulan purnama terlihat indah di langit kini tampak meringkuk, seperti mencuri pandang pada pemuda itu.
Keramaian di sekitar pemuda itu mendadak hening. Ia terseyum kepada belasan mata yang memandangnya. Entah takjub karena mendengar suaranya, atau sekedar menikmati lagu yang ia senandungkan.
If you are standing at the end of
my life, if I can get closer to you
I can throw away everything
and run to you
Pemuda itu mencurahkan isi dari lagu itu pada setiap orang yang hadir. Sepasang kekasih yang tersenyum karena mendengar lagunya membuat pemuda itu bangga. Meski hanya sebatas senyum, atau sebatas melihat, pemuda itu sudah cukup bahagia karenanya. Hingga akhirnya, kedua bola mata pemuda itu kemudian berhenti. Bertemu dengan sepasang mata yang membuatnya tidak dapat berpaling.
Though I extend my hand,
Pemuda itu menelan ludah. Gadis itu terlihat cantik. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah malaikatnya yang tertimpa cahaya panggung begitu menawan. Bibirnya yang berwarna merah muda.
I extend it with all my strength,
I can’t reach you.
Senyum sederhanpun tercipta diantara kedua insan itu.
Takdir apa ini?
I guess I can never reach you
Jantung mereka berdebar dengan ritme yang sama.
Seakan ini bukan yang pertama kali mata mereka bertemu.
Seakan ada ikatan lain yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.
Seakan-akan, namun terasa begitu kuat. Begitu nyata.
TBC
Note: Maaf menunggu lama ^^ FF ini bakal ada dua chapter. Ini chapter pertama. FF bergenre jenis ini baru pertma kali bikin.
Susah bgt bikin plotnya.
Rasanya pas bikin ini pengen banget makan keyboard.
Udah belajar cari-cari tahu info di google, tapi tetp aja banyak yg keteteran.
Pengen nonjolin kesan vintage ya, tapi eh tapi Masih banyak diksi yang harus diperbaiki dan juga alur serta latar yg belum detail.
Mohon maaf kalo jelek dan gak memuaskan. aku agak sibuk akhir " ini
T_____________________________T
chapter 2 .. check this link! https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/love-1000-years-part-22/411312965641700
Cast: Jung SOO JUNG, Byun Baekhyun, Kim Jong In
ROMANCE, FRIENDSHIP, KOREAN KINGDOM BACKGROUND
*[1] jeogori: atasan
*[2] chima: rok bawahan
*[3] gaya rambut dikelabang ala bangsawan kala itu.
“Lain kali hati-hati Baekhyun-ah” bocah itu terdiam, tidak berani memandang gadis itu. Bahkan ia merasa terlalu hina untuk meraih tangann gadis itu. Tangan terbersih yang pernah dilihatnya.
“Maaf nona, hamba tidak berani hamba hanya seorang budak”
“Kau temanku.” Kata gadis kecil itu. “Aku tidak terlalu menyukai kata budak” katanya dan tersenyum. Senyum yang elok, bagai permata yang berpijar setelah diasah. “Tak apa raihlah tanganku untuk kali ini saja. Hanya ada kita berdua disini.”
Bocah kecil bernama Baekhyun itu menengok. Melihat keadaan disekelilingnya. Sebuah tanah lapang perkarangan rumah adat bangsawan korea yang terlihat lenggang. Bahkan burungpun tidak terdengar berkicau disana.
Baekhyun kecil menelan ludah. Dengan ragu, disentuhnya tangan tuannya itu. Tangan tuannnya begitu hangat dan lembut.
“Selamat datang dirumah kami, Baekhyun-ah.” Kata gadis kecil itu dan membuat Baekhyun terkesiap. Baekhyun tersenyum kecil. Alangkah sungguh beruntungnya ia telah mendapat seorang majikan yang merupakan jelmaan dewi. Begitu cantik, ramah dan baik hati.
***
Langit malam ini nampak bersih, bertabur bintang yang tertoreh bagai permadani. Sang Dewi Malam yang tengah menggantung tenang disana, kini bersinar penuh. Awan hitam bergumpal disekitarnya terlihat berwarna keunguan. Dibumi, angin berhembus lemah, mengalirkan nada yang terdengar dari suara hewan malam. Mereka berirama dan bersahut-sahutan seakan memuja sang dewi malam yang tengah tersenyum lembut di atas sana.
Angin berhembus begitu memikat. Alurnya lambat, memberi kesan lembut yang menyenangkan. Di sana, di sebuah pohon tua, dengan dahan kokohnya yang tumbuh menyamping. Seorang laki-laki muda, nampak memperlihatkan postur tubuhnya yang begitu nyaman bertengger, sementara kepalanya menengadah ke angkasa. Matanya yang sipit itu tampak terpesona menatap benda angkasa yang bundar bulat terang disana. Hingga kemudian, suara manis terdengar membuat para binatang malampun terdiam.
“How many friends do I have? Count them:
Pemuda itu mengalunkan suara yang merdu dari mulutnya. Jakunnya bergerak, seiring ia mengatur melodi yang akan keluar dari pita suaranya.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
How happy I am
When I welcome my five friends!
Sang dewi meredup sesaat, nampaknya ia terpesona dengan suara alunan lembut yang terdengar lirih dan menenangkan. Kumpulan bambu-pun berkerik terbuai angin malam. Mereka terdengar seperti instrument alam yang mengiringi lagu pemuda itu.
What else do I need
When I have five friends?
“Baekhyun-ah” Pemuda bernama Baekhyun itu menunduk cukup kaget. Ia mengubah posisinya yang duduk tidak sopan. Dilihatnya dibawah sana, seorang gadis dengan hanbok merah jambunya tersenyum begitu manis.
Baekhyun segera turun dari tempat nyamannya. Dengan gesit, kakinyamenginjak tanah. Matanyayang sipit itu, kini melebar. Dia melihat gadis itu dengan panik.
“Nona Soo Jung?” katanya tampak khawatir. Dilihatnya keseluruh jalan setapak. Pandanganya tertuju pada sebuah rumah beratap tradisional dengan halaman yang luas. Rumah itu adalah rumah majikannya. Cahaya obor masih menyala dari sana, pertanda tidak terjadi hal yang buruk pada keluarga majikannya.
“Jadi, selama ini kau yang bernyanyi tiap malam?” kata gadis itu penuh selidik. Baekhyun menunduk takut. Apa yang harus dikatakannya?
“Maafkan hamba nona. Hamba sangat lancang. Hamba telah mengganggu tidur nona” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar bergetar. “Hamba benar-benar tidak berguna” katanya tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pemuda itu menunduk memandang kakinya sendiri. Dia bahkan tidak menggunakan alas kaki. Benar-benar tidak sopan.
“Sijo[4] oleh Yoon Sundo dan Hwang Jhini. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?” ucap Soo Jung tampak penasaran.
*[4] Lirik puisi, lirik lagu yang cukup terkenal di masa bangsawan kala itu.
Baekhyun menelan ludah. Soo Jung telah mengajarkannya baca tulis dari lama. Namun bagaimana ia dapat menjelaskan kelancangannya?
“Maafkan hamba nona” Baekhyun tiba-tiba terpuruk. Ia berlutut ketakutan. Bahkan tak dipedulikannya rasa sakit yang menghantam lututnya saat itu. “Hamba telah lancang membaca buku milik nona. “Hamba berhak dihukum karena begitu lancang.” Katanya lagi, kali ini ia berlutut begitu rendah, hingga dahinya menyentuh tanah.
Gadis cantik bermata indah itu tersenyum. Menahan tawanya sebisa mungkin. Namun pada akhirnya dia tertawa. Tawa kecil yang terdengar anggun dan lembut.
Baekhyun merasa ada yang aneh dengan pendengarannya. Ia masih berpikir, apakah benar yang ia dengar itu adalah suara tawa?
“Ma-maafkan hamba nona” kata Baekhyun sedikit ragu. Ia masih tak percaya, bukan nada marah, melainkan suara tawa yang terdengar sangat renyah kini justru diterimanya. Kenapa majikanya itu tertawa?
“Baekhyun-ah” Baekhyun tidak mengubah posisinya. Dahinya masih menyentuh tanah. Matanya masih terpejam. “Bangunlah” namun pemuda itu tetap tidah mengubah posisinya. Justru matanya terpejam lebih kuat.
Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang menerpa wajahnya. Ia mendekat ke arah Baekhyun. Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah. Namun gadis itu tak peduli. Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba. Dia benar-benar terbelalak. Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.
“Suaramu sangat bagus Baekhyun-ah” ujar gadis itu. Suara itu terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. Suara yang mampu membuat jantung pemuda itu berdebar amat kencang mendentum iganya. “Aku hanya ingin berterimakasih.” Baekhyun menelan ludah ketika wangi bunga mawar menyeruak dihidungnya. Wangi khas dari majikannya. “Karena suara lembutmu aku bisa tidur dengan nyenyak disetiap malam.”
Baekhyun akhirnya bergerak. Ia memberanikan diri untuk mendongak. Sedikit saja, meskipun ia hanya bisa melihat dagu majikannya, itu tak masalah. Dagu yang putih dan runcing dapat dilihatnya dengan jelas. Tanpa diinginkannya mata pemuda itu meraih pemandangan lain, bibir indah berwarna merah muda bagai bunga mugunghwa yang tengah mekar, hidung yang mancung, dua mata yang indah dan jernih. Mata Baekhyun pun berhenti pada titik itu. Ia tak dapat berkutik melihat kedua mata Soo Jung. Kedua mata itu menghipnotisnya. Dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam.
Jantung Baekhyun berdetak begitu kuat. Darah di tubuhnya seakan mengalir lebih deras di setiap nadinya. Nafasnya melambat, seiring suara angin menderu kecil disekitar mereka.
“Mari kita bernyanyi bersama Baekhyun-ah” kata gadis itu dan tersenyum. Senyum yang berkelip indah dibawah sinar rembulan yang semakin benderang. “Aku ingin memiliki suara yang indah juga sepertimu”
***
Baekhyun tersenyum. Ini bukan malam pertama, melainkan sudah kesekian malam dia merasakan kebahagiaan yang melanda dadanya. Bibirnya tak berhenti untuk melebar, membentuk senyum yang begitu lepas. Di sampingnya seorang gadis cantik dengan jeogori berwarna putih dan chima berwarna merah yang melekat ditubuhnya.
Baekhyun amat sangat bersyukur, ia mendapatkan seorang majikan yag begitu baik. Bahkan tidak menganggapnya sebagai seorang yang rendah. Namun sebagai kawan.
“How many friends do I have? Count them:
Gadis itu mengeluarkan suara merdunya. Baekhyun cukup tercengang mendengar suara majikannya itu. Suara dengan nada soprano yang yang unik dan khas.
Water and rock, pine and bamboo ―
The rising moon on the East Mountain.
Kenapa tidak sedari dulu majikannya bernyanyi? Kenapa dimalam sebelumnya, nonanya itu hanya ingin mendengarnya bernyanyi? Padahal, suara Nonanya itu sungguh merdu. Bahkan Baekhyun begitu takjub dengan hal itu.
How happy I am
When I welcome my five friends!
“Suara apa itu? Seakan detak genderang mengaung begitu kencang?“ Baekhyun merasa ada yang salah pada dirinya. Sesuatu yang jelas salah.
What else do I need
When I have five friends?
Soo Jung menyelesaikan senandung lagu itu dengan pipi yang memerah terhias diwajahnya.
“Suaraku tak begitu bagus.” Katanya.
“Tidak, suara anda indah nona” ujar Baekhyun. Matanya tak mengerjab memandang majikannya itu. Cantik, bahkan bulan yang merona di langit malam sana tak dapat mengalahkan agungnya pesona gadis itu.
“Kenapa begini? Ini salah!”
Baekhyun tahu ini adalah dosa terbesar yang ia lakukan. Namun pemuda itu tak dapat mencegah perasaan itu datang dihatinya. Perasaan yang membuat isi perutnya seakan jungkir balik. Perasaan yang membuat jantungnya bergemuruh. Perasaan itu, hanya dapat ia simpan dalam kesendiriannya. Dan ia hanya dapat membukanya dalam mimpi.
“Terimakasih.” Ujar gadis itu. Soo Jung menengadah, memandang bulan yang kini sedikit redup karena tertutupi awan kelabu. “ Kelak, jika aku terlahir kembali. Aku berharap dapat bertemu dengan mu lagi Baekhyun-ah. Dan kau bisa bernyanyi untukku. Kemudian kita dapat bernyanyi bersama. ”
“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”
“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”
“Baekhyun-ah” kata Soo Jung. Kali ini suara gadis itu begitu lirih. Bahkan hampir seperti sebuah bisikan. “Menurutmu, bagaimana pangeran Kim Jong In?”
Baekhyun merasa kerongkongannya tersendat. Ia tahu, cepat atau lambat ini akan terjadi. Majikannya adalah gadis yang cantik, setiap laki-laki ingin meminang Nonanya. Dan bahkan seorang pangeran di negrinya. Tampaknya semua ini terdengar begitu sakit. Pujaan hatinya akan menikah dengan laki-laki lain. Kenyataan pahit ini menusuk dada Baekhyun begitu kuat. Begitu kuatnya hingga Baekhyun tidak bisa tidur tiap malam untuk memikirkannya.
“Nona tidak boleh menolak sebuah perintah kerajaan, atau Ayahanda Nona akan di berhentikan dari kementrian kerajaan, dan keluarga nona akan diasingkan.” Baekhyun menutup matanya sesaat. Berharap dia dapat menahan gejolak amarah yang kini sedang bersarang di otaknya. Kenapa harus seperti ini?
“Aku tidak mencintainya” ujar gadis itu tanpa melepas pandangannya kepada sang Dewi malam. “Aku ingin menikah dengan cinta. Kenapa itu begitu sulit?”
Baekhyun hanya diam setelah itu. Tangannya mengepal, matanya terasa panas. Ini semua begitu sulit baginya. Ia merasa Dewa begitu tidak adil. Jika ini takdir, jika ini memang digariskan. Ia ingin tetap tertidur, memimpikan senyum wajah pujaan hatinya. Setelah itu, ia tak ingin terbangun.
“Nona,” katanya dan menatap sosok cantik yang ada disampingnya kini tanpa takut. Sementara angin sedang menggelitik telinganya seakan berusaha menghentikannya untuk berbicara. “Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini” Baekhyun menghela nafas sesaat dan akhirnya mengatakan kalimat berdosa itu.
“Hamba, mencintai Nona”
***
Kota Seoul bergemerlap. Lampu-lampu kota berpendar berbaur dengan lampu-lampu gedung pencakar langit. Bintang tak terlihat di angkasa. Bulan purnama pun terlihat bergetar melawan cahaya yang menebar dari kota itu.
Sebuah rumah-rumah khas bangsawan korea jaman dahulu terlihat indah dengan lampu sorot mungil yang menyorotinya. Sementara orang-orang hilir mudik diantara jalan setapak yang terkesan kuno. Jalan setapak itu dihiasi lampion-lampion warna-warni dan hiasan burung-burung kertas yang cantik.
Sebuah panggung yang tidak begitu besar, terhias dengan lampu panggung yang menarik tengah dikelilingi oleh orang-orang muda. Seorang pemuda berdiri diatas sana, bernyanyi dengan suara lembutnya. Matanya memandang ke angkasa. Bulan purnama terlihat indah di langit kini tampak meringkuk, seperti mencuri pandang pada pemuda itu.
Keramaian di sekitar pemuda itu mendadak hening. Ia terseyum kepada belasan mata yang memandangnya. Entah takjub karena mendengar suaranya, atau sekedar menikmati lagu yang ia senandungkan.
If you are standing at the end of
my life, if I can get closer to you
I can throw away everything
and run to you
Pemuda itu mencurahkan isi dari lagu itu pada setiap orang yang hadir. Sepasang kekasih yang tersenyum karena mendengar lagunya membuat pemuda itu bangga. Meski hanya sebatas senyum, atau sebatas melihat, pemuda itu sudah cukup bahagia karenanya. Hingga akhirnya, kedua bola mata pemuda itu kemudian berhenti. Bertemu dengan sepasang mata yang membuatnya tidak dapat berpaling.
Though I extend my hand,
Pemuda itu menelan ludah. Gadis itu terlihat cantik. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah malaikatnya yang tertimpa cahaya panggung begitu menawan. Bibirnya yang berwarna merah muda.
I extend it with all my strength,
I can’t reach you.
Senyum sederhanpun tercipta diantara kedua insan itu.
Takdir apa ini?
I guess I can never reach you
Jantung mereka berdebar dengan ritme yang sama.
Seakan ini bukan yang pertama kali mata mereka bertemu.
Seakan ada ikatan lain yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain.
Seakan-akan, namun terasa begitu kuat. Begitu nyata.
TBC
Note: Maaf menunggu lama ^^ FF ini bakal ada dua chapter. Ini chapter pertama. FF bergenre jenis ini baru pertma kali bikin.
Susah bgt bikin plotnya.
Rasanya pas bikin ini pengen banget makan keyboard.
Udah belajar cari-cari tahu info di google, tapi tetp aja banyak yg keteteran.
Pengen nonjolin kesan vintage ya, tapi eh tapi Masih banyak diksi yang harus diperbaiki dan juga alur serta latar yg belum detail.
Mohon maaf kalo jelek dan gak memuaskan. aku agak sibuk akhir " ini
T_____________________________T
chapter 2 .. check this link! https://www.facebook.com/notes/wonderful-world/love-1000-years-part-22/411312965641700
0 comment(s) to... “LOVE 1000 YEARS”
0 komentar:
Posting Komentar